TRAIN STATION | MINGYU | WONWOO | MEANIE | Part 3

Train Station

Author:rainy_hearT

.

.

Main cast: Jeon Wonwoo , Kim Mingyu, Hong Jisoo, Yoon Jeonghan, Lee Jihoon, and any other yang nyusul ntar belakangan

Pairing : Meanie, JiWon, JiHan,

Rate : T to M

Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…

Sankyu buat yang udah sempetin waktunya nge-review, ng-elike, nge-vote, and coment di ffn and wattpad. Kalian reader tercintah…
.

Hampir aja kalupaan. Story ini emang hanya berdurasi waktu berapa jam aja. Kira- kira dari jm 8 malam sampai jam 7 pagi keesokan harinya.

Part 3: you are precious
.

.

Start!

.

.

Motel

.

.
.

“Kau bisa mandi terlebih dahulu. Aku akan kembali ke meja resepsionis. Mungkin ada yang membawa charger untuk kau pinjam.”

“Ok. ” Wonwoo mengangguk. Ia melihat Mingyu berlalu pergi dari kamar motel, yang untuk satu malam ini menjadi tempat tidur mereka. Daripada harus ke rumah Mingyu yang pastinya akan membuat rasa lelah berlipat – lipat.

Wonwoo melihat ke sekeliling kamar. Hanya satu king size bed, karena hanya itu yang tersisa. Lagipula masih untung ada kamar kosong dimusim festival sakura. Wonwoo lagi – lagi hanya menghela nafasnya. Sangat sial karena semua pakaiannya tertinggal di hotel tempatnya menginap kemarin, dan bahkan ia tak bisa kembali kesana.

“Ya sudah… ”

Pada akhirnya Wonwoo meraih bathrobe yang disediakan. Memang ada 2, tapi apakah ia akan tidur memakai itu? Mingyu adalah orang asing. “Ah… Sudahlah. ” Akhirnya Wonwoo menyerah pada keadaan. Mau dipaksakan bagaimana jika sudah seperti ini.

.

.

Mingyu masuk kembali ke kamar motel. Membawa 2 cup coklat panas dan juga charger. Ia meraih ponsel Wonwoo yang terjatuh di lantai. Jika dipikir- pikir, Wonwoo benar – benar ceroboh. Entah apa yang terjadi dalam hidup namja itu sebelum bertemu Mingyu.

Dompet raib di bar, tiket tak bisa dipakai, ditambah ia tak punya siapa – siapa di Changeon. Kekasih yang tak berguna, dan ia masih saja mengharapkan namja itu. Jisoo…

Mingyu menggeleng tak percaya, sungguh ia tak habis pikir.

Setelah memastikan ponsel sedang mengisi daya, Mingyu berjalan ke tepian ruangan. Motel itu cukup Bagus meski hanya 2 lantai tapi terasa menyenangkan karena kau bisa mencium wangi khas bunga sakura yang puluhan kelopaknya akan terjatuh kedalam kamarmu.

Mingyu tahu hal itu, karena ia membuka jendelanya. Wangi sakura dan kelopaknya langsung masuk kedalam ruangan. Angin bertiup kencang saat ia membukanya. Suasana luar motel sungguh sepi.

“Yah… Apa kau tak kedinginan? ” Mingyu tersenyum dalam diamnya. Ia sudah hafal suaranya. Jika boleh ia mengatakannya, ia juga jatuh hati dengan suara itu.

Mingyu menoleh. Ia terpesona.

Namja itu sangat indah. Mingyu tahu sejak pertama melihatnya. Tapi saat ini, jam ini, detik ini, keindahannya seperti bertambah ribuan kali. Wangi shampo dan juga kulit putih yang terekspose.

Mingyu tahu, ia harus menahan diri. Namja dihadapannya adalah namja asing. Ia tak tahu asal usulnya. Sama sekali tak berfikiran untuk jatuh Cinta, at the first sight. With a man…

Tapi entah…

Mingyu tak bisa menahannya. Ini aneh, sangat aneh. Mingyu bahkan belum pernah jatuh cinta. Rasanya Mingyu sudah gila. Mingyu tersenyum kecil. Ia tengah menikmati pemandangan dihadapannya, semanis coklat yang diminumnya.

Wonwoo masih sibuk mengeringkan rambut sambil menyalakan ponsel. Namja itu terlihat sangat sibuk. Ia kemudian berubah panik saat handphone-nya berdering keras. “Ommo…! ”

Dengan tergesa ia kemudian menerima panggilan itu.

“Ne hyung…”

“Kau dimana? “

“Aku sedang di Changwon. Ada pameran yang tak bisa aku tinggalkan. Mian… ”

“I’ve been looking for your workshop key. But it’s seems like you bring it all with you. Can’t find it.”

Wonwoo tahu, jika Jisoo sudah seperti ini maka itu artinya ia sedang banyak masalah. “Ah, ne hyung. Sepertinya kuncinya ada di rumahku. Aku kehilangan dompetku dan juga tasku saat aku makan sore tadi. Sepertinya besok aku juga harus membongkar pintunya.”

“Kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Harusnya kau bisa menjaga diri. Kapan kau pulang?”

“Besok hyung, kereta pertama. Aku terlambat untuk kereta malam ini. Jadi aku akan pulang pagi sekali besok. ”

“Okay, i’ll pick you. Babe… Please, don’t make us suffer more than this.”

“Hey… Josh, dimana kau menaruh wine yang kita beli tadi? Aku sudah mencarinya kemana – mana. Tapi tidak ketemu.”

Wonwoo bisa mendengar suara itu. “Eum.. Hyung, kau dimana? ”

“Ah, aku di tempat kerjanya Hannie, ia perlu sedikit bantuan. ”

“Tapi acara kita, bagaimana? ”

“I got Boo taking care all of those things. The second rings too. He’ll find it for us.”

” Tapi itu cincin kita, harusnya kau yang memilihnya karena aku tak sempat dan… ”

“Please… Don’t talk such a sassy things babe. You know, i love you right… “

“Okay… ”

“Josh, aku menunggumu.”

“Babe, i think i need to go now. Bye… “

Wonwoo menyudahi panggilannya. Ia menghela nafasnya . MIRIS…

Entah, bagaimana menggambarkannya? Tak karuan.

Bagaimana perasaanmu saat kekasihmu bahkan tak berfikiran untuk menjemputmu di Changwon yang hanya berjarak beberapa jam?

Besok adalah hari pertunangan kalian dan terlebih lagi ia bersama seseorang yang selalu membuatmu cemburu.

Wonwoo tak tahu lagi, ia merasa takut.

“Apa kau pacaran dengan orang asing? ”

Wonwoo lupa, jika di kamar itu bukan hanya dia. Ada Mingyu dan namja itu melihat semuanya. Rasanya Wonwoo ingin menangis tapi egonya menahannya. Untuk apa menangisi seseorang yang bahkan sama sekali tak mengkhawatirkanmu?

Melihat raut wajah Wonwoo yang lebih datar dari sebelumnya, Mingyu memilih mendekatinya. Ia kemudian memberikan coklat panas yang ia pegang. “Minumlah, mumpung masih hangat.”

Wonwoo menatap minuman itu. Ia ragu. Jujur, ia takut…

“Tenang saja. Aku tak menaruh apa – apa didalamnya. Kalau kau mau kita bisa bertukar cup.”

“Ani… Gwaenchana… ”

Wonwoo menyeruput coklat panas itu. Rasanya hangat dan manis. “Ghamsa… ”

Mingyu mengangguk. “Jadi, kekasihmu itu orang asing? ”

Wonwoo menggeleng. “Bukan orang asing, tapi… “Wonwoo lagi dan lagi menghela nafasnya. “Sebenarnya ia memang asing. Aku…” Wonwoo tak tahu harus berkata apa.. Mereka kekasih tapi terasa seperti orang asing. Ia tahu, Jisoo sangat mencintain. Tapi rasanya sangat asing.

Mingyu duduk dihadapannya. “Kau tak mencintainya, aku tahu itu.”

Kedua mata mereka bertemu. Wonwoo menggeleng. “Ani, aku mencintainya. Besok kami akan bertunangan dan kami akan membicarakan pernikahan setelah itu. ”

Mingyu tertawa kecil. “Lihatlah, siapa yang akan bertunangan?” Mingyu berjalan meninggalkan Wonwoo. Ia meraih bathrobe, hendak membersihkan diri. Tapi, sebelum ia menghilang di balik pintu, ia berhenti. Menatap Wonwoo.

Namja manis itu masih sibuk memainkan bibir cup coklat manis yang perlahan dingin.

“Seoul dan Changwon tidak lah jauh. Jika dia mencintaimu maka dia akan menjemputmu kemari. Dan juga, ditambah dengan keadaanmu yang tak punya apa – apa. Sepertinya, sebagai kekasih dia sama sekali tak khawatir. ” Mingyu mengulas senyumannya. “Bukankah aku lebih baik? Aku bahkan rela tak makan dan menghabiskan tabunganku hanya untukmu, agar kau bisa bertemu dengan orang yang kau sebut kekasih. Kau sangat menyedihkan Tuan Jeon… ”

Dan Mingyu berlalu pergi. Meninggalkan Jeon Wonwoo yang terpaku pada posisinya. Namja manis itu diam dan berfikir. Atau malah meratapi nasib hatinya yang tak tentu. Ingin menangis tapi tak bisa.

Wonwoo kembali melihat kalung di lehernya. Cincin pemberian Hong Jisoo. “Apa yang harus aku lakukan padamu?”

Wonwoo merasa lemah, kali ini ia sependapat dengan Mingyu. Bukan pertama kali Jisoo tak perhatian. Untuk masalah cincin pertunangan pun begitu. Wonwoo kemudian mengambil ponselnya.

Ia menelfon adiknya, lagi. “Kwanie… ”

“Hyung, sudah sangat malam dan aku harus tidur setelah bekerja seharian untuk acaramu dan aku.. ”

“Kwanie… Berhenti mengeluh dan dengarkan aku. ”

“Ne hyung… ”

Wonwoo menarik nafasnya. “Apa kau mencari cincin untukku dan Jisoo hyung? ”

“Ne, wae? ”

“Aku rasa aku ragu. Rasanya tak ingin melakukannya. Aku… ”

“Yah… Hyung? Apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Pertunanganmu besok hyung”

Wonwoo terdiam. “Aku tahu, tapi Jeonghan… ”

Wonwoo ingin sekali menangis. Matanya sudah panas. Tak tertahankan.

“Hyung, please… ”

“Aku mencoba percaya pada Jisoo hyung, tapi.. ”

Wonwoo tak bisa berfikir. Ia tak tahu harus marah atau bagaimana. Mingyu hadir dihadapannya. Menciumnya lagi. Ia bahkan bisa merasakan lidah lembut Mingyu mencoba masuk membasahi bibirnya. Ia menggila.

Mingyu sangat lembut. Mengusap segaris air mata konyolnya yang sama sekali tak berguna.

“Hyung sebaiknya kau pikirkan lagi. Sudah, aku harus tidur. Kabari aku jika kau sudah sampai. Jika tak ingin bertemu Jisoo hyung aku akan menjemputmu. Annyeong… ”

Panggilan telah selesai dan Mingyu bisa mendengarnya. Ia tersenyum dalam ciuman kecilnya yang sedari tadi belum ia lepaskan. Merasa tak ada balasan dari Wonwoo, Mingyu memberi jarak antara mereka. Ia melihat kedua mata Indah Wonwoo.

“Jika kau tak mencobanya, mana tahu kau mencintai Jisoo hyung mu atau kau jatuh hati padaku”

Jika boleh jujur, Wonwoo merasakan desiran halus di dadanya.

Ia menyentuh wajah Mingyu dengan ujung jarinya. Menikmati keindahan yang terukir tanpa cela. Terhenti pasa bibir Mingyu. Tersenyum lembut padanya. Kedua mata Mingyu sangat jujur, Wonwoo bisa melihatnya.

“Kita bisa mencobanya, kurasa… ”

Mingyu rasanya sudah gila. Ia tersenyum dan memeluk Wonwoo. “Aku tahu ini sangat cepat, tapi kau terlalu berharga untuk disakiti. Jika kau mau percaya, Naneun jeongmal saranghanda… ”

Wonwoo tersenyum dalam pelukan itu. Ia bisa merasakan debaran jantung Mingyu yang hanya terhalang bathrobe. Ah… Jangan lupakan sixpack halus yang bisa ia rasakan di kulit nya. Wonwoo tahu karena ia memeluk Mingyu pasa pingganya.

“Ahh… Hei… ” Mingyu menjauhkan tubuhnya dari Wonwoo. Ah, kedua mata itu membuatnya menggila. “Kau menggodaku? ”

Tapi bukan jawaban yang Mingyu dapatkan. Ia malah merasakan jika tangan kecil Wonwoo mulai nakal dan bermain di pahanya.

“Ok, aku anggap itu jawabanmu. ”

Mingyu menangkup kedua pipi Wonwoo. “You are precious, please love me… ”

Mingyu mencium bibir tipis itudengan lembut. Gerakan yang sangat pelan tanpa paksaan. Kedua tangannya mengusap lembut kedua pipo Wonwoo. Dan saat Mingyu merasakan Wonwoo membuka mulutnya menyambut ciumannya, ia tahu ia akan mendapatkan namja ini entah bagaimana caranya…

“Jeongmal saranghanda… ‘

.

.

.

.

Tbc…

Otte? Aneh ga? Gaje ga?

Ahaha, abaikan ajah. Jangan lupa, comment, review an vote yah. Besok chap end. Uwah. Ga sabar mo bikin endingnya. Masih bingung aku.

Annyeong…wp-1472307283229.jpeg

HORMONES- The Confusing teens-Testosteron part 2_KyuMin|YAoi

Author : rainy hearT

Length : Series (?)

Rated : T

Cast :

-Cho Kyuhyun & Lee Sungmin

– EunHae

-BaDeul

-HanChul x SiChul

-YeWook

-YunJae

-OnKey

-2Min

Pairing : || KYUMIN |

Desclaimer : Semua cast belongs to God and themselves. Dan seperti biasanya, jika saya bisa saya sudah meng-Klaim seorang Lee Sungmin menjadi milik saya.#Mimmpi…#

Genre : ||Drama || Romance|| Angst | Fluff

Warning : || BL/ YAOI || Gaje || typo’s || EYD tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia||

Sumarry : I just pick some scene’s from mini series from Thai, named Hormones. It’s just get inspired by the tittle, but actually the story inside was so different, not same as the series. If you like Thai series, better chek it out. The mini series was so damn fucking good. Trust me.

.

Another PRESENT From Me

.

~The Confusing Teens~

.

Just KYUMIN

Please be Patient With me. Don’t Like Don’t Read. No copas No bash.

.

HAPPY READING

.

.

Part 2

.

.

Seoul International school

.

.

“CHA! Kembali lagi di SIS TV ! Seoul International School official TV.” Baro menyapa dengan gaya khasnya dan juga kaca mata bingkai hitam yang mertengger dihidungnya membuatnya semakin terlihat tampan.

“Nde, BaDeul forever cute and lovely couple yang super duper imut ini bakal ngasih info terbaru tentang kegiatan sekolah di akhir tahun.” Sandeul berbicara dengan suara nyaring nan keras, dilengkapi dengan mic lolipop terbaru buatan club elektro yang ia ikuti. “Bukankah begitu, Baro?”

“Nde, duck-ey…”

“Yahhh! Baro! Kenapa memanggilku duck-ey?” Sandeul mempouty-kan bibir eksotisnya (?), dia kemudian kembali mengarahkan camera ponselnya ke arah wajahnya yang super duper imut itu, bahkan tak menyisakan sedikitpun ruang untuk wajah masam Baro.

“Sudahlah, kita lupakan dulu Baro menyebalkan. Nah… hari ini adalah hari pertama dari event tahunan yang selalu diadakan oleh sekolah kita.”

“Nde!” Baro menyahut keras dan kembali menarik kamera ke wajahnya. “Heum… aku penasaran apakah semua siswa sudah menentukan club apa yang akan mereka ikuti?”

“Nde, karena hari ini semua klub akan menunjukkan kelebihan klub mereka untuk menarik perhatian semua siswa. Wah… hari ini akan sangat menyenangkan dan juga akan ada games yang pastinya ada hadiahnya juga.”

Sandeul tersenyum saat melihat Sungmin. Ia segera menghampiri Sungmin dan kemudian menyodorkan mic lolipop miliknya. Sungmin segera memberi salam ke kamera yang sudah mengarah padanya.

“Annyeong, naneun Lee Sungmin dari club jurnalis. Ah… aku sangat berharap tahun ini club kami akan mendapatkan banyak teman baru. Jika kalian memiliki bakat menulis, atau menggambar, ataupun suka membaca dan menulis, nah… selamat bergabung di club kami. Aku tunggu yah…”

Dan terus berlalu, Sandeul dan baro mewawancarai lebih banyak lagi siswa dan juga senior dari masing-masing club. Suasana sekolah akan sangat ramai untuk 2 hari kedepan.

.

.

.

“Ayo-ayo, bergabunglah dengan club kami. Kita bisa saling berbagi pengalaman dan juga menambah pengetahuan. Ayo, masuklah club jurnalis.”

Sungmin dengan semangat terus sibuk membagikan brosur klub miliknya. Ia sangat puas saat melihat banyak siswa baru yang tertarik untuk mengikuti klub mereka, dan bahkan juga mendedikasikan dirinya sebagai penyumbang cerita, comic atau live news di majalah elektronik harian mereka.

Dan di club lain, adalah club drama tepat didepan stand yang di tempati Sungmin. Terlihat seorang mentor dari club itu sibuk mempromosikan club kebanggaannya. Beberapa sunbae pun ikut meramaikan suasana dengan bersama-sama bermain games.

“Nah… dalam grup drama yang paling penting adalah penguasaan peran dan juga materi dari tokoh yang akan kita perankan. Selain itu yang paling penting adalah kesatuan. Antara tim, karakter dan cerita yang kita mainkan.”

Mentor itu menyuruh 2 orang sunbae untuk berdiri dari posisi duduk mereka.

“Nah, aku akan menunjukkan bagaimana kesatuan itu dapat dilihat mulai dari titik paling awal.” Mentor Jung melempar satu lembar koran ke lantai. “Semuanya harus bisa masuk dan berdiri diatas koran, siapa yang tidak bisa masuk dan berdiri disana harus keluar.”

.

Sementara itu…

“Heuh… sangat banyak.” Key, Jonghyun dan Jino sibuk melihat-lihat.

“Key, kau akan mengikuti klub apa? Sangat banyak pilihan, aku sampai bingung.” Jino sibuk melihat kesana kemari. Ah… wajahnya sangat menggemaskan.

Key tersenyum melihat wajah Jonghyun yang terus memerah. Sepertinya dia harus secepatnya menyingkir dari pasangan itu. “Aku sudah memutuskan untuk ikut klub Jurnalis. Aku akan memata-matai Lee Sunbae.”

“Ish… kau ini.” Jonghyun menoyor dahi Key. Dia kemudian segera merangkul Jino dan menyeretnya untuk menjauh dari Key. “Kami akan ikut klub musik atau paduan suara. Bye…”

Meski sedikit kesal karena perlakuan Jonghyun, Key tak merasa ingin memarahi namja itu. Baginya melihat kisah indah Jonghyun dan Jino sudah membuatnya kehilangan rasa marahnya. Key kembali berjalan menuju stand yang dibuat oleh club Sungmin.

“Lee Sunbae!”

Sungmin yang sedang sibuk mempromosikan club-nya langsung menoleh kebelakang. Ia tersenyum saat menemukan Key dengan senyum khasnya. “Key-ah!”

“Annyeong Sunbae…!”

“Senang sekali kau datang, annyeong. Eum… bagaimana jika kau ikut klub-ku.”

“Wah.. aku memang sudah merencanakannya sejak kelas 9 kemarin. Dan baru kelas 10 ini aku bisa mengambil waktu kosong meski harus meminta ijin susah payah pada Umma.”

Sungmin mengangguk. “Aku sudah mempersiapkan formulir pendaftarannya. Untuk permintaan ijin dengan eomma-mu, aku akan membantu. Bagaimana?”

“Wah… gomawo Sunbaenim.” Key bertepuk senang.

“Ah… iya. Aku juga ingin memintamu untuk mengisi salah satu kolom yang dikhususkan untuk akan kelas 10. Yah tentang pengalamanmu selama menjadi kelas 9 sampai kelas 10 sekarang.”

“Gomawo, sunbaenim. Aku akan berusaha yang sebaik mungkin.”

“Nde… kita akan bekerja keras bersama.”

“Eh, bagaimana jika judulnya dream, friendship of you, me and our remeberance. Menurutmu bagaimana Sunbaenim?”

Sungmin tersenyum senang. “Bagus sekali, judul itu juga bagus. Kau benar-benar berpikir sangat cepat.”

Ah… dan seluruh dunia seperti hilang di pikiran Key.

Dari kejauhan, dia melihat stand drama yang sedang melakukan games. Dimana satu lembar koran akan diperebutkan oleh banyak siswa.

Bukan games-nya yang dilihat Key, tapi 2 orang namja yang tengah berpelukan erat karena memperebutkan tempat di koran itu. Key tersenyum melihat mereka. Ia belum yakin siapa kedua namja itu, tapi pemandangan yang ia lihat benar-benar menarik. Ia tersenyum. Hatinya terasa sangat hangat, hanya dengan melihat kedua namja itu.

“Key!”

Sungmin berteriak keras. Ia kemudian menepuk bahu Key karena namja cantik itu tiba-tiba saja hilang dalam pikirannya sekali lagi.

“Nde… sunbae. Maaf, aku…”

“Heum… sudahlah. Nah, sekarang kau duduk dulu. Aku akan memulai games untuk menarik lebih banyak lagi siswa untuk bergabung dengan grup jurnalis.”

“Nde…”

Key melangkah mengikuti Sungmin, tapi dia masih sempat saja melihat pasangan namja yang menurutnya sangat romantis itu. “Heum…” Key tersenyum, manis.

.

“Okay! Nah, sekarang kita akan memulai gamesnya.” Sungmin tersenyum melihat semakin banyak siswa yang berkumpul didepannya. ” Nah, pertanyaannya… Apa yang menjadi panduan kalian didalam hidup kalian? Yang menginspirasi kalian dan selalu menjadi panutan kalian.”

“Akan ada souvenir istimewa yang akan diberikan kepada yang menjawab. Nah… apa ada yang sudah memiliki jawabannya? Ayo silahkan maju.”

Sungmin melihat satu per satu dari semua siswa yang ada dihadapannya. Mereka mulai saling berbisik untuk mendiskusikan kira-kira jawaban apa yang paling tepat. “Ayo, siapa yang sudah memiliki jawabannya?”

“Aku… ” seorang namja menyerobot masuk dari belakang kerumunan siswa hingga ia bisa maju ke depan dan kemudian ia memamerkan smirk andalannya. “Aku akan menjawabnya.”

Seketika saja Sungmin merasa malas saat melihat wajah Kyuhyun. Belum hilang dalam ingatannya, kelakuan Kyuhyun yang akhir-akhir ini semakin membuatnya kesal. “Ya, silahkan.” Sungmin memberikan mic-nya kepada Kyuhyun.

“Panutanku, yang selalu menjadi inspirasiku, adalah seseorang yang mengerti aku dengan sangat baik.” Kyuhyun menatap ke kedua mata Sungmin. Sebenarnya Sungmin sangat kesal dengan tingkah Kyuhyun. Kemarahannya belum habis.

Bukannya merasa besar kepala atau apa tapi Sungmin sangat yakin jika Kyuhyun sedang mengatakan itu padanya, mengatakan tentangnya atau jelasnya namja playboy menyebalkan itu tengah merayunya. Huh… bahkan Sungmin sempat tak percaya dengan apa yang ia pikirkan. There’s big no! Kyuhyun never gone be a GAY! Big No!

“Lalu, apa yang menjadi inspirasi atau panutan dalam hidupmu.”

Kyuhyun menyodorkan mic pada Sungmin. Sungmin hanya menghela nafasnya. Ia tak yakin apa maksud Kyuhyun. Tapi kedua mata Kyuhyun benar-benar tajam menatapnya.

Sungmin meraih mic dari Kyuhyun. Ia mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun dan memulai berbicara dengan kepercayaan diri dan keyakinannya, menatap ke seluruh siswa yang ada dihadapannya.

“Aku menjadikan kesadaran sebagai panutan dan inspirasi dalam hidupku. Dengan kesadaran, kita akan bisa menemukan kebaikan dalam setiap hal yang kita lakukan. Dan semua yang kita lakukan tentunya dengan pemikiran yang baik dan akhirnya akan menjadi hal yang baik juga.”

Semua anak tersenyum dan kemudian bertepuk tangan mendengarkan jawaban Sungmin. Sungmin tersenyum pada seluruh siswa yang ada dihadapannya. Dan sedikit menggerakkan ekor matanya, ia menemukan Kyuhyun.

Dan sepertinya Kyuhyun tahu jika Sungmin tengah mencuri pandang melihatnya.

Gerakan tangan Kyuhyun sangat cepat, ia menangkap pergelangan tangan Sungmin dan kemudian menarik namja itu. “My guidance of life… is you,” Kyuhyun berbisik tepat ditelinga Sungmin dan kemudian tanpa rasa malu ataupun canggung dia mengusap pipi Sungmin dengan tangannya yang lain. “Neomu… yeppeo…”

Sungmin mau tak mau bersemu merah, bukan karena malu tapi karena dia merasa marah. Ia mendorong tubuh Kyuhyun untuk menjauh. “Sana pergi, kau tak diterima di clubku.” Sungmin mendorong jauh tubuh Kyuhyu. Tapi sepertinya Kyuhyun belum kehabisan akal. Dia kembali merah tangan Sungmin dan bahkan mencengkeramnya erat. Ia tak main-main dengan Sungmin sepertinya, terbukti… ia sama sekali tak membiarkan Sungmin melepaskan cengkraman Kyuhyun. Kyuhyun menatap tajam pada Sungmin.

Sungmin terus berusaha melepaskan tangannya, tapi ia tetap saja kalah. Sungmin sedikit shock saat Kyuhyun kembali meraih tangannya dan kemudian mencium punggung tangannya. “Aku bukan mau masuk di klub-mu… cantik. Aku mau masuk kedalam hatimu.”

“YAHH!”

“Awww…!”

Kyuhyun mengaduh sakit saat kakinya diinjak dengan penuh semangat oleh Sungmin.

“Kau selalu menginjak kakiku sayang…” Dan akhirnya Kyuhyun berlalu, setelah melayangkan fly kiss pada Sungmin tentunya.

Sungmin hanya bisa menatap canggung pada semua siswa yang sepertinya malah menikmati tontonan gratis khas drama korea yang diperankan kedua sunbae mereka. Sungmin bersemu malu. Ugh… dia sangat membenci ini.

“Ah… maaf untuk kejadian yang tadi. Mianhe…”

.

.

.

.

Waktu istirahat baru saja tiba, kebanyakan dari siswa sudah pecah dan memenuhi setiap sudut cafetaria. Sekedar makan atau hanya berkumpul dan bergosip.

Yunho duduk sendirian di sudut tepat di bawah papan mading. Ia kehilangan sahabatnya yang entah kemana. “Katanya mengantri makan, tapi lama sekali.” Yunho melihat kesekitar, dan sama sekali tak terlihat batang hidung namja yang sudah hampir 10 menit menghilang dari hadapannya.

“Yunho oppa!” Yunho melihat ke sumber suara. Ia tersenyum kecil saat melihat seorang yeoja yang ia yakin yeoja itu mungkin tetangga atau adik kelas atau entah siapa. Pokoknya, dia tahu dan kenal wajah yeoja itu.

“Nde.” Yunho melihat yeoja yang datang mendekatinya. “Wae?”

“Aku membuatkan coklat cookies, semoga Yunho oppa menyukainya.” Yeoja itu memberikan cookiesnya dengan malu-malu dan kemudan segera pergi jauh dari hadapan Yunho dengan wajah tersenyum dan sangat bersemangat.

“Ah… dia lagi.” Jaejong datang menghampiri Yunho. Ia membawa satu kotak makanan.

“Ya.” Yunho mengangguk. “Aku seperti mengenalnya, tapi aku lupa. Hei… lihatlah.” Yunho membalik kotak coklat itu. “Wah… katanya membuat sendiri tapi ada harganya.”

Mereka berdua tertawa terbahak. Kemudian mata Yunho melihat ke kotak yang dibawa Jae.”Apa itu?”

“Ah… ini.” Jaejong membuka kotaknya. “Aku juga dapat dari seorang sunbae tadi.

“Ugh… pantas saja lama.” Yunho langsung merebut kotak makan siang di tangan Jae dan melupakan coklatnya. Tapi, sepertinya tangan Jae lebih cepat, ia kembali merebut kotak makan siang itu dan menatap menunya.

“Wah… sepertinya enak.” Jae tersenyum. Ia kemudian meraih sumpit dan segera memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Ia mengabaikan Yunho yang sepertinya benar-benar ingin memakan apa yang dimakan Jae.

Yunho meneguk liurnya yang terasa pahit. “Dasar pelit.” Yunho mengambil botol mineral dan langsung meminumnya.

“Uhhukkk…”

“Wae Jae?”

“Pedas! Ahhh… air!”

“Tidak bisa!”

“Yak! Yunnie, airnya!”

“Nih…” Yunho memberikan dengan sangat terpaksa. “Makanya, jadi orang jangan pelit.”

Key…

Namja itu tiba-tiba datang seperti hantu, ia mendekati Yunho dan Jaejong. Ia tersenyum manis, mencoba memberikan senyum paling manis agar kedua sunbae itu mau memberikan apa yang ia inginkan.

“Annyeong Sunbae!”

“Ah… annyeong.”

“Boleh minta foto?”

“Ah… tentu saja.” Yunho segera hendak mengambil ponsel Key tapi Key mengehntikannya.

“Bukan fotoku dengan Sunbae, tapi foto sunbae berdua.” Key berbicara dengan nada lirih dan sangat canggung. Ia takut kedua sunbaenya tidak mau.

Yunho kemudian mengangguk dan segera meraih bahu Jaejong. Key semakin merasa senang saat melihat kedekatan kedua namja itu. Semuanya sangat sempurna.

.

.

.

Eunhyuk berjalan menuju kantin. Ia sempat bertemu teman-temannya, tapi sama sekali tak tertarik untuk kekantin bersama para namja penggosip. Ia mengambil nasi sayur. Sempat berfikir untuk makan dikantin.

Eunhyuk berjalan dan kemudian melihat beberapa sudut. Semua kursi sudah penuh dengan siswa.

“Hei!”

“Ah… Sunbae.”

Eunhyuk tersenyum pada seorang sunbae. Ia mengenal mereka karena Donghae berteman baik dengan kedua sunbae itu.

“Ayo duduk bersama dengan kami.”

“Ahniya, gomawo.” Eunhyuk segera pergi dari hadapan kedua namja itu. Ia merasa lebih baik makan bersama donghae.

“Hei Yesung-ah, bukankah dia teman Hae?”

“Nde.”

“Kau kenal dia.”

“Jangan mengganggunya, Kyu. Dia sepertinya lebih cocok dengan Hae, meskipun aku akui dia cukup manis.”

“Ish… aku kan hanya tanya.”

“Hehehe…” Yesung tertawa. “Baik… namanya Hyukkie. Aku dengar Hae memanggilnya Hyukkie.”

“Lucu sekali.”

.

.

“Hae!”

Eunhyuk memasuki kelasnya. Ia memberikan sebungkus sandwich pada Donghae.

“Untukku?”

“Nde, makanlah.” Eunhyuk kemudian duduk dihadapan Hae. “Bagaimana dengan lagunya? Apakah sudah jadi?”

“Eum… sedikit lagi.” Hae melepaskan earphone-nya. “Aku sangat senang jika bisa bergabung dengan band Spaceband.”

Eunhyuk tertawa kecil. “Nama band sekolah kita sangat lucu, seperti nama alien. Kurasa kau memang cocok bergabung dengan mereka. kau masih percaya alien.”

“Apa maksudmu?” Hae menggerutu kesal. Mereka kemudian terus bercanda dan saling menghina. “Ah… aku tak sabar untuk bergabung dengan band itu. Eh… apa aku sudah mengatakan judul lagu cipataanku?”

Hyukkie menggeleng. “Memang apa?”

“Masih rahasia. Lagu ini akan booming dan sangat keren. Kau pasti menyukainya.”

“Mungkin, lihat saja nanti.”

.

.

.

“Ah… formulirnya hampir habis sunbae.” Key mengeluh. Ternyata baru 20 menit saja sudah banyak siswa yang mendaftar.

“Baiklah, ayo kita ambil dikelas. Aku rasa aku masih punya banyak copy-annya.”

Sungmin segera memimpin didepan. Mereka bersama menuju kelas Sungmin.

.

Sementara itu dikelas Sungmin…

“Ish… sebenarnya kau punya tidak!”

“Aku punya. Hanya saja aku lupa menaruhnya.”

“Bilang saja kau tak punya.”

Seorang namja cantik tiba-tiba saja keluar dari bawah meja. Disusul oleh namja lainnya. Keadaan mereka sangat berantakkan. Kancing seragam terbuka dan bahkan Heechul tak memakai kaos dalam atau apapun itu namanya. Seragamnya terbuka menunjukkan kesempurnaan kulitnya.

Heechul berulang kali mendorong namja yang masih mencoba untuk menciumi lehernya.

“YA! Aku tak mau jika harus dimasuki olehmu tanpa pengaman. Sangat jorok, kau tahu!”

Brakk!

Heechul terkejut. Bukan karena suara pintu yang ia buka dengan cepat dan kasar, tapi karena ia melihat Sungmin tepat berada didepan pintu. Heechul seperti ingin menjelaskan pada Sungmin, tapi Sungmin segera berlalu pergi dan melupakan niatnya kedalam kelasnya.

“Jangan beritahu pada siapapun, Key…”

Key mengangguk patuh. Ia tahu apa sebenarnya yang dilakukan oleh kedua sunbaenya itu. Dan Key juga sangat yakin, wajah Sungmin benar-benar terlihat marah dan sangat kecewa.

.

.

.

.

TBC

.

ELF AND KYUMIN SHIPPER…

KEEP CALM AND STAY SHIP KYUMIN

STAY AS AN ELF FOREVER

.

Thanks buat yang selalu rajin review, #tebar kisseu

Gomawo!

.

All About You | KyuMin | Yaoi (trilogi) | A

 

.

 

 

rainy hearT

 

.

 

 

~Proudly present~

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

ALL ABOUT U

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

Cast :  – Cho Kyuhyun

 

          Lee Sungmin

 

          -Choi Minho (Shinee)

 

          Others Super Junior members

 

 

Pairing: KyuMin

 

 

Genre : Drama, romance, angst, etc

 

 

Length : ?

 

 

Rated : T

 

 

Disclaimer : KyuMin saling memiliki, Kyu Milik Sungmin, dan Sungmin milik Kyu _bersama dengan saya_  >^<

 

 

 

Warning : YAOI / BL, GaJe, Typo(s), etc

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

Don’t Like Don’t Read

 

 

No Copas No Bash No Flame

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

“Aku pikir ini waktu yang tepat.”

 

 

“Maksud hyung?”

 

 

Sungmin melakukan usaha terbaiknya dan mencoba tersenyum. Meski semuanya percuma saja karena Ryeowook tetap bisa tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi padanya. Tinggal dalam satu ruangan apartemen yang memungkinkan mereka berbagi segalanya.

 

 

Tak ada yang bisa disembunyikan oleh Sungmin.

 

 

“Sudah beberapa tahun dan tak ada perubahan apapun. Aku merasa semuanya percuma.”

 

 

Sungmin merasakan tepukan dan usapan lembut di bahunya. Ia menoleh melihat wajah sedih Ryewook. “Yah, mungkin sudah saatnya kau merubah semuanya Hyung. Selama ini, kau hanya terlalu sibuk dengannya dan sampai tak mempedulikan orang lain yang mungkin saja malah sanggup memberikan perhatian lebih.”

 

 

“Kau bisa saja.”

 

 

Dan kemudian hanya hening. Ryewook memeluk erat tubuh Sungmin. Hyung yang sangat ia sayangi ini sepertinya semakin kurus. Heum… ia tak mau merasakan cinta jika sakitnya akan membuatmu semakin kurus. Ryewook tertawa kecil mengingat pemikiran bodohnya barusan.

 

 

Sepertinya, ia terlalu dalam memikirkan semua masalah yang dihadapi Sungmin.

 

 

‘Cinta tak harus memiliki.’

 

 

Jika mendengar kata-kata itu, rasanya hampa dan tak berguna. Tetap saja, kita egois dan harus memiliki. Rasa sakit hati, lebih bertahan lama dan terus saja melukai tubuh kita meski lukanya tak terlihat sama sekali. Jika bahkan memiliki cinta pun, entahlah harus bersikap seperti apa.

 

 

Mungkin pemikiran Ryewook memang ada benarnya. Sungmin hanya ingin merasakan perasaan dicintai. Hanya cukup dia dicintai oleh orang yang baru dan dia akan melupakan perasaan mencintainya yang sudah cukup lama menyatu dengan Sungmin.

 

 

Ryewook melihat wajah sendu Sungmin yang tengah tertidur. Namja itu selalu lelah dan tertidur dengan cepat setelah melampiaskan semua perasaannya. Meski hanya diam dan berusaha menahan air mata yang tak mungkin untuk tak keluar, ia tetap merasa lelah.

 

 

Ryewook merapihkan makan malam yang telah ia siapkan untuk Sungmin. Ia bergegas meraih mantel dan tas ranselnya. Sudah waktunya untuk bekerja. Ryewook berjalan pelan hingga akhirnya dia sampai di platform untuk menunggu kereta yang akan ia naiki.

 

 

Dari wangi yang berada disekitarnya, Ryewook bisa merasakan jika ini wangi namja itu. Ia benci karena ia juga ikut merasakan sakit hati yang Sungmin rasakan. Ia benci saat melihat wajah angkuh yang seakan buta dan tak melihatnya, padahal mereka berdiri tepat bersisian.

 

 

Ryewook memilih menjauh, dan ia tersenyum lega saat menemukan seseorang yang tengah sibuk mengacak-acak tas ranselnya.

 

 

“Hyung…”

 

 

“Oh, Wookie baby…”

 

 

“Nde.” Ryewook meraih lengan namja itu dan bergelayut manja padanya. “Sungmin hyung tak berangkat malam ini. Kurasa, kita harus mencarikan perkerjaan lain untuknya. Menjadi penyanyi dicafe itu akan semakin menyakitinya.”

 

 

Ryewook mengangkat wajahnya dan menatap namja kesayangannya. Ia mencuri ciuman kecil di hidung namja itu. “Bisa bantu aku, Hyung.”

 

 

Heuh…. namja tampan itu tengah sibuk dengan pemikirannya lagi. “Yesung hyung…” Ryewook merengek manja.

 

 

“Aku sedang memikirkan kemana sebaiknya kita membuang Sungmin.”

 

 

Ryewook hanya berpout-ing ria saat mendengar kata-kata menyebalkan dari Yesung.

 

 

“Ish… bukan membuang. Hanya menjauhkan dia dari Kyuhyun. Aku tak mau terus-terusan melihat wajah sedih Sungmin Hyung. Cukup sudah untuk 3 tahun terakhir ini. Kurasa dia harus mencari seseorang yang bisa mencintainya dan mungkin Sungmin hyung akan belajar mencintai namja itu.”

 

 

“Bagaimana jika Sungmin memilih mengalihkan perhatiannya pada Yeoja?”

 

 

Sahutan pelan nan lirih itu benar-benar membuat Ryewook gemas. Dia mencubit pinggang Yesung dan kemudian segera berlari kedalam kereta yang kebetulan sudah berhenti tepat dibelakangnya. Ia membiarkan Yesung meringis kesakitan.

 

 

Mereka menghilang tepat setelah kereta itu pergi. Tak ada yang tersisa disana. Termasuk Kyuhyun, yang sedari tadi berdiri diam dan menggenggam kedua tangannya. Ia pun hilang bersama perginya kereta itu.

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

Ryewook sibuk membolak-balikkan tumpukkan kertas yang sangat membosankan baginya. Mengerjakan tugas sekolahnya di cafe dimana ia bekerja sepertinya percuma. Mengerjakan di rumah pun tak mungkin. Ia selalu teralih perhatian pada Sungmin.

 

 

Di cafe, dia pun tak bisa menghentikan rasa bencinya saat melihat seorang namja yang terlihat tampan dengan pakaian casualnya. Menekan tuts piano dan sesekali melayangkan senyumannya saat ia terhanyut oleh nada yang ia mainkan sendiri.

 

 

Tanpa sadar Ryewook menekan keras pensilnya hingga ujungnya patah.

 

 

“Sudahlah. Mau kau lihat sampai kedua bola matamu keluar-pun, dia akan tetap seperti itu. Sangat mengherankan,  Sungmin bisa menyukai namja yang bahkan tak bisa berbicara dengan baik dan benar seperti dia.”

 

 

Ryewook menghela nafasnya. Cafe sangat tenang sore itu hingga Yesung tak sibuk dan bisa mengganggunya. Yeah, mengganggu fantasinya dimana hanya tempat itu yang bisa menjadikan keinginannya nyata. Ia bisa mencabik-cabik Kyuhyun seenaknya.

 

 

“Hyung….”

 

 

Ryewook ikut menoleh saat mendengar suara orang yang ia yakini, adalah target selanjutnya dari semua rencana yang ia susun baik-baik.

 

 

“Ah…Minho-ah. Aigo!!! Kau semakin tampan saja.”

 

 

Minho hanya bisa tersipu malu. Dia masih seperi anak-anak, yang terkadang memang sangat menggemaskan. Meski pada kenyataannya, dialah pemilik cafe itu tapi dia tak pernah membandingkan apapun tentang perbedaan kekayaan dan usianya.

 

 

“Aku tak melihat Sungmin hyung.” Minho berbicara pelan sambil melihat kesekeliling. “Dia tak berangkat?”

 

 

Ryewook menggeleng pelan. “Dia sedikit tak bersemangat malam ini. Eum, Minho-yah…”

 

 

“Heum…”

 

 

Ryewook menatap Minho. Kedua mata mereka bertemu dan sukses membuat Minho salah tingkah, terlebih Ryewook bahkan tersenyum saat melihatnya. “Kau tahu, kau sangat tampan.”

 

 

“Hyung sangat berlebihan.”

 

 

“Kurasa, kau tak kalah tampan dari batu itu. Bagaimana jika kau menyatakan perasaanmu pada Sungmin hyung lagi.”

 

 

Minho terdiam. Raut wajahnya berubah. “Sungmin hyung…”

 

 

“Aku tahu, aku terlalu memaksakan kemauanku. Tapi aku mencintai Sungmin hyung. Melihatnya menangisi batu itu terus menerus membuatku bertambah kesal. Setidaknya jika denganmu, dia akan merasa lebih baik. Kurasa dia hanya butuh dicintai.”

 

 

Ryewook menatap kedalam kedua mata besar Minho. “Kau masih mencintainya bukan???”

 

 

Minho mengangguk pelan. “Tapi, Kyuhyun hyung…”

 

 

“Ish… dia bahkan bukan saudaramu. Aku benci kenapa kau mengalah pada hantu batu itu.”

 

 

“Tapi, dia anak appaku dan aku tak mau…”

 

 

“Sudahlah, kalau begitu.” Ryewook mengalihkan perhatiannya dari Minho dan kembali sibuk melihat tugasnya. “ Sebaiknya kau beralih saja jika sama sekali tak mau berusaha. Kau mengalah pada orang yang salah. Kyuhyun tak menyukai Sungmin. Aku tahu, dia hyungmu. Tapi kalian bahkan tak sedarah. Jika Ummamu tak menikah dengan si bodoh itu, aku sangat yakin jika Sungmin Hyung akan menyukaimu.”

 

 

Ryewook kembali menghentakkan genggaman tangannya ke meja. Dia sungguh gemas. “Kenapa kau masih sangat muda Minho-yah…Ish, aku benci Cho Kyuhyun.”

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

Ini adalah hari yang lainnya. Hari yang sama seperti hari sebelumnya. Sekolah musik sama sekali tak menarik lagi baginya.  Cafe tempatnya bernyanyi pun, sama sekali tak bisa menghiburnya. Dia sama sekali tak bisa mengalihkan pikirannya pada hal lain. Meski ia bisa mendengar suara Minho, tapi kedua matanya selalu bisa menemukan sosok yang tengah duduk diam sambil melempar jagung kearah merpati yang ada dihadapannya.

 

 

Bagi Sungmin, pemandangan dihadapannya sangat indah. He is kind of another angel. Kyuhyun terlihat sangat sempurna, terlalu bersinar.

 

 

“Aku tahu, aku tak bisa mengalihkanmu.”

 

 

Minho berucap pelan dan sambil menepuk bahu Sungmin. Sungmin mau tak mau harus merasakan perasaan bersalah. Ia juga terluka tengah membuat Minho berada dalam posisi yang mungkin malah paling sakit diantara mereka.

 

 

Sungmin menyentuh kedua sisi pipi Minho. “Kau terlalu baik, Minho.”

 

 

“Tapi tak cukup baik untukmu.”

 

 

Sungmin membeku. Sungmin tahu, jika Minho mencintainya. Entah berapa kali namja itu menyatakan perasaannya. Semua orang pun tahu jika Minho bahkan seribu kali lebih baik dari Kyuhyun. Tapi, kenapa…

 

 

“Mianhe, Minho.”

 

“Bukan salahmu jika sama sekali tak menyukaiku. Tapi, aku bisa mencintaimu. Kita bisa, setidaknya jika kau mau mencoba. Jebalyo…”

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

“Hyung, bagaimana kencanmu?’

 

 

Ryewook bertanya dengan semangat penuh. Ia sendiri yang mengatur kencan Sungmin dengan Minho hari ini. Suasana romantis, sore yang cerah bersama dengan angin yang sejuk. Ditambah ice cream dan juga merpati yang selalu beterbangan di tengah taman.

 

 

“Bukankah sangat romantis, seperti di Paris. Jadi, bagaimana dengan Minho? Apa kau sudah… eum setidaknya berciuman dengannya?”

 

 

Sungmin hanya diam. Ia sama sekali tak bisa mencerna apapun yang dikatakan Ryewook. Dalam pikirannya hanya ada Kyuhyun ia sama sekali tak mengerti, kenapa di semua tempat ia harus selalu bertemu Kyuhyun.

 

 

“Wookie-ah…”

 

 

“Heum…”

 

 

“Disana juga ada Kyuhyun.”

 

 

“Mwoya!!! Bagaimana bisa?!” Ryewook berteriak kesal. “Bagaimana dia bisa ada disana? Dari semua taman, bagaimana bisa dia ada disana!!? Dasar penguntit!” Ryewook kesal, dia terlihat benar-benar sangat kesal dan marah. Ia sudah susah payah membujuk Minho, agar menyatakan perasaannya lagi pada Sungmin.

 

 

Sudah susah payah membujuk Sungmin untuk kencan (?) dengan Minho, dan akhirnya semua berakhir seperti ini lagi.

 

 

“Kenapa Kyuhyun seperti penguntit? Bahkan dia berhenti bekerja di cafe tanpa pemberitahuan apapun dan berapa hari kemudian aku melihatnya berada di toko roti tepat di depan florist yang baru kita buka. Sangat keterlaluan! Aku akan memarahinya terang-terangan. Lihat saja!”

 

 

Ryewook segera beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Sungmin.

 

 

Sungmin memang merasa sangat aneh. Saat dimana ia mulai menjaga jarak dari Kyuhyun, adalah saat yang sangat berat. Karena memang aneh, dia masih bisa menemukan Kyuhyun dimanapun meski dia sudah berpindah tempat kerja, berhenti dari sekolah musik dan bahkan saat ia mengantar bunga kesalah satu pesta pernikahan. Dia bisa menemukan Kyuhyun berada disana, baik dijalan maupun tengah duduk atau sekedar memotret.

 

 

Dan dari pintu kaca toko bunganya, ia bahkan bisa melihat Kyuhyun tengah tersenyum ramah pada seorang Halmeoni dan menghidangkan satu potong cake dan juga coffe latte yang memang terkenal sangat enak saat Kyuhyun yang membuatnya.

 

 

Tak ada satupun celah untuk keburukan yang dimiliki Kyuhyun.

 

 

Apapun yang ada didalam tubuh Kyuhyun, semuanya sempurna.

 

 

“And I was so in love with him….”

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

Hari dimana Ryewook justru tidak berangkat untuk membantunya ditoko bunga adalah hari yang terberat bagi Sungmin. Pemilik cake shop, tempat dimana Kyuhyun bekerja memesan beberapa set bunga untuk menghias tokonya.

 

 

Sedikit berdebar. Sungmin tak pernah sedekat ini dengan Kyuhyun setelah beberapa bulan berlalu. Setelah ia memutuskan untuk berhenti menempel pada Kyuhyun dan memutuskan untuk merubah semua tingkah lakunya. Meski ia sendiri merasakan sesuatu yang asing, dia seperti bukan dirinya lagi.

 

 

“Ah… kau sudah datang. Kuharap kau tak sibuk, karena aku ingin kau mengatur semua bunga. Bisakah?”

 

 

Sungmin hanya mengangguk. Yeoja yang sudah berumur itu sangat manis. Seperti ummanya, dan Sungmin tak mungkin mengatakan tidak pada yeoja pemilik cake shop itu. Meski itu artinya dia akan berada disekeliling Kyuhyun. Namja itu tengah merapihkan meja yang baru saja ditinggalkan oleh sepasang kekasih.

 

 

Sungmin sesekali mencuri pandang untuk melihat Kyuhyun, dan semuanya masih sama dia masih saja berdebar dan bahkan sekarang terasa sedikit sakit. Sungmin tak mau lebih lama merasakan perasaan itu, dia bergegas merapihkan punga mawar putih di beberapa meja yang tersisa dan segera mengucapkan salam pada ahjumma pemilik cakeshop itu.

 

 

Sedikit berharap, Kyuhyun akan menyapanya. Tapi, sepertinya kenyataan tak berjalan seperti apa yang ia inginkan. Bahkan Kyuhyun tak melihatnya sekalipun.

 

 

‘He’s as cold as ice…’

 

 

.

 

 

.

 

 

“Hujan…”

 

 

Sungmin melihat kearah luar. Sore itu sangat sepi, karena hujan terus saja turun. Ia bahkan tak bisa pulang karena tak mungkin berjalan cukup jauh untuk sampai ke stasiun kereta di tengah hujan yang entah kapan akan berhenti.

 

 

Sungmin beranjak dari duduknya dan kemudian menutup jendela kaca tokonya. Mungkin ia akan menginap di toko saja. Setelah mengirim pesan pada Ryewook, ia membuat coklat panas dan kembali duduk diam. Ia menekan tombol play pada music player yang ada ditokonya dan ia mulai sedikit merasa tenang. Alunan piano yang terdengar pelan dan lembut cukup berhasil menghibur kesepiannya.

 

 

“Sangat tidak sopan kau selalu memainkannya.”

 

 

Sungmin hampir menjatuhkan gelas coklatnya saat ia mendengar suara bass yang benar-benar ia kenal. Meski hampir sangat jarang Kyuhyun berbicara padanya. Sungmin juga baru merasakan panas pada pahanya beberapa menit setelah ia sadar dari keterkejutannya.

 

 

“Apakah kau selalu seperti ini?”

 

 

Kyuhyun berucap pelan dan mendekati Sungmin. Sungmin tak bisa berkata apapun. Ia bahkan belum percaya pada penglihatannya, Kyuhyun berada dihadapannya, dan berbicara padanya.

 

 

“Aku tidak… aku tak sengaja menjatuhkan coklatnya. Uh… maaf. Tapi, kenapa kau ada disini?”

 

 

Kyuhyun hanya diam. Situasi seperti ini membuat Sungmin sedikit canggung. Meski sebelumnya dia selalu ceria didepan Kyuhyun, tapi entahlah. Sekarang ia merasa sangat takut dan canggung.

 

 

“Kenapa kau sangat senang bermain-main?”

 

 

“Hheuhhh…?”

 

 

Kyuhyun tak menyahut. Ia hanya memamerkan smirk yang entah sejak kapan tak ia keluarkan. Ia mendekati Sungmin dan memegang erat kedua sisi bahunya. “Bagaimana bisa kau selalu seperti ini padaku?”

 

 

“Aku tak melakukan apapun. Bukankah aku sudah menjauh? K-kau sepertinya tak…”

 

 

“Beraninya kau melakukan itu padaku?”

 

 

“Aku tak melakukan apapun, Kyu. Aku tak mengganggumu.”

 

 

Kyuhyun mendekatkan wajahnya pada Sungmin. Kedua mata foxy itu terlihat sangat cantik, dan alunan piano yang mengiringi mereka sepertinya seakan mengerti suasana hati Kyuhyun.

 

 

“Siapa yang mengijinkanmu untuk menjauhiku?”

 

 

“Tapi, Kyu kau…”

 

 

Sungmin diam.

 

 

Dia tak akan bisa bicara saat bibirnya merasakan kelembutan bibir Kyuhyun. Sesuatu yang hangat dan sangat memaksa, yang sanggup melemahkan kedua kaki Sungmin. Bahkan tubuhnya bergetar hebat.

 

 

“Jangan melakukan apapun tanpa seizinku. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika kau milikku.”

 

 

“Kyu….”

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

“What!!!!” Ryewook berteriak histeris. “Beran-beraninya si evil batu menyebalkan itu mencuri ciuman dari bibir Sungmin hyung!” Ryewook menoleh tajam pada Yesung. Namja yang mungkin sama sekali tak bersalah dalam masalah ini.

 

 

“Ini karena kau, Hyung!!! Kau menahanku saat aku akan menjemput Sungmin hyung. Ish… kau sangat menyebalkan.”

 

 

“Kita sedang  di ronde 2 saat kau ingat Sungmin, bagaimana bisa aku membiarkanmu pergi saat aku sendiri membutuhkanmu.”

 

 

Ryewook ingin sekali memukuli namjanya yang selalu saja blak-blakan itu.

 

 

“Ish…Mianhe Sungmin hyung, aku tak bisa menjagamu. Aku berjanji, setelah ini aku akan selalu bersamamu. Mengantarmu dan mengikutimu kemanapun kau mau.”

 

 

“Yah!!! Aku namjachingumu. Jika kau terus menguntit Sungmin, kapan kau akan bermesraan denganku?”

 

 

“Ish… jangan kekanakkan hyung. Sungmin hyung lebih penting sekarang.” Ryewook bergegas merapihkan isi tas ranselnya dan kemudian bersiap. “Nah, sekarang kita berangkat ke florist. Ah… aku ingin mencium wangi bunga.”

 

 

Ryewook terhenti saat ia tak merasakan pergerakan Sungmin, padahal dia sudah menarik pergelangan tangan namja itu. “Wae Hyung??? Apakah ada yang terlupa?? Bukankah kau meninggalkan tasmu di toko.”

 

 

“Eum… Wookie-ah.”

 

 

“Heum?”

 

“Sebenarnya ranselku tak tertinggal di toko.”

 

 

“Eoh? Dimana hyung??? Jangan sampai hilang atau kita tak akan bisa mengantarkan bunga yang sudah di booking pembeli. Ish… aku tak punya salinan alamatnya hyung.”

 

 

“Wookie, tenanglah. Tasku tidak hilang.”

 

 

“Lalu?”

 

 

“Hanya tertinggal di suatu tempat.”

 

 

“Dimana?”

 

 

“Dirumah Kyuhyun.”

 

 

“Oh… ya sudah kita ambil saja.” Ryewook melenggang dengan santainya sambil menarik Sungmin untuk mengikutinya. Tapi selang beberapa detik, “What!!!!” Ryewook berbalik dengan sangat cepat dan menghadap tepat didepan wajah Sungmin. “Bagaimana bisa dirumah Kyuhyun!!!!”

 

 

“I-itu….”

 

 

“Sshhh…. baby Wookie-ah.” Yesung mencoba menghentikan tangan kurus  Wookie yang terus menggoncangkan tubuh Sungmin.

 

 

“Sudahlah. Lagian kemarin hujan deras, dan sangat pas untuk make out.”

 

 

“Yah!!!!” Ryewook berteriak kesal pada Yesung. “Ingatkan aku jika aku sedang marah denganmu Hyung.” Ryewook mendorong tubuh Yesung hingga namja itu menabrak pintu. Ryewook mengacuhkannya dan kembali sibuk pada Sungmin.

 

 

“Jangan katakan k-kalian make out.”

 

 

Meski dengan wajah memerah dan menunduk, tapi dengan jelas dia melihat Sungmin mengangguk.

 

 

“Yahhh!!! Bagaimana bisa? Ish… aku harus buat perhitungan dengan si evil batu jelek itu. Aku akan…”

 

 

“Akan apa?”

 

 

Ryewook menghentikan kata-katanya. Ia langsung memutar tubuhnya menghadap kepintu. Kemarahannya semakin menjadi saat melihat namja yang benar-benar ia benci tengah berdiri di pintu apartemennya.

 

“Aku akan membunuhmu evil batu jelek!!!”

 

 

“Coba saja kalau kau bisa.” Kyuhyun memamerkan smirknya. Dan tanpa basa-basi ia langsung menarik Sungmin kedalam pelukannya dan mencium lembut bibir namja itu tepat di depan wajah shock Ryewook.

 

 

“How dare you Cho Kyuhyun!!!! Dia hyungku!”

 

 

Kyuhyun memeluk erat pinggang Sungmin setelah ia menghentikan ciuman singkat mereka. ia menatap tajam pada Ryewook. “Kau tahu, aku tak  pernah berharap Sungmin berteman denganmu. Kau membuat semua usahaku sia-sia. Dan tingkahmu yang berani-beraninya menyuruh Minho  untuk terus menempel pada Sungmin benar-benar menggangguku. Jangan melakukan apapun pada Sungminku, atau aku akan melakukan hal yang lebih gila padamu.”

 

 

“Mwoya!!! Apa maksudmu evil Cho!!!!”

 

 

Sungmin menghela nafasnya. Ia mendorong Kyuhyun untuk keluar dari apartemennya. Dia merasa dia harus menjelaskan sesuatu terlebih dahulu pada Ryewook dan menyingkirkan kedua seme evil tak berguna itu diluar pintu.

 

 

“Katakan hyung!!! Bagaimana sebenarnya? Bagaiamana dia bisa melakukan hal itu dengan mudahnya dan bahkan setelah mengacuhkanmu selama beberapa tahun ini dan bagaimana bisa dia menciummu seperti itu? Bag….”

 

 

“Tenang Wookie-ah.”

 

 

“Bagaimana aku bisa tenang?”

 

 

“Dia hanya kesal dengan Minho.”

 

 

“Mwo!!!”

 

“Ya… hari dimana Minho mengatakan dia menyukaiku adalah hari dimana Kyuhyun akan menyatakan perasaannya padaku.”

 

 

“Mwoya!!!”

 

 

“Trust me, he loves me.”

 

 

Dan sungmin mencium pipi Ryewook setelah menepuk pipi tirus itu beberapa kali untuk menyadarkan namja manis itu dari keterkejutannya. “YAH!!! Dasar evil Cho!!!!”

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

END

 

.

 

 

.

 

 

Failed!!

 

 

Bahasanya anehhhhhhhhh….

 

.

 

 

Bunny… | KyuMin|YAOI|OS

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

 

.

 

 

rainy hearT

 

.

 

 

~Proudly present~

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

~Bunny…~

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

Cast :  – Cho Kyuhyun

 

          Lee Sungmin

 

          Others Super Junior members

 

 

Pairing: KyuMin

 

 

Genre : Drama, romance, fluff, etc

 

 

Length : Oneshoot

 

 

Rated : T

 

 

Disclaimer : KyuMin saling memiliki, Kyu Milik Sungmin, dan Sungmin milik Kyu _bersama dengan saya_  >^<

 

 

 

Warning : YAOI / BL, GaJe, Typo(s), etc

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

Don’t Like Don’t Read

 

 

No Copas No Bash No Flame

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

—>> Author POV

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

Sungmin menghela nafasnya. Hari yang sangat melelahkan baru saja ia lewati. Menyelesaikan musikalnya di Jepang dan langsung terbang pulang ke Korea untuk mempersiapkan SS5 di negara berikutnya bersama member yang lainnya.

 

 

Ia sampai di dorm saat menjelang dini hari. Manager hyung menyuruhnya agar langsung istirahat karena mereka akan mengambil penerbangan lusa pagi. Ia bisa beristirahat selama stau hari penuh.

 

 

Sungmin meletakkan sepatunya pada rak sepatu yang terletak disudut ruangan. Ia berjalan perlahan sambil sesekali mengusap tengkuknya untuk menghilangkan rasa pegal yang sedikit mengganggunya. Hingga akhirnya ia melihat cahaya yang ia yakin benar berasal dari TV yang berada di tengah dorm.

 

 

Ia mendekat perlahan untuk memastikan siapa yang tengah menonton TV hingga malam selarut ini. Sedikit berharap jika magnae kesayangannyalah yang tengah menunggunya. Beberapa hari ini mereka sama-sama sibuk untuk musical hingga jarang sekali mengirim kabar. Terlebih Sungmin selalu saja berada jauh dari Kyuhyun untuk beberapa hari karena jadwal musical-nya di  Jepang.

 

 

Sungmin tersenyum saat ia sampai pada posisi yang ditujunya. Ia tak melakukan hal appaun selain tersenyum saat melihat wajah polos dihadapannya. Mendapat pantulan cahaya dari TV di wajah Kyuhyun seakan menunjukkan betapa tampannya sosok dihadapannya itu.

 

 

Ia menghela pelan nafasnya. Melihat wajah damai Kyuhyun dengan kedua matanya yang tertutup membuatnya sedikit tenang. Ia bukan ingin menganggap Kyuhyun lemah dan melarangnya menungguinya hingga larut. Hanya saja beberapa hari terakhir Kyuhyun terlihat sedikit pucat.

 

 

Sungmin duduk disisi Kyuhyun. Ia tersenyum saat menemukan sedikit berkas air liur di ujung bibir Kyuhyun. Dan entah tanpa rasa jijik, Sungmin malah menjilatnya. Aww…. dia merasa menjadi sedikit naughty…

 

 

Dan satu jilatan kecil untuk menghapus air liur itu seperti satu pintu gerbang yang terbuka dan membuat Sungmin ingin mencuri ciuman lebih banyak lagi. Diabaikannya suara TV yang tengah mempertontonkan drama.

 

 

Ia lebih tertarik untuk mengusap lembut pipi Kyuhyun. Rasanya sangat lama dia tak mengagumi wajah namjanya ini. Cinta yang terlalu dewasa mungkin, hingga ia sedikit malu untuk ber -lovey-dovey dengan seseorang yang sudah bersamanya lebih dari 7 tahun belakangan.

 

 

Sungmin tersenyum saat ia bisa merasakan sedikit rasa pahit kopi saat ia mulai menjilat bibir Kyuhyun. Dengan sedikit nakal dia menjilat dan membasahi seluruh bibir Kyuhyun, dan mungkin ia tengah beruntung saat tiba-tiba saja Kyuhyun membuka bibirnya.

 

 

Tanpa sedikitpun rasa curiga, ia memasukkan lidahnya kedalam mulut terbuka Kyuhyun dan mulai memainkan lidahnya di ruang hangat basah itu. Sesekali mencoba mengulum lembut bibir Kyuhyun.

 

 

Ia tahu, Kyuhyun mungkin bangun. Tapi mungkin itulah tujuannya. Dan terlebih saat ia merasakan Kyuhyun seperti mulai menggerakkan lidahnya dan membalas permainannya. Membiarkan saliva mereka meleleh dan saling bercampur didalam mulut Kyuhyun.

 

 

Dan dengan mudahnya, Sungmin naik ke pangkuan Kyuhyun. Melingkarkan kedua kakinya di pinggang Kyuhyun dan menarik Tubuh Kyuhyun untuk mendekat padanya. Ia berani bersumpah, ia bisa merasakan sesuatuyang keras mulai menekan bagian bawah tubuhnya.

 

 

Junior Kyuhyun mulai bereaksi. Sungmin semakin bersemangat untuk menghisap bibir Kyuhyun.  menarik dan mempermainkannya. Mengulum dan hingga akhirnya ia menggigit gemas bibir bawah Kyuhyun.

 

 

“Awwhhh….” Terdengar lenguhan pelan suara Kyuhyun. Bisa dipastikan namja itu sudah bangun dari tidurnya. Dan saat Sungmin merasakan balasan pelukan di punggungnya, ia tahu Kyuhyun benar-benar bangun.

 

 

“Heumm….” Sungmin melepaskan ciumannya dan mengatur nafasnya. Ia tersenyum saat menemukan kedua mata Kyuhyun terbuka.

 

 

“Siapa yang mengijinkanmu mencuri ciumanku, Hyung?”  Kyuhyun menarik Sungmin untuk lebih mendekat pada tubuhnya. Ia mendaratkan ciumannya di telinga Sungmin dan mulai meremas butt Sungmin yang sedari tadi menggoda paha Kyuhyun.

 

 

“Awhhh… Kyunie. Ak-aku hanya merindukanmu.”

 

 

Sungmin tersenyum kecil  saat ia merasakan jilatan di lubang telinganya. Serta remasan pada bokongnya yang semakin membuatnya ingin merasakan lebih dan lebih lagi. Seluruh tubuhnya merinding hebat saat Kyuhyun lebih gencar lagi menghujani lehernya dengan ciuman.

 

 

Ia menutup kedua matanya dan mulai meremas anak rambut di tengkuk Kyuhyun. Ia benar-benar menikmati cumbuan dan jilatan basah dari Kyuhyun. Sungmin melenguh pelan dna mulai berusaha mendorong tubuh Kyuhyun. Ia sungguh tak tahan ingin mencium namjanya itu. Sungmin meremas bahu Kyuhyun, dan ia benar-benar sedikit lupa karena cumbuan Kyuhyun hingga akhirnya ia merasakan Kyuhyun mulai mengigit kecil lehernya.

 

 

“Awwhhh… Kyuhhh… Ja-jangan disitu.”

 

 

Kyuhyun tersenyum dalam ciumannya. Ia kemudian menatap kedua mata Sungmin. Kyuhyun memainkan ibu jarinya di dagu Sungmin. Mengusapnya perlahan dan tersenyum seraya mencuri ciuman kecil di bibir Sungmin. “Lalu, bagian mana aku harus menandaimu? Kau tahu, akhir-akhir ini kau sedikit nakal dengan terus berselca ria bersama ahjussie itu. Itu membuatku selalu berfikir jika aku tak cukup baik untukmu. Dan juga selca mu dengan Henry it—“

 

 

Kyuhyun menghentikan ucapannya saat Sungmin menaruh telunjukknya tepat pada bibir Kyuhyun. “Kau juga melakukan Kissing scene di dramus-mu. Kau kira aku tidak tahu???”

 

“Kau melakukannya juga, bukannya kita impas.” Kyuhyun melepaskan pelukannya pada tubuh Sungmin. Entahlah, ia tiba-tiba merasa kesal. “Kau bahkan melakukannya berkali-kali dan berflirting ria dengan noona dancer. Kau benar-benar….”

 

 

Sungmin kesal. Ia segera mendorong bahu Kyuhyun dan kemudian menurunkan kakinya dari pangukan Kyuhyun. Ia berdiri tepat didepan Kyuhyun dan menyilangkan kedua tangannya. “Aku baru pulang dan kau ingin kita marahan lagi?”

 

 

Kyuhyun tak menjawab. Dia memalingkan wajahnya. Sebenarnya, ia tak sungguh merasa ada masalah dengan kedekatan HenMin. Henry x Sungmin.

 

 

Pair itu muncul karena beberapa fans menemukan kecocokan antara keimutan Sungmin dan maknae dari Super Junior M itu. Dan terlebih karena MV TRAP…

 

 

Kyuhyun benar-benar membenci MV itu. Dia terlihat sangat bodoh dan tua. Terlebih siang tadi, sia mencoba untuk membuat perubahan dengan mengubah warna rambutnya menjadi blonde seperti Henry, dan hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya, ia memilih untuk mengembalikan rambutnya ke warna sebelumnya.

 

 

“YA!! Kyuhyun-ah…! Aku bicara denganmu? Kenapa selalu Henry? Padahal kau tau sendiri, aku hanya menyukainya seperti adikku. Sama seperti aku menyukai Jongjin atau juga Sungjin. Dia seperti dongsaengku sendiri.”

 

 

Kyuhyun masih mengacuhkan Sungmin. Ia sebenarnya tak lagi kesal soal kiss scene, karena sejujurnya dia merasa bersalah atas kiss scene yang juga ia lakukan di dramusnya. Tapi soal MV Trap itu, dan juga Selca bersama Henry, dan itu karena Sungjin yang mengambil foto itu, berarti Sungjin….

 

 

“Oh ayolah Kyuhh…”

 

 

“Jadi dia seperti Sungjin untukmu?”

 

 

Sungmin mengangguk.

 

 

“Apakah kau pernah mencium Sungjin.”

 

 

Meski merasa aneh dengan pertanyaan Kyuhyun, tapi akhirnya Sungmin mengangguk.

 

 

“Di pipi?”

 

 

“Ya, sesekali.”

 

 

“Di kening?”

 

 

“Ya… karena terkadang dia merasa Umma lebih menyayangiku. Jadi aku menciuminya di kening. Hei… kenapa menanyakan itu, Kyuhyun-ah?”

 

 

“Di bibir?”

 

 

“K-Kyu???” Sungmin hampir merajuk karena pertanyaan konyol Kyuhyun.

 

 

“Jawab saja Ming.”

 

 

Sungmin sedikit kaget saat Kyuhyun memanggil namanya. Hanya nama. Bukan hyung lagi. Itu artinya Kyuhyun benar-benar serius dengan pertanyaannya. “Jadi kau mencium Sungjin di bibir juga?”

 

 

“Eum…” Sungmin memainkan jemarinya. Ia sedikit nervous saat Kyuhyun berdiri dan mendekatinya. Ia bisa melihat jelas smirk di bibir Kyuhyun. “Ok-oke… aku mencium Sungjin di bibir. Tapi dia dongsaeng-ku Kyu. Kau tak seharusnya marah karena itu Sungjin, dan…”

 

 

“Dan kau mengatakan tadi Henry itu sudah seperti Sungjin. Itu artinya, kau juga akan mencium Henry jika dia…”

 

 

“KYU!!!”

 

 

“Apa??? Aku sedang kesal denganmu Hyung. Apa maksudmu dengan selca yang kau upload dan kau hapus lagi. Itu benar-benar membuat pemikiran jika kau menyembunyikan satu hal atau berusaha menyembunyikannya. Kau pikir fans mu tak tahu??? Mereka bahkan bergerak sangat cepat. Setelah kau menghapusnya, slecamu itu sudah terlanjur menyebar di  manapun. Apa kau sengaja membuatku marah?”

 

 

“K-Kyu…” Suara Sungmin melemah. Ia sangat takut saat melihat wajah Kyuhyun. Meski cahaya yang kurang, dia bisa melihat Kyuhyun memancarkan aura kemarahannya. “Kau bisa membangunkan yang lainnya. Sebaiknya kita tidak terlalu berisik, kita-“

 

 

“Yang lainnya sedang mengunjungi Heechul Hyung. Hanya ada kita di dorm ini hyung, dan aku menunggumu sedari tadi.  Aku benar-benar merindukanmu, tapi entahlah. Aku kesal, kau benar-benar sering sekali memancing kemarahanku. Apa kau sedang menguji kesabaranku?”

 

 

“Kyunie….”

 

 

Sungmin mendekat pada Kyuhyun dan kemudian memeluknya. “Mianhe, Kyu. Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya…”

 

 

“Apa kau sengaja membuatku marah?”

 

 

“Ahniya, aku tidak…”

 

 

“Kau sengaja membuatku marah, hingga aku bisa menghabiskanmu malam ini juga dan bisa kupastikan kita akan terus melakukannya hingga esok. Melakukannya dengan kasar. Ah… kita sudah lama tak melakukan permainan yang benar-benar kasar. Bagaimana jika counter dapur?”

 

 

“Kyunie…”

 

 

Sungmin mencubit kecil pinggang Kyuhyun. Ia tersenyum. “Aku tak memancingmu, hanya saja itu karena Sungjinnie yang memaksaku untuk menguploadnya. Kau tahu, dia sedikit tertular virus aneh Jongjin. Kurasa mereka pasangan yang aneh, tapi benar-benar serasi.”

 

 

“Ouh… berhenti membicarakan orang lain.” Kyuhyun mulai mendorong tubuh Sungmin agar berjalan mundur hingga menuju counter dapur dan kemudian menyudutkannya, hingga terpaksa Sungmin naik ke sudut counter dapur dan melingkarkan kakinya untuk mengikat pinggang Kyuhyun lebih dekat padanya.

 

 

Sungmin memainkan jemarinya pada dada Kyuhyun. Ia memainkan jemarinya pada kancing piyama Kyuhyun dan mulai melepaskan kaitan kancingnya. “Sepertinya seseorang mulai tak tahan.”

 

 

“Eum… aku hanya terlalu merindukanmu.”

 

 

“Kiss me…”

 

 

“Dengan senang hati, Master.”

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

 

.

 

END

 

.

 

 

.

 

 

Apa ini????

 

 

Hahhaa…… saya tidak tahu apa ini? baiklah,,,, abaikan author ini.

 

 

Maaf untuk bahasa yang aneh dan kaku. Aduh…. kerjaanku bikin semua hidupku berubah. I’m so formal now….#silly

 

.

 

 

 

 

Self Tittled | KyuMin Aniv| Yaoi |OS

.

.

.

“Kyuhyun-ah…”

“Heum…”

“Saranghae…”

 

“Nde nado sarangheyo…”

.

.

 

Self Titled

 

.

.

Author : rainy hearT

Length : Series

Rated : T

Cast :

-Cho Kyuhyun

-Lee Sungmin

– Other SUJU member

Pairing : || KYUMIN ||

Disclaimer : Semua cast belongs to God and themselves. KyuMin saling memiliki dan saya adalah pemilik mutlak dari seorang Lee Sungjin #%$&&^%???

Genre : ||Drama || Romance|| Fluff |

Warning : || BL/ YAOI || Gaje || typo’s || EYD tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia||

 

.

 

Another PRESENT From Me

.

 

.

 

Just KYUMIN

 

Please be Patient With me. Don’t Like Don’t Read. No copas No bash. Kritik and saran yang mendukung selalu diterima dengan tangan dan hati yang terbuka.

.

.

 

Hari ini adalah keajaiban, dimana cinta menentukan segalanya.

 

Hari ini adalah peringatan, dimana cinta menyatukan segala perbedaannya.

 

Happy ever after…

 

Our Beloved KYUMIN

 

.

 

It’s a JOY DAY, our lovely day…

.

.

 

.

 

.

 

Love is about to learn, about to feel, and about to know, to make sure…

That every single steps that i take, it’s always come so near and always come for you…

 

Love is all about to believe and keep on my faith..

That every beat in my heart, is always singing on your name…

 

And it’s a lovely day when even the rains pour on me…

I feel that i was free for you….

 

It’s a joy in my life when i know…

That all of  my life was ‘bout  just to learn, how to love you…

 

.

 

.

 

Lee Sungmin POV

 

.

 

.

 

.

 

Ini cuaca di musim panas, saat dia datang. Namja berkulit pucat yang turun dari mobil box besar bertuliskan ‘Moving’ dan kemungkinannya adalah dia tetangga baruku.

 

“Ada baiknya kau membantunya, Ming.” Aku mendengar suara Umma, dan itu artinya dia mengijinkan aku untuk keluar dan sekedar membantu. Meski aku tahu apa yang aku lakukan tak lebih dari sekedar menyusahkan orang.

 

“Oke….”

 

Aku mengangguk cepat. Segera turun dari kamarku dan berlari menuju lantai bawah. Melalui pintu sebelah rumah dan membukanya dengan senyuman. Hari ini aku akan berbuat baik lagi.

 

Aku berjalan menuju ke arah rumah itu. Sedikit takut, karena sepertinya mereka keluarga kaya. Aku tak mengatakan jika keluargaku miskin, hehehe… hanya saja … yeah begitulah. Aku membenarkan pakaianku, dan berusaha untuk terlihat rapi dan juga tampan.

 

Aku melihat anak, yang mungkin seumuranku. Aku yakin, karena dari postur tubuhnya dia bahkan tidak lebih tinggi dariku. Aku perlahan mendekatinya. Bisa kulihat, dia sedikit tidak nyaman dengan lingkungan barunya. Bisa kulihat seperti itu, karena dia menjauhi kandang si putih yang aku letakkan didepan rumah.

 

“Kelinciku tidak akan menggigitmu, jadi tidak perlu berlebihan seperti itu.” Aku mendekatinya. Dia hanya menatap aneh padaku. Aku tahu itu, karena tatapannya seperti mengejek pasdaku. Yeah, Mungkin kebanyakan orang yang datang dari Seoul itu bersikap sama. Aku mengulurkan tanganku, untuk berkenalan dengannya. “Lee Sungmin, aku Lee Sungmin.”

 

“Ah… nde.” Dia hanya mengangguk dan kemudian diam. Sama sekali tak berniat menyahut ku atau sekdar mengatakan namanya, dan bahkan mengabaikan tanganku. Baiklah, kurasa dia hanya agak pendiam.

 

“Kyu!! Sebaiknya kau membantu Mommy!”

 

Aku mendengar teriakan, dari seorang yeoja di dalam rumah itu.

 

“Yes, Mommy!” Kyuhyun menyahut sebentar dan kemudian kembali melihatku. Kulihat dia diam sebentar, dan seperti melihatku. Seperti detektif dalam serial anime-ku. Ck… sangat aneh saat dilihat seperti itu. Tapi dia kemudian mengangguk, “Baik, aku Cho Kyuhyun.”

 

Aku tersenyum, meskipun dia tidak melihat senyumanku. Bagiku menemukan teman baru adalah satu kebahagiaan. Aku mengekori Kyuhyun dan aku pikir dia mungkin sedikit terganggu dengan kehadiranku, karena terlihat sesekali dia menoleh kebelakang membuatku sedikit salah tingkah.

 

Untuk beberapa menit dia kemudian berhenti dan kemudian dia menoleh lagi padaku. Aku sama sekali tak bisa bersikap, hanya menggaruk rambutku untuk sedikit menghilangkan kecanggunganku. “Eum… aku hanya ingin membantu, kata umma aku boleh membantu kalian. Aku cukup kuat untuk mengangkat kardus buku atau sekedar menata kamarmu.”

 

Dia sepertinya sedikit keberatan, tapi saat aku lihat yeoja yang di panggil Moomy itu tersenyum padaku, akhirnya dia mengangguk dan menyetujui keinginanku. “Baiklah…”

 

Aku tersenyum lega, dan tak lupa juga mengumbar senyuman manisku pada dang Momy dari anak ini. Dan untuk pertama kalinya aku melihat dia tersenyum.

 

Namja berkulit pucat, dengan rambut ikal kecoklatannya, terlihat tampan. Untuk pertama kalinya, memang sedikit menyebalkan karena dia sangat pendiam. Tapi  setelah mengenalnya beberapa hari, aku tahu jika dia memiliki banyak sifat yang tak aku duga sebelumnya.

 

Sedikit nakal dan seenaknya, tidak menurut pada Daddy dan Mommy Cho, dan juga aku baru tahu dia namja yang jenius, benar-benar jenius.

 

“Aku 13 tahun, dan aku sudah berada di tingkat 9. Senang bisa satu kelas denganmu… Sungmin Hyung.”

 

Rasanya sangat mengherankan, karena dia benar-benar tak terlihat semuda itu. Apakah dia bercanda saat mengucapkan usianya 9 tahun? Yang benar saja???

 

Dan dia mengejekku, dengan wajah menyebalkannya itu.  Aku sungguh kesal.

 

Dan menyebalkannya lagi, dia selalu menekankan kata Sungmin hyung seakan mengejekku dan sepertinya dia sangat bangga karena selalu menjadi yang lebih dan bahkan yang terpintar dikelas. Mulai hari itu, aku menyataka jika Kyuhyun adalah sahabat dan juga rivalku.

 

Sangat menyebalkan.

 

“Aku Lee Sungmin, dan aku tingkat 9. Sebenarnya aku kesal denganmu, karena kau berada di kelas yang sama denganku dan bahkan kau lebih pintar. Asal kau tahu, itu sangat menyebalkan. Tapi aku tidak bisa marah padamu, karena kau tahu kenapa??? Karena aku lebih tua, dan aku Sungmin Hyung. Setidaknya kau masih memanggilku Hyung dan itu jauh lebih baik, tapi bagiku kau masih menyebalkan.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Kami berangkat sekolah bersama dan aku tak pernah menyadari sebelumnya, jika dia namja yang benar – benar tampan dan populer. Dalam waktu beberapa bulan saja, dia seperti bintang dimanapun. Memang dia tidak bisa berolahraga dengan benar tapi jika hanya untuk sekedar mengeluarkan keringat dan terlihat keren, dia selalu melakukan olahraga bersama dengan tim basket.

 

Dia memang tak buruk dalam permainan itu, tapi sangat menyebalkan saat dia melempar flying kiss ke semua yeoja, dan bahkan itu dilakukan meski dia tidak mencetak satu angka pun. Dasar pabbo….!

 

Dan juga aku tak tahu jika dia sangat terkenal, hingga semua sunbae bahkan tergila-gila pada Kyuhyun. Saat itu, kami tengah duduk berdua di bawah pohon yang berada di taman belakang sekolah. Dia menutup bukunya dan mulai melihatku.

 

Aku merasa canggung dan aneh, karena jujur…. Kyuhyun sangat sering melihatku seperti itu dan ini sangat aneh. Ah… aku tak tahu apa ini.

 

“Kau pikir, bagaimana?” Dia bertanya tanpa menoleh padaku. Hanya memainkan buku ditangannya. Dan lihatlah, wajah itu terlihat sangat keren. Aku akui dia memang tampan. Ah… baiklah, dia sangat tampan. Tapi aku sungguh tak mengerti apa yang da bicarakan.

 

“Apanya?”

 

“Tentang yeoja asing itu.”

 

Ck… Kyuhyun selalu mengatakan yeoja itu adalah yeoja asing. Padahal kenyataannya dia hanya anak berdarah campuran Aussie dan Korean. Sangat cantik, memang. Tapi, Kyuhyun selalu mengejeknya dan mengatakan jika Eve berasal dari planet lain. Yeah… dalam hal ini kurasa penglihatan Kyuhyun sangat buruk.

 

“Ck…” Aku hanya bisa berdecak kesal. “Dia bukan yeoja asing Kyu, dia Eve dan dia orang asing bukan yeoja asing yang sama sekali tak kita kenal. Bukankah dia sunbae kita. Dan dia hanya berkulit putih dan sangat cantik. Bukankah dia seperti barbie?”

 

“Heuh… dia seperti tokoh di anime yang aneh.” Kulihat Kyuhyun menggeleng.

 

Mungkin aku memang tak benar-benar mengerti akan hal ini. Tapi, dari yang kulihat… Eve benar-benar cantik.

 

“Dia mengatakan jika dia menyukaiku. Heuh… sangat lucu saat ini terjadi di usiaku yang ke 15. Bahkan dia akan lulus tahun ini. Bukankah lebih baik dia memikirkan sekolahnya, bukankah begitu… hyung?”

 

Kyuhyun menoleh padaku. Aku tahu, dia pasti akan memojokkan aku. Dia selalu berfikir jika aku mungkin menyukai yeoja itu. “Aku tak menyukai Eve. Jangan bilang, kau pikir aku benar-benar menyukainya.”

 

“Heuh…” Kyuhyun tersenyum kecil. “Aku tahu, kau tidak menyukainya Hyung. Makanya aku juga tidak menyukainya. Sudahlah, jangan pikirkan dia. Kajja…”

 

Dan dia seenaknya menyeretku. Dia pikir aku ini saeng-nya?? Aku lebih tua!!!

 

Ck… menyebalkan.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Aku tahu ini salah, tapi perasaan ini seperti nada yang terus bernyanyi di telingaku. Aku melihat punggung Kyuhyun. Entahlah, sama sekali tak mengerti. Hanya saja, aku sangat senang melihat punggung Kyuhyun.

 

Ada perasaan nyaman dan hangat. Sangat aneh. Tapi, yang ingin aku lakukan sebenarnya lebih dari ini. Aku ingin memeluknya. Punggung itu, sepertinya sangat nyaman.

 

.

 

.

 

.

 

“Bagaimana jika aku menyukai yeoja, apakah kau juga akan mengijinkannya?”

 

Hari itu, Kyuhyun menanyakannya padaku. Sebenarnya sedikit aneh, karena dia menanyakan hal seperti itu padaku. “Kenapa bertanya? Bukankah seharusnya kau tinggal menjalani saja. Aku akan senang jika kau menyukai seseorang.”

 

Kulihat Kyuhyun menunduk dan tak lama dia kemudian membereskan semua bukunya. Memasukkan ke dalam tas ranselnya.  Mungkin dia tidak puas dengan jawabanku. Kulihat wajahnya yang datar dan sama sekali tak bersahabat seperti biasanya.

 

Aku tahu, kami dekat. Tapi tak cukup dekat dan tak cukup gila untuk mengatakan jika aku mungkin menyukainya. Aku hanya mulai berfikir jika aku mungkin menyukai Kyuhyun, tapi dalam batasan tertentu dan bukan menginginkannya sebagai…

 

Kekasih.

 

Mungkin…  Heuh… aku sama sekali tak mengerti.

 

Dan saat aku menyadari jika aku terlalu banyak bergelut dengan pemikiranku, jemari besar Kyuhyun sudah menyapu pipku. Ini pertama kalinya kami sedekat ini. Sebelumnya, memang kami dekat tapi kami adalah namja dan sepertinya tidak melebihi garis yang sudah ditentukan.

 

Tapi, kali ini aku merasa aku sudah melanggarnya. Aku suka ketika ibu jarinya mengusap pipiku. Tapi sungguh, aku benci ketika dia menunjukkan wajah datarnya. Apakah aku sangat menyebalkan?

 

“Aku hanya ingin tahu, seperti apa Hyung menyayangiku. Tapi, sepertinya tidak benar-benar berbeda dengan apa yang aku pikirkan. We won’t cross the line…”

 

Sungguh aku kesal. Sudah tahu aku tidak bisa berbahasa Inggris dan dia dengan seenaknya mengucapkan itu. “Apa maksudmu?”

 

Kyuhyun hanya menggeleng dan kemudian mengacak rambutku. Dia bergegas turun dari kamarku. “Heuh… sudahlah, lupakan saja. Aku pulang!!!”

 

.

 

.

 

.

 

Pada saat itu, aku sungguh tak mengerti. Aku sama sekali tak pernah berfikiran sampai sejauh ini hingga akhirnya…

 

.

 

.

 

Aku tak bertemu selama beberapa hari dengan Kyuhyun. Aku terlalu sibuk dengan latihan piano, karena sebentar lagi aku akan tampil untuk menghibur para sunbae. Sama sekali tak pernah bertemu Kyuhyun, bahkan sejak hari itu.

 

Dan hari ini, mungkin adalah hari terburukku. Kenapa Kyuhyun menutupi semuanya? Termasuk jika dia akan pindah lagi. Aku melihat mobil bertuliskan Moving  itu datang lagi. Mobil yang sama yang datang 3 tahun yang lalu.

 

“Umma, apakah keluarga Cho akan pindah lagi?”

 

“Sepertinya begitu. Mungkin kali ini mereka akan ke China. Umma dengar, mereka akan pindah kesana.”

 

Kyuhyun benar-benar keterlaluan.

 

Aku berlari menuju rumah Kyuhyun. Sudah banyak kardus di luar rumah.Aku segera berlari menuju kamar Kyuhyun yang terdapat di lantai atas. Cukup canggung saat aku menemukan mommy cho menangis sambil memeluk daddy cho. Kurasa mereka sebenarnya juga tak ingin pindah.

 

Aku menemukan pintu kamar Kyuhyun yang tertutup. Perlahan aku membukanya, tapi apa yang kulihat benar-benar diluar dugaanku. Kamar ini berbeda dari 3 tahun yang lalu saat dimana aku membantu Kyuhyun mendesain-nya. Bukan karena semua barang berpindah.

 

Sialnya, Kyuhyun tak pernah mengijinkan aku masuk kekamarnya. Inikah alasannya?

 

“Seharusnya kau tak masuk kesini tanpa seijinku.”

 

Kyuhyun berucap dingin dan bahkan seperti marah padaku. Tapi bukan itu yang menjadi pikiranku sekarang.Yang aku pikirkan adalah sesuatu yang dia lakukan tanpa aku tahu. Dan saat ini, entah bagaimana… tapi rasanya sangat menyedihkan. Bukan hanya karena dia akan pergi, tapi lebih dari itu.

 

“Wae?”

 

Aku berhenti tepat didepan Kyuhyun, dan dia mengacuhkan aku.

 

“Sudahlah, sebaiknya kau pulang karena kami harus segera pergi.”

 

“Wae Kyu?”

 

“Aboji sakit, dan daddy tidak mungkin untuk tidak pulang.”

 

Aku menggeleng cepat. “Bukan… bukan itu yang aku tanyakan. Bukan itu, Kyu.” Aku mendekati Kyuhyun yang sekarang masih sibuk dengan apa yang dia lakukan. “Sejak kapan Kyu?”

 

Kyuhyun tersenyum kecil, benar-benar senyuman yang aku benci. Wajah dinginnya seperti datang lagi, menjadi Kyuhyun yang sangat acuh. Kyuhyun yang sama 3 tahun yang lalu. “Heuh… jangan terlalu dipikirkan Hyung. Lagi pula, mungkin aku akan menetap di China dan sangat kecil kemungkinannya untuk bertemu lagi.”

 

“Kyuhyun….”

 

Aku meraih tangannya untuk menghentikan apa yang dia lakukan. Sedari tadi dia sibuk merobek semua kertas yang kukira tadinya tertempel dengan benar disetiap dinding dikamar itu. Dan aku tahu pasti, apa yang terlukis di kertas itu.

 

“Kuharap kau menghentikan apa yang kau lakukan, Kyu. Bukankah kau bisa memberikannya padaku dan membiarkan aku menyimpannya?” Aku membantu Kyuhyun memunguti serpihan kertas itu dan juga semua sketsa menjadi satu.

 

“Ck… ini hanya sebuah sketsa, yang bahkan aku sendiri tak pernah menyadari apa yang aku lakukan.”

 

.

 

Cinta itu terlalu cepat datang, dan kurasa ini bukan waktu yang tepat. Tapi, aku sama sekali tak bisa menghentikannya saat aku benar-benar ingin melakukannya.

 

.

 

Aku menampar tangan Kyuhyun yang masih sibuk dengan sketsa itu. Dia merampas dari tanganku dan merobeknya, membuatku semakin kesal. Kulihat dia akhirnya terdiam dan membiarkan aku mengumpulkan robekan kecil itu.

 

Aku tak tahu kenapa, tapi aku sungguh menangis saat ini. Aku berusaha menahan air mataku, tapi sama sekali tak bisa. Dan saat itu, Kyuhyun menunjukkan satu sketsa yang masih berada di buku sketsanya.

 

Aku tak menyangka jika kami benar-benar akan seperti ini. Aku sungguh takut tapi sama sekali tak ingin berhenti. Aku mengangkat wajahku dan melihat Kyuhyun. Wajahnya masih datar tapi sama sekali tak mengurangi ketampanannya. Aku sadar, dia memang begitu tampan dan benar-benar sempurna. Aku, tak bisa menghentikan diriku sendiri untuk tak jatuh cinta dengan pesonanya.

 

Aku melakukan apa yang Kyuhyun gambarkan disana. Meraih satu tangannya dan menyatukan jemari kami. Menuntun satu tangannya untuk meraih tubuhku. Dan membiarkannya untuk memelukku.

 

Dia kaku.

 

Sungguh, aku benci ini.

 

“Apakah, kau juga tak akan melakukan apapun disaat seperti ini?”

 

Kyuhyun menggeleng pelan. “Tidak, Hyung. Sudahlah, ini semua salah. Aku hanya terlalu melewati batas kita.”

 

“Aku tak memikirkan apapun saat ini.”Aku menggeleng cepat. Aku menatap manik hitamnya. Benar-benar tampan. Kyuhyun kecilku yang tampan. “Berjanjilah, satu hari nanti… kau akan kembali.”

 

“Untuk apa?”

 

Aku meraih leher Kyuhyun, dan menyamakan tinggiku dengannya. Mencium lembut bibir itu. Inilah kegilaan pertamaku. Aku benar-benar berani melakukannya.

 

“Untuk memulai, cinta kita yang dewasa.”

 

.

 

.

 

3 tahun pertama adalah perkenalan kita, dan sudah cukup waktu untuk aku tahu. Untuk mengenali diriku sendiri….

 

“Saranghaeyo, Kyuhyunie…”

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

7 years later

 

.

 

.

 

.

 

.

 

“Yak!!! Sungmin hyung! Setidaknya berikan tanggapanmu. Mereka akan menambahkan satu anggota lagi dan kemungkinan satu dari kita akan diganti.”

 

“Aku tahu.”

 

Aku hanya diam. Melihat menembus batas keluar jendela dorm kami.

 

Aku berjuang selama beberapa tahun ini, untuk terus menunjukkan siapa aku dan bagaimana aku. untuk membiarkan seluruh Korea dan bahkan seluruh dunia, jika aku adalah Lee Sungmin.

 

Dan untuk menunjukkan jika aku masih ada, dan aku masih menunggunya. “Aku tak berharap banyak Hyukie-ah. Tapi, aku berharap jika kita bisa selalu bersama. Bukankah menjadi 13 itu lebih baik? Lebih banyak akan lebih ramai.”

 

“Ish… tapi aku tetap tidak setuju. Pihak manajemen mengatakan jika kemungkinannya adalah salah satu dari kita akan digantikan. Dan kau tahu Hyung, dia hanya menjadi trainer selama 3 bulan.”

 

Aku hanya bisa tersenyum kecil. Memang mengesalkan, karena aku butuh bertahun. Tapi…

 

“Jika dia bisa bernyanyi dengan baik, maka tidak masalah.”

 

“Yesung hyung….”

 

Aku lihat Yesung Hyung memang tenang. Dia adalah yang terbaik, suaranya adalah yang terbaik. Maka tak mungkin dia akan digantikan.

 

“Sudahlah, mungkin saja aku. Tenang saja, aku sudah siap.”

 

“Yak….! Sungmin Hyung, kenapa berbicara seperti itu.”

 

Aku melihat manager hyung masuk kedalam dorm kami. “Aku sudah datang bersamanya. Kuharap kalian bisa berteman baik, dan berbagi kamar. Dia akan menjadi maknae kalian.”

 

“MWO??!!!”

 

Siapa yang akan menyangka, 3 bulan masa trainer dan dia sudah menjadi main vocal. Dan juga menjadi maknae yang menambah baris kenyataan pahit, jika dia masih muda dan berbakat. Sudahlah, mungkin memang aku yang keluar.

 

Aku mendekati manager Hyung, “Lalu siapa diantara kami yang akan keluar?”

 

Aku merasakan pelukan hangat di bahuku. Aku tahu, Leeteuk Hyung tak akan membiarkan satu diantara kami keluar. Tapi entah mengapa aku merasa sedikit lelah, karena sama sekali tak bisa menemukan apa yang benar-benar aku cari.

 

“Aku tak akan membiarkan satu dari memberku keluar.” Leeteuk Hyung berbicara dengan nada tegasnya. Dia kemudian menarik kami semua kedalam pelukannya. “Aku tak akan membiarkan mereka keluar. Aku bisa membuktikannya, bahkan pada Soo Man ahjussi …. jika kami akan berusaha lebih baik lagi.”

 

Aku tak bisa menangis, rasanya sangat kacau.

 

“Sudahlah, masalah itu aku tidak tahu. Tapi kau bisa tanyakan langsung pada member ke -13 kalian. Dia sudah rapat tersendiri dengan Lee Sajangnim tadi. Sudahlah, aku pulang dulu.”

 

Manager Hyung segera berlalu dari hadapan kami. Aku mendengar sedikit suara ribut dari luar. Heuh…. sepertinya ini waktu yang tepat untuk beres-beres.

 

“Aku akan membereskan barang-barangku.”

 

“YA!!! Bagaimana kau bisa menyimpulkan jika kau yang akan pergi, Ming?”

 

Aku mendengar Kangin hyung berteriak keras ditelingaku. Dan aku juga bisa merasakan pelukan dadakan dari Hyukjae.

 

“Hikss… hyung, bukankah kita selalu bersama. Kenapa kau tak mengajakku?”

 

“Heuh… jangan kekananakkan Hyukkie-ah. Aku tahu, kau dancer yang hebat. Dan aku… sama sekali tak bisa melakukan apapun.” Aku mengusap punggung Eunhyuk. Ck… si cengeng ini benar-benar menyusahkan. “Tenang saja, aku akan sering main ke dorm.”

 

“Tapi aku datang bukan untuk melihatmu pergi…”

 

Aku menoleh ke arah namja itu. Suaranya asing, dan memang benar-benar bagus. Sudah kuduga jika member ke – 13 kami memang yang terbaik dari yang paling baik. “Heuh… aku sudah mendengar tentang kedatanganmu. Jadi selamat datang dan bergabung dengan Super Junior.”

 

“Sungmin, jangan terlalu cepat memikirkan semuanya. Mungkin saja Soo Man ahjussie tak mengeluarkanmu. Mungkin saja dia membuangku, leader yang sama sekali tak bisa melakukan apapun.”

 

“Ahniya, Hyung.” Aku menggeleng cepat. Kemudian memeluk Leeteuk Hyung. Leaderku ini juga benar-benar cengeng. Tapi, tiba-tiba aku merasakan satu tarikan cepat dan saat aku sadar aku namja itu sudah memelukku.

 

Entah mengapa, semua member bahkan diam dan sama sekali tak memarahinya saat melakukan hal seperti ini padaku. “Yak… lepaskan. Aku bisa memukulmu.”

 

“Berhentilah bersikap aneh, Lee Sungmin.”

 

“Eh… kau tahu aku?” Sedikit aneh saat dia benar-benar tahu siapa aku. Padahal kurasa, aku adalah member yang paling tidak menunjukkan diriku di depan umum. “Ah… aku lupa jika aku juga terkenal. Hehehe… sudahlah lepaskan aku. Aku harus segera membereskan barang-barangku.”

 

“Ck… Sungmin hyung…”

 

“Eh….” Dia kembali memelukku, dan bahkan kali ini lebih erat lagi. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang benar-benar cepat. Dan aku… merasa sangat dekat.

 

“Apakah, terlalu lama 7 tahun itu?”

 

“Eh…?”

 

“Apakah, kau bahkan lupa dengan janjimu sendiri?”

 

“Apa maksudmu?”

 

“Bukankah kau berjanji, untuk memulai cinta kita yang dewasa.”

 

Aku mendorong pelan tubuhnya. Dia memang berkacamata hitam. Ck… orang bodoh mana yang berkacamata hitam malam-malam begini. Aku melepaskan kaca matanya. Dia tersenyum padaku.

 

Aku merasa familiar, benar-benar tak asing. Tapi, sama sekali tak bisa memikirkan perkiraan apapun tentang namja ini. Aku bahkan membiarkan dia mengusap pipiku dengan ibu jarinya, tapi eh… chakkaman…

 

“K-kau…”

 

“Kita sudah dewasa Hyung, jadi maukah kau melanggar garis itu untuk bersamaku. Memulainya dari titik ini dan berjanji untuk membuat jalan kita sendiri?”

 

“K-Kyu….”

 

Kulihat dia tersenyum, dan tak lama setelahnya…. aku bisa merasakan bibirnya menyentuhku. Sangat hangat dan lembut. Aku bisa merasakan betapa eratnya dia memelukku. Aku merasakan, betapa dia mencintaiku…

 

“Hikss… Kyuhyunie…” Aku tak bisa untuk tak menangis. “Paboya Kyuhyunie…”

 

“Hei!!! Kalian baru bertemu sudah beraninya berbuat seperti itu!!!” Aku mendengar suara Heechul Hyung. Sudah kuduga, dia tak akan senang dengan keadaan seperti ini. “Ck… aku baru pulang syuting CF dan mencari uang, kau malah bermesraan dengan member baru itu.”

 

Heechul Hyung segera mendekati member ke -13 kami. Dia tersenyum sengit dan mengusap bahunya. “Kulihat kau cukup tampan. Ah… baiklah, biar aku saja yang keluar dari grup ini.”

 

“Eh…. bagaimana bisa begitu hyung?”

 

“Iya Hyung , kau jangan membuat keputusan sendiri.”

 

Aku melihat Heechul hyung mengibaskan tangannya pada Eunhyuk dan Donghae yang sibuk mencegah Heechul Hyung. “Yeah… aku bisa bergabung dengan girlband mungkin, ah… bisa bersama SooHee.”

 

“YAH!!! Heechul Hyung.”

 

“Aish… kalian berdua ribut sekali.” Heechul Hyung kemudian menarikku dari pelukan erat Kyuhyunku. “Yah!!! Bocah, siapa namamu?”

 

“Ah… annyeong, Cho Kyuhyun imnida. Dan aku memang benar-benar anggota ke-13 tanpa ada pernggantian member.”

 

“Lalu kenapa kau memeluk-meluk Sungmin begitu, kau pikir dia apa heuh? Dasar anak baru.”

 

“Heum… Sungmin hyung, nae namja. Dia namjaku.”

 

“Eh???”

 

Kudengar serentak ke 11 member yang lain berteriak, dan aku tak peduli. Aku kembali memeluk Kyuhyun dan membiarkan dia menciumi pucuk kepalaku.

 

“Heum… kau bertambah gemuk Hyung…”

 

“YAK!!! CHO KYUHYUN!”

 

“AHAHHAHAHA… memang kau gemuk… hehehhe…”

 

 

.

 

 

.

 

.

 

Aku ga tau kenapa ini jadi begini. Yang penting, happy joy day dan aku emang paling ga bisa bikin canon, makanya jadi ga nyambung and aneh pula. Ahaha…. but it’s a joy day… lets pray…!!! Kyumin will always together… they will always happy, forever…

 

13elieve in 7ove

 

Kyumin JOY day,happy 7th anivv…. Hawaian Couple… yeay…!

.

 

 

GamsaHAE ^_^

.

.

1069832_424539017663895_1533781436_n

GamsaHAE ^_^

.

Remarried | KyuMin | YAOI | Part 1

.

 

.

 

.

 

Matahari sore bersinar hangat. Terlihat indah. Mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar taman sedikit jauh di depan rumah mereka. Membeli ice cream atau sekedar gula kapas mungkin.

 

Tapi, sore ini …

 

Sepertinya namja pintar ini memiliki pemikiran lain. Memang wajar jika seusianya sudah menanyakannya. Ia mencoba untuk tak bertanya, tapi nyatanya perbedaan itu terlalu mencolok dan benar-benar membuatnya penasaran.

 

“Appa….”

 

“Heum…”

 

“Cungie cuma punya satu appa, waeyo?”

 

“Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu, baby?”

 

Sunghyun sedikit takut dan mengkerut, hingga akhirnya ia menggeleng lemah dan berusaha untuk tidak menangis. Ia tahu, appanya tak akan suka jika membicarakan hal ini. Bahkan sejak beberapa hari yang lalu, ia sudah mulai berfikir jika dia bukan anak appa kesayangannya ini. Mungkin saja, perkataan chingunya benar jika Sunghyun berasal dari sebuah rumah yang besar dengan begitu banyak anak kecil didalamnya. Rumah besar tepat didepan rumah mereka.

 

“Ahniya, appa…”

 

Namja mungil itu menunduk, namun dengan pasti ia melepaskan tangannya dari genggaman namja disisinya. Mau tak mau, namja tampan itu harus menghentikan langkah mereka dan mulai membujuk putra kesayangannya yang merajuk padanya.

 

Meski namja kecil itu sedikit meronta, tapi ia tetap memaksakan untuk membawanya dalam gendongan lengannya. “Kenapa bersikap seperti ini pada Appa? Hei… jangan menangis sebelum mengatakan apapun. Kau tahu bukan, namja tidak boleh cengeng.”

 

Sunghyun mengangguk pelan. Ia mengusap sedikit basah di wajahnya dan kemudian segera memeluk erat leher appanya. “Juniol, punya 2 appa.”

 

Sunghyun bergumam kecil dengan suaranya yang sedikit serak. Sungguh, ia benar-benar ingin tahu, kenapa hanya dia…

 

Kenapa…

 

Namja tampan ini sangat yakin, jika jagoan kecilnya ini pasti tengah merengek. Sebenarnya bukan karena 2 atau 3 appa. Ia mungkin hanya merasa iri dan itu saja, tidak lebih. “Hei… lalu kau mau punya 2 appa juga?”

 

“Eum…Cungie…” Sunghyun menggumam pelan.

 

“Atau kau ingin seperti Gwiboon?”

 

“Eoh? Boonie nuna…” Sunghyun tampak berfikir. Heuh… ia sama sekali tak tahu apa yang dia pikirkan. Ia juga tidak ingin mempunyai satu appa dan satu umma. Dia tidak merasa iri pada Gwiboon. Bukan pada yeoja anak tetangganya itu. Tapi, ia benar-benar merasa iri pada Junior.

 

“Appa…” Sunghyun menangkup kedua sisi pipi namja yang tengah menggendongnya ini. Kemudian dia mendekatkan wajahnya dan mencium kening namja itu.

 

“Cungie lihat Hae Appa cepelti itu cama Hyukkie appa.”

 

“Hehehe….Lalu?”

 

“Yeye appa…. “

 

“Nde, kenapa dengan Yesung appa?”

 

Sunghyun tidak menjawab, hanya menggeleng. Dan dengan begitus saja namja ini tahu, jika putranya benar-benar tak menyukai seseorang yang selama ini selalu bersama mereka.

 

“Wae?”

 

“Cungie bukan dali lumah itu ‘kan, Appa?”

 

“Ya… tentu saja. Ish… siapa yang mengatakan itu?”

 

“Yeye appa, bukan appa Cungie. Lalu ciapa appa Cungie?”

 

“Sunghyunie….”

 

“Apa, Cungie punya umma cepelti Boonie nunna?”

 

“Chagiya, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Sudahlah… eum appa akan membelikan ice cream untukmu.”

 

“Hukss… Appa….”

 

.

 

.

 

.

 

‘Mianhaeyo… baby…’

 

.

 

.

 

.

 

 

re-MARRIED

 

.

.

 

Author : rainy hearT

 

Length : Series

 

Rated : T

 

Cast :

-Cho Kyuhyun

-Lee Sungmin

– Lee Hyunming (Sungmin Twins) – OC – Yeoja

– Other SUJU member

 

Pairing : || KYUMIN ||

 

Disclaimer : Semua cast belongs to God and themselves. KyuMin saling memiliki dan saya adalah pemilik mutlak dari seorang Lee Sungjin #%$&&^%???

 

Genre : ||Drama || Romance|| Slice of life |

 

Warning : || BL/ YAOI || Gaje || typo’s || EYD tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia||

 

.

 

Another PRESENT From Me

.

 kyumin remarried mini size

.

 

Just KYUMIN

 

Please be Patient With me. Don’t Like Don’t Read. No copas No bash. Kritik and saran yang mendukung selalu diterima dengan tangan dan hati yang terbuka.

 

.

 

.

 

Happy Reading

.

 

 

 

Part 1

.

 

.

 

.

 

Jika aku bisa kembali, aku berharap tak pernah menemukanmu,

 

Jika aku bisa menolaknya, maka aku tak ingin bersama denganmu,

 

Dan jika aku akan kalah pada akhirnya, aku benar-benar tak akan pernah mencintaimu.

 

.

 

.

 

.

 

Berawal dari pertemuan kecil, hingga akhirnya membuatmu terus merasa bersalah jika tak mengalah. Apakah sama sekali tak pernah berfikir, bahwa aku benar-benar tak menginginkan ini.

 

Jika cinta hanya karena belas kasihan, aku tak mau melakukannya. Mengapa memohon padaku, jika nantinya akan menyakitimu?

 

Untuk apa kau melakukan ini? Apakah sudah bosan dan tak mencintaiku lagi?

 

Apa hakmu untuk mengatur kehidupanku? Untuk apa memohon padaku?

 

Harusnya kau juga tahu, aku tak akan pernah bisa membahagiakannya. Aku tak akan pernah benar-benar mencintainya. Aku sungguh, tak akan bisa.

 

Mengerti?

 

 Atau kau tak mau mengrti….

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Flashback On

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Teng….teng… teng…

 

.

 

Lonceng gereja itu berbunyi nyaring, menandakan upacara disana telah selesai. Meski hanya beberapa sahabat asing yang mereka temukan, itu sudah cukup sebagai saksi kebahagiaan mereka. saling melempar senyuman dan bahkan menggenggam jemari.

 

Seperti tak ada beban apapun lagi, karena kita benar-benar bebas. Bahkan berciuman didepan orang banyak, dan mereka menghargai.

 

Inilah yang disebut cinta, sesuatu yang bebas.

 

Dan inilah ikatan kita seharusnya.

 

.

 

.

 

.

 

“Aku tak percaya kita menikah.”

 

Senyuman cantik itu menghiasi bibir Sungmin. Dia tersenyum dan memutar tubuhnya, untuk melihat bagaimana ekspresi namjanya. Yeah, mereka menikah …

 

Jauh diseberang. Di negeri orang, dimana pernikahan itu akan benar dan tak ada yang salah dengan cinta mereka.

 

“Kau senang, Ming?”

 

“Nde, tentu saja. Heuh, aku tak menyangka akan menikah dengan namja menyebalkan yang dari dulu sangat suka menggangguku. Kukira kau tak akan menemukan aku di Paris. Sangat menyebalkan.”

 

Sungmin mendekat pada namja itu, kemudian membiarkan lengan kuat namjanya melingkar indah dan mengangkat tubuh Sungmin, agar kaki mungilnya berpijak pada kakinya.

 

“Ck… Kyunie, aku berat. Kau tahu….”

 

“Biarkan saja. Aku ingin melakukan ini. Aku suka kau seperti ini, jangan mencoba diet. Atau aku akan memberikanmu susu penambah nafsu makan.”

 

“Ahaha… Konyol sekali.”

 

Kyuhyun, namja yang menikahinya. Memberikan marga Cho, meski sangat sulit pada akhirnya. Senyuman di bibir Sungmin perlahan menghilang. Ia kemudian mengusap dada Kyuhyun dan memeluknya erat.

 

“wae, kenapa wajahmu seperti itu?”

 

Sungmin hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Kyuhyun. Sejujurnya, ia sungguh takut dalam hal ini. “Aku tak bisa menjelaskannya nanti. Bagaimana jika appa dan umma-mu tahu? Bagaimana jika mereka…”

 

Kyuhyun menggeleng dan meletakkan satu jemarinya dibibir Sungmin, meminta namja itu untuk diam dan menghentikan semua pemikiran anehnya. Sungmin merajuk. Dia menghentak pelan tubuhnya dan memasang wajah khawatirnya.

 

“Ck… mereka tak pernah menyukaiku sejak dulu. Mereka sadar, jika kau… aku… yeah…. aku…”

 

“Sssttt…. jangan berfikiran sampai seperti itu. Aku yakin, mereka akan merestui kita. Bukankah, menantunya ini sangat cantik?” Kyuhyun mencuri ciuman kecil di pipi chubby Sungmin. Membuat wajah imut namja itu memerah dan semakin menggemaskan.

 

“Ah, aku juga tak tahu bagaimana memberi tahu Hyunming noona.” Tambah Sungmin. Namja itu benar-benar khawatir tentang semua hal. Pernikahan ini benar-benar tak mudah. Bagaimana bisa ia mengubah pemikiran banyak orang dinegaranya nanti. “Dan juga appa dan Umma…”

 

Kyuhyun tersenyum kecil dia mengusap lembut pipi Sungmin, membuat namja itu menatap Kyuhyun. “Apa kau ingin pulang, baby?” Kyuhyun berbisik pelan. Sungmin hanya mengangguk.

 

Bagaimana ia tak ingin pulang setelah beberapa tahun meninggalkan Korea. “Aku sudah menyelesaikan sekolahku di sini. Aku bisa mengajar di salah satu universitas atau high school. Dan lagi, aku mengkhawatirkan Hyunming noona. Beberapa bulan ini, dia sama sekali tak bisa dihubungi.”

 

Kyuhyung mengangguk pelan. “Baiklah, Cho Sungmin. Kita akan pulang ke Korea.”

 

“Tapi, Kyu… appa dan umma-mu…”

 

“Jangan dipikirkan. Aku yakin mereka akan mengerti, dan jika mereka belum bisa menerimamu… aku akan tetap bersamamu.”

 

Masih terlihat raut wajah khawatir Sungmin, tapi Kyuhyun menoba meyakinkannya. Menatap kedua mata foxy yang cantik itu dan tersenyum pada namjanya. “Kita akan bersama, bukankah aku sudah mampu melaluinya selama beberapa tahun. Untuk beberapa tahun lagi, kurasa bukan masalah.”

 

Sungmin mengembangkan senyumannya. Sungguh, ia sangat mencintai namjanya. Namja tampan yang sedari dulu sudah mengejarnya. Namja yang bahkan rela melanggar aturan dalam keluarganya hanya untuk cintanya.

 

“Aku sangat mencintaimu, Kyu.”

 

“Aku lebih mencintaimu, Cho Sungmin….”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Bandara selalu saja ramai. Bahkan hari ini sepertinya lebih ramai. Yeoja yeppeo ini sudah menunggu hingga kering di arrival gate. Sialnya, penerbangan diundur beberapa jam hingga membuatnya menunggu dan menunggu.

 

Sesekali ia melihat jam tangan putih yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Menggeleng pelan dan kemudian melihat lagi kearah depannya. “Ah… akhirnya.” Ia mendesah pelan saat melihat beberapa orang asing keluar dari pintu itu. Sepertinya penantiannya sudah berakhir.

 

Sangat mudah mencari seseorang yang ia tunggu. Sangat mudah….

 

“Noona….”

 

Sungmin tersenyum saat melihat yeoja yang tengah menunggunya di arrival gate. Dia meninggalkan Kyuhyun dan kemudian segera bergegas memeluk yeoja itu.

 

“Sungmin… ck… kau menyebalkan sekali. Asal kau tahu, aku menunggu sangat lama.”

 

“Mianhe, noona…”

 

“Hikss… kau benar-benar kejam saat meninggalkan aku sendiri di Korea. Aku merindukanmu, pabbo…”

 

Sungmin melepaskan pelukannya dan bersiap untuk menghapus air mata nonanya. “Ck… kau cengeng sekali, Nonna.”

 

“Yah!!! Kau pikir kau pergi berapa lama. Sama sekali tak memikirkan bagaimana aku. Appa dan Umma terus menanyakanmu. Mereka sangat khawatir.”

 

“Mianhe…” Sungmin mencium pucuk kepala nonanya. Ia kemudian menoleh ke belakangnya. Namja tampan itu tengah menunggu gilirannya. “Eum, Hyunming nonna…ini…”

 

“Ah… bukankah kau Kyuhyun.” Hyunming melihat penuh selidik pada Kyuhyun. “Ommo!!! Jangan katakan kalau kalian…”

 

Sungmin mengangguk mengiyakan pemikiran Hyunming.

 

“Yah!!! Beraninya kau menikah tanpa memberitahuku. Anak nakal.” Hyunming memukul lengan Sungmin dengan jemari kurusnya. “Ah … baiklah, sepertinya aku harus mengucapkan selamat. Dan kau Kyuhyun-ah… jaga Sungminku baik-baik.”

 

Sungmin berusaha tersenyum. Meski wajah nonanya sama sekali tak menyiratkan apapun, tapi ia tahu… nonanya kecewa. Ini bukan karena Sungmin menikah dengan sesama namja tapi ini karena….

 

Kyuhyun…

 

.

 

.

 

.

 

Mereka terkesan diam didalam mobil. Sangat tak wajar karena diawal pertemuan, Hyunming bahkan sangat berisik.  Terlebih lagi, yeoja itu lebih memilih duduk dibelakang bersama karangan bunga white lily yang ia bawa untuk Sungmin. memilih menyendiri dibelakang dan membiarkan Kyuhyun membawa mobilnya menuju rumahnya.

 

“Nonna, tentang appa dan umma… “

 

“Tenanglah Ming, aku yakin mereka hanya butuh waktu. Kau bisa menjelaskannya perlahan.”

 

Biar bagaimanapun, biar seperti apapun cinta itu… hubungan mereka tetaplah menjadi cinta yang terlarang. Dianggap tabu dan sebelah mata. Dan benar-benar menyakitkan jika sama sekali tak ada satupun dari mereka yang mengerti.

 

“Ah… bagaimana denganmu Noona. Apakah kau sudah menikah?”

 

Hyunming tertawa pelan. “Bagaimana menikah, jika aku pusing memikirkanmu. Aku khawatir padamu, Ming. Kau pergi begitu saja, untung Umma tidak mati karena serangan jantung.”

 

“Hehe… mianhe Noona, kau juga sama sekali tak bisa dihubungi beberapa bulan terakhir.”

 

“Ah… itu karena aku harus mengurus perusahaan Appa. Mereka ingin beristirahat. Heuh… harusnya kau yang melakukannya, kenapa jadi aku.”

 

“Ahh… nde. Dan soal ini, aku….”

 

Dan kembali hening lagi. Sungmin tak berani melanjutkan perkataannya saat ia menyadari genggaman kuat pada tangannya. Kyuhyun mencoba menghentikan pembicaraan Sungmin.

 

Sungmin menatap seklias pada Kyuhyun, terlihat raut kecewa dan gelengan perlahan dari namja itu. Sungmin sendiri tak mengerti harus bagaimana. Dari dulu, ia sudah berusaha untuk membuat Kyuhyun tak mencintainya. Membuat namja itu melihat nonanya. Tapi, percuma.

 

“Nonna, aku minta maaf.”

 

Hyunming menghela nafasnya. Entahlah, ia hanya merasa sedikit sesak dan… bodoh.

 

“Tak ada yang perlu dimaafkan Ming.” Hyunming kemudian meraih tasnya dan merapikan dirinya. “Ah… aku berhenti disini.”

 

“Tapi noona….”

 

“Ck… jangan khawatir. Aku akan bertemu dengan Yesung Oppa. Sebaiknya kau bawa mobilku, berjalan-jalan mungkin. Kau bisa pulang ke apartemenku dulu. Atau kalian mau berbulan madu. Ahahha…. sangat romantis.”

 

Tepat saat Hyunming berhenti berbicara, mobil mereka sudah menepi. Sungmin hampir menahan Hyunming, tapi Kyuhyun sepertinya tak mengijinkannya. Hingga akhirnya, ia hanya melihat dari dalam mobilnya, yeoja itu mengusap kasar pipinya. Ia yakin, jika noona kesayangannya tengah menangis. Dan ini karena dia.

 

“Kami adalah saudara Kyu. Aku tahu nonna sangat kecewa padaku. Aku…”

 

Sungmin terdiam saat ia merasakan tarikan cepat dari Kyuhyun dan pelukan nyaman tubuh namja itu. Ia berusaha memejamkan kedua matanya dan mencoba untuk tak menangis.

 

“Bukankah kau yang meminta pulang? Jika kau belum siap, kita bisa kembali ke Paris.”

 

Sungmin menggeleng lemah. “Ahnieyo… aku akan menghadapi semuanya, Kyu. Aku… aku hanya…”

 

“Jika kau hanya kasihan pada nonamu, apa ku tak kasihan padaku? Apa tak memikirkan aku?”

 

“Kyu…”

 

Sungmin mengangkat wajahnya dan melihat Kyuhyun. Melihat wajah tampan itu tersenyum padanya, dan membiarkan ibu jari namja itu mengusap berkas air mata di pipinya.

 

“Jangan menangis, bukankah kau namja? Jangan mengatakan kau tak bisa, karena kita tak bisa terus menghindari ini.”

 

Sungmin mengangguk, dan perlahan tapi pasti ia menyatukan bibirnya…

 

Membiarkan Kyuhyun menuntunnya untuk  menenangkan pikiran dan perasaannya. Merasakan setiap lumatan lembut dan gigitan nakal Kyuhyun. Menikmati moment mereka di tengah kota Incheon.

 

Meski mereka tak menyadarinya, seseorang tengah mencoba menahan tangisnya. “Hikss…”

 

“Hei…”

 

“Ah, Yesung oppa.” Hyunming mencoba menghapus semua air matanya. Ia segera mengalihkan pandangannya dari mobil dimana Sungmin dan Kyuhyun masih sibuk dengan kegiatannya.

 

Yesung hanya menggeleng pelan dan kemudian meraih jemari kurus Hyunming. “Tak seharusnya kau terus memikirkannya. Bahkan Kyuhyun sama sekali tak melihatmu.”

 

“Aku tahu, oppa… tapi…”

 

“Apakah setiap saudara kembar pasti akan seperti ini? Jatuh cinta pada orang yang sama, seperti tidak ada yang lain saja.”

 

“Oppa…” Suara Hyunming semakin lirih. Ia berusaha untuk tak menangis lagi, tapi tangannya melemah dan perlahan melepaskan genggaman Yesung. Mau tak mau namja itu berhenti dan kemudian memeluk Hyunming.

 

“Jangan menangis untuk kebahagiaan mereka. Bukankah kau menyayangi Sungmin?”

 

Hyunming mengangguk pelan. “Aku sangat menyayangi Sungmin, bahkan lebih dari apapun.”

 

“Jadi berbahagialah untuk mereka. Kau yeoja yang hebat, Hyun-ah…”

 

Hyunming mengangguk pelan. “Aku tahu…hikss… tapi, tetap saja ini sedikit sakit. Hikss…. Oppa…”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

 

Dan angin menerbangkan kisah mereka. Menceritakannya pada debu yang menyertainya. Membawa mereka pada satu titik waktu dimana semuanya harus berubah sesuai dengan takdirnya. Sama sekali tak bisa menghindar.

 

Jadi, aku hanya manusia biasa. Apa yang bisa aku lakukan….

 

.

 

.

 

.

 

.

 

“Jadi, apa rencana hari ini?”

 

“Eum….”

 

Sungmin mengetuk dagunya menggunakan pena yang sedari tadi ia mainkan. “Aku sudah mendaftar pada salah satu sekolah, kurasa mungkin bulan depan aku sudah harus bekerja.”

 

“Baik, lalu…”

 

“Kita akan ke rumah Umma.”

 

“Umma?”

 

“Nde, ke rumah Umma.”

 

“Baik.” Kyuhyun mengangguk dan melepaskan kacamatanya. “Kurasa, aku siap untuk kerumahmu.” Kyuhyun mendekati Sungmin dan memainkan hidungnya, membuat Sungmin mau tak mau tersenyum melihat tingkah Kyuhyun.

 

“Yak, Kyunie… hentikan.” Sungmin menjauh, ia sungguh kesal saat Kyuhyun terus memainkan hidungnya. “Ish… siapa bilang akan kerumahku, aku ingin kita ke rumahmu Kyunie.”

 

“Eoh?”

 

“Kau yakin?”

 

“Aku pulang!!!”

 

“Noona….!” Sungmin langsung mendorong Kyuhyun untuk menjauh darinya. Biar bagaimanapun ia masih punya perasaan untuk hal ini. Ia tak ingin menyakiti noonanya lebih dalam lagi. “Wah, kau sudah pulang.”

 

“Nde.” Hyunming membuka beberapa tas belanjaannya. Ia tersenyum saat mengangkat salah satu dari beberapa tas itu. “Nah, Sungminnie… lihat apa yang aku beli untukmu.”

 

Hyunming mengangkat kain itu dan kemudian berjalan mendekati Sungmin. “Cuaca akan dingin di akhir bulan ini. Aku harap, syal ini akan menghangatkan nae bunny Ming.”

 

“Ish… Noona, seperti kau bukan bunny saja.” Sungmin meraih syal yang dililitkan Hyunming di lehernya. Syal berwarna hijau yang cantik. “Gomawo, noona…”

 

“Nde.” Hyunming mengangguk dan kemudian dia mengobrak-abrik belanjaannya yang lain lagi. “Nah, ini untuk Kyuhyun. Cha…” Hyunming berusaha untuk tersenyum sebaik mungkin. Meski sedikit malas, tapi Kyuhyun akhirnya menerimanya – meski harus menerima deathglare terlebih dahulu dari Sungmin-.

 

“Terima kasih untuk syalnya…”

 

“Nde, Kyuhyun-ah. Mianhe karena yang tersisa tinggal warna putih. Aku sebenarnya akan memberikanmu yang hijau sama dengan milik Sungmin. Tapi…”

 

“Gwenchana, ini saja sudah cukup.”

 

Sungmin melihat kecanggungan diantara kedua manusia itu. Sungguh, ia seperti orang jahat yang terus saja menusuk noonanya sendiri. Keadaan ini benar-benar sangat tidak nyaman.

 

“Ah… Nonna, besok aku akan kerumah Kyunie.”

 

“Wah, bagus. Ganbate!! Aku tahu, appa dan umma Cho akan senang melihatmu.”

 

Seketika raut wajah Sungmin berubah. Hyunming menyadari itu. “Hei… jangan seperti ini. Biar bagaimanapun, cepat atau lambat kau juga akan tetap menemui mereka.”

 

“Noona, bisakah kau ikut denganku. Aku…”

 

“Ming?” Kyuhyun menyela Sungmin. Sungguh, ia benar-benar tak senang dengan keadaan ini.

 

“Tapi, Kyu… aku ingin noona melihat dan mendukungku. Aku ingin dia selalu bersamaku. Kau tahu, kami sama Kyu… aku…”

 

Hyunming menggeleng dan menggenggam tangan Sungmin. “Gwenchana Ming, Noona tidak usah ikut ya. Aku janji, akan selalu mendoakanmu Bunny…..”

 

“Tapi Noona, aku ingin kau melihatku. Aku ingin kau menjadi Umma dan mendukungku. Kau tahu, aku tak bisa memberitahu Umma sekarang. Dia benar-benar bisa mati karena serangan jantung dan….”

 

“Ah… baiklah, tapi…”

 

Kyuhyun segera beranjak dari duduknya dan meletakkan syal dari Hyunming begitu saja. “Heuh… terserah kalian saja.”

 

“Kyu! Yak… Cho Kyuhyun…!”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

TBC

 

.

 

.

 

Ini alurnya mundur yah… dan saja ga tahu, ini bakal ngegantung apa cepet end… ahaha….

 

 

GamsaHAE ^_^

.