TRAIN STATION | MINGYU | WONWOO | MEANIE | Part 3

Train Station

Author:rainy_hearT

.

.

Main cast: Jeon Wonwoo , Kim Mingyu, Hong Jisoo, Yoon Jeonghan, Lee Jihoon, and any other yang nyusul ntar belakangan

Pairing : Meanie, JiWon, JiHan,

Rate : T to M

Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…

Sankyu buat yang udah sempetin waktunya nge-review, ng-elike, nge-vote, and coment di ffn and wattpad. Kalian reader tercintah…
.

Hampir aja kalupaan. Story ini emang hanya berdurasi waktu berapa jam aja. Kira- kira dari jm 8 malam sampai jam 7 pagi keesokan harinya.

Part 3: you are precious
.

.

Start!

.

.

Motel

.

.
.

“Kau bisa mandi terlebih dahulu. Aku akan kembali ke meja resepsionis. Mungkin ada yang membawa charger untuk kau pinjam.”

“Ok. ” Wonwoo mengangguk. Ia melihat Mingyu berlalu pergi dari kamar motel, yang untuk satu malam ini menjadi tempat tidur mereka. Daripada harus ke rumah Mingyu yang pastinya akan membuat rasa lelah berlipat – lipat.

Wonwoo melihat ke sekeliling kamar. Hanya satu king size bed, karena hanya itu yang tersisa. Lagipula masih untung ada kamar kosong dimusim festival sakura. Wonwoo lagi – lagi hanya menghela nafasnya. Sangat sial karena semua pakaiannya tertinggal di hotel tempatnya menginap kemarin, dan bahkan ia tak bisa kembali kesana.

“Ya sudah… ”

Pada akhirnya Wonwoo meraih bathrobe yang disediakan. Memang ada 2, tapi apakah ia akan tidur memakai itu? Mingyu adalah orang asing. “Ah… Sudahlah. ” Akhirnya Wonwoo menyerah pada keadaan. Mau dipaksakan bagaimana jika sudah seperti ini.

.

.

Mingyu masuk kembali ke kamar motel. Membawa 2 cup coklat panas dan juga charger. Ia meraih ponsel Wonwoo yang terjatuh di lantai. Jika dipikir- pikir, Wonwoo benar – benar ceroboh. Entah apa yang terjadi dalam hidup namja itu sebelum bertemu Mingyu.

Dompet raib di bar, tiket tak bisa dipakai, ditambah ia tak punya siapa – siapa di Changeon. Kekasih yang tak berguna, dan ia masih saja mengharapkan namja itu. Jisoo…

Mingyu menggeleng tak percaya, sungguh ia tak habis pikir.

Setelah memastikan ponsel sedang mengisi daya, Mingyu berjalan ke tepian ruangan. Motel itu cukup Bagus meski hanya 2 lantai tapi terasa menyenangkan karena kau bisa mencium wangi khas bunga sakura yang puluhan kelopaknya akan terjatuh kedalam kamarmu.

Mingyu tahu hal itu, karena ia membuka jendelanya. Wangi sakura dan kelopaknya langsung masuk kedalam ruangan. Angin bertiup kencang saat ia membukanya. Suasana luar motel sungguh sepi.

“Yah… Apa kau tak kedinginan? ” Mingyu tersenyum dalam diamnya. Ia sudah hafal suaranya. Jika boleh ia mengatakannya, ia juga jatuh hati dengan suara itu.

Mingyu menoleh. Ia terpesona.

Namja itu sangat indah. Mingyu tahu sejak pertama melihatnya. Tapi saat ini, jam ini, detik ini, keindahannya seperti bertambah ribuan kali. Wangi shampo dan juga kulit putih yang terekspose.

Mingyu tahu, ia harus menahan diri. Namja dihadapannya adalah namja asing. Ia tak tahu asal usulnya. Sama sekali tak berfikiran untuk jatuh Cinta, at the first sight. With a man…

Tapi entah…

Mingyu tak bisa menahannya. Ini aneh, sangat aneh. Mingyu bahkan belum pernah jatuh cinta. Rasanya Mingyu sudah gila. Mingyu tersenyum kecil. Ia tengah menikmati pemandangan dihadapannya, semanis coklat yang diminumnya.

Wonwoo masih sibuk mengeringkan rambut sambil menyalakan ponsel. Namja itu terlihat sangat sibuk. Ia kemudian berubah panik saat handphone-nya berdering keras. “Ommo…! ”

Dengan tergesa ia kemudian menerima panggilan itu.

“Ne hyung…”

“Kau dimana? “

“Aku sedang di Changwon. Ada pameran yang tak bisa aku tinggalkan. Mian… ”

“I’ve been looking for your workshop key. But it’s seems like you bring it all with you. Can’t find it.”

Wonwoo tahu, jika Jisoo sudah seperti ini maka itu artinya ia sedang banyak masalah. “Ah, ne hyung. Sepertinya kuncinya ada di rumahku. Aku kehilangan dompetku dan juga tasku saat aku makan sore tadi. Sepertinya besok aku juga harus membongkar pintunya.”

“Kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Harusnya kau bisa menjaga diri. Kapan kau pulang?”

“Besok hyung, kereta pertama. Aku terlambat untuk kereta malam ini. Jadi aku akan pulang pagi sekali besok. ”

“Okay, i’ll pick you. Babe… Please, don’t make us suffer more than this.”

“Hey… Josh, dimana kau menaruh wine yang kita beli tadi? Aku sudah mencarinya kemana – mana. Tapi tidak ketemu.”

Wonwoo bisa mendengar suara itu. “Eum.. Hyung, kau dimana? ”

“Ah, aku di tempat kerjanya Hannie, ia perlu sedikit bantuan. ”

“Tapi acara kita, bagaimana? ”

“I got Boo taking care all of those things. The second rings too. He’ll find it for us.”

” Tapi itu cincin kita, harusnya kau yang memilihnya karena aku tak sempat dan… ”

“Please… Don’t talk such a sassy things babe. You know, i love you right… “

“Okay… ”

“Josh, aku menunggumu.”

“Babe, i think i need to go now. Bye… “

Wonwoo menyudahi panggilannya. Ia menghela nafasnya . MIRIS…

Entah, bagaimana menggambarkannya? Tak karuan.

Bagaimana perasaanmu saat kekasihmu bahkan tak berfikiran untuk menjemputmu di Changwon yang hanya berjarak beberapa jam?

Besok adalah hari pertunangan kalian dan terlebih lagi ia bersama seseorang yang selalu membuatmu cemburu.

Wonwoo tak tahu lagi, ia merasa takut.

“Apa kau pacaran dengan orang asing? ”

Wonwoo lupa, jika di kamar itu bukan hanya dia. Ada Mingyu dan namja itu melihat semuanya. Rasanya Wonwoo ingin menangis tapi egonya menahannya. Untuk apa menangisi seseorang yang bahkan sama sekali tak mengkhawatirkanmu?

Melihat raut wajah Wonwoo yang lebih datar dari sebelumnya, Mingyu memilih mendekatinya. Ia kemudian memberikan coklat panas yang ia pegang. “Minumlah, mumpung masih hangat.”

Wonwoo menatap minuman itu. Ia ragu. Jujur, ia takut…

“Tenang saja. Aku tak menaruh apa – apa didalamnya. Kalau kau mau kita bisa bertukar cup.”

“Ani… Gwaenchana… ”

Wonwoo menyeruput coklat panas itu. Rasanya hangat dan manis. “Ghamsa… ”

Mingyu mengangguk. “Jadi, kekasihmu itu orang asing? ”

Wonwoo menggeleng. “Bukan orang asing, tapi… “Wonwoo lagi dan lagi menghela nafasnya. “Sebenarnya ia memang asing. Aku…” Wonwoo tak tahu harus berkata apa.. Mereka kekasih tapi terasa seperti orang asing. Ia tahu, Jisoo sangat mencintain. Tapi rasanya sangat asing.

Mingyu duduk dihadapannya. “Kau tak mencintainya, aku tahu itu.”

Kedua mata mereka bertemu. Wonwoo menggeleng. “Ani, aku mencintainya. Besok kami akan bertunangan dan kami akan membicarakan pernikahan setelah itu. ”

Mingyu tertawa kecil. “Lihatlah, siapa yang akan bertunangan?” Mingyu berjalan meninggalkan Wonwoo. Ia meraih bathrobe, hendak membersihkan diri. Tapi, sebelum ia menghilang di balik pintu, ia berhenti. Menatap Wonwoo.

Namja manis itu masih sibuk memainkan bibir cup coklat manis yang perlahan dingin.

“Seoul dan Changwon tidak lah jauh. Jika dia mencintaimu maka dia akan menjemputmu kemari. Dan juga, ditambah dengan keadaanmu yang tak punya apa – apa. Sepertinya, sebagai kekasih dia sama sekali tak khawatir. ” Mingyu mengulas senyumannya. “Bukankah aku lebih baik? Aku bahkan rela tak makan dan menghabiskan tabunganku hanya untukmu, agar kau bisa bertemu dengan orang yang kau sebut kekasih. Kau sangat menyedihkan Tuan Jeon… ”

Dan Mingyu berlalu pergi. Meninggalkan Jeon Wonwoo yang terpaku pada posisinya. Namja manis itu diam dan berfikir. Atau malah meratapi nasib hatinya yang tak tentu. Ingin menangis tapi tak bisa.

Wonwoo kembali melihat kalung di lehernya. Cincin pemberian Hong Jisoo. “Apa yang harus aku lakukan padamu?”

Wonwoo merasa lemah, kali ini ia sependapat dengan Mingyu. Bukan pertama kali Jisoo tak perhatian. Untuk masalah cincin pertunangan pun begitu. Wonwoo kemudian mengambil ponselnya.

Ia menelfon adiknya, lagi. “Kwanie… ”

“Hyung, sudah sangat malam dan aku harus tidur setelah bekerja seharian untuk acaramu dan aku.. ”

“Kwanie… Berhenti mengeluh dan dengarkan aku. ”

“Ne hyung… ”

Wonwoo menarik nafasnya. “Apa kau mencari cincin untukku dan Jisoo hyung? ”

“Ne, wae? ”

“Aku rasa aku ragu. Rasanya tak ingin melakukannya. Aku… ”

“Yah… Hyung? Apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Pertunanganmu besok hyung”

Wonwoo terdiam. “Aku tahu, tapi Jeonghan… ”

Wonwoo ingin sekali menangis. Matanya sudah panas. Tak tertahankan.

“Hyung, please… ”

“Aku mencoba percaya pada Jisoo hyung, tapi.. ”

Wonwoo tak bisa berfikir. Ia tak tahu harus marah atau bagaimana. Mingyu hadir dihadapannya. Menciumnya lagi. Ia bahkan bisa merasakan lidah lembut Mingyu mencoba masuk membasahi bibirnya. Ia menggila.

Mingyu sangat lembut. Mengusap segaris air mata konyolnya yang sama sekali tak berguna.

“Hyung sebaiknya kau pikirkan lagi. Sudah, aku harus tidur. Kabari aku jika kau sudah sampai. Jika tak ingin bertemu Jisoo hyung aku akan menjemputmu. Annyeong… ”

Panggilan telah selesai dan Mingyu bisa mendengarnya. Ia tersenyum dalam ciuman kecilnya yang sedari tadi belum ia lepaskan. Merasa tak ada balasan dari Wonwoo, Mingyu memberi jarak antara mereka. Ia melihat kedua mata Indah Wonwoo.

“Jika kau tak mencobanya, mana tahu kau mencintai Jisoo hyung mu atau kau jatuh hati padaku”

Jika boleh jujur, Wonwoo merasakan desiran halus di dadanya.

Ia menyentuh wajah Mingyu dengan ujung jarinya. Menikmati keindahan yang terukir tanpa cela. Terhenti pasa bibir Mingyu. Tersenyum lembut padanya. Kedua mata Mingyu sangat jujur, Wonwoo bisa melihatnya.

“Kita bisa mencobanya, kurasa… ”

Mingyu rasanya sudah gila. Ia tersenyum dan memeluk Wonwoo. “Aku tahu ini sangat cepat, tapi kau terlalu berharga untuk disakiti. Jika kau mau percaya, Naneun jeongmal saranghanda… ”

Wonwoo tersenyum dalam pelukan itu. Ia bisa merasakan debaran jantung Mingyu yang hanya terhalang bathrobe. Ah… Jangan lupakan sixpack halus yang bisa ia rasakan di kulit nya. Wonwoo tahu karena ia memeluk Mingyu pasa pingganya.

“Ahh… Hei… ” Mingyu menjauhkan tubuhnya dari Wonwoo. Ah, kedua mata itu membuatnya menggila. “Kau menggodaku? ”

Tapi bukan jawaban yang Mingyu dapatkan. Ia malah merasakan jika tangan kecil Wonwoo mulai nakal dan bermain di pahanya.

“Ok, aku anggap itu jawabanmu. ”

Mingyu menangkup kedua pipi Wonwoo. “You are precious, please love me… ”

Mingyu mencium bibir tipis itudengan lembut. Gerakan yang sangat pelan tanpa paksaan. Kedua tangannya mengusap lembut kedua pipo Wonwoo. Dan saat Mingyu merasakan Wonwoo membuka mulutnya menyambut ciumannya, ia tahu ia akan mendapatkan namja ini entah bagaimana caranya…

“Jeongmal saranghanda… ‘

.

.

.

.

Tbc…

Otte? Aneh ga? Gaje ga?

Ahaha, abaikan ajah. Jangan lupa, comment, review an vote yah. Besok chap end. Uwah. Ga sabar mo bikin endingnya. Masih bingung aku.

Annyeong…wp-1472307283229.jpeg

TRAIN STATION | MINGYU | WONWOO | MEANIE | Part 2

 

Annyeong….

.

.

.

Aku balik lagi bawa MEANIE…

Rasanya seneng banget saat bisa kasih story yang bisa dinikmatin sama para reader tercintah. Baru mulai nulis lagi, moga aja ga aneh deh ini.

Cuss…. Biar ga kebanyakan ini itu, lanjut deh ke chap 2.

.

Author: your lovely “rainy_heart” yang kelamaan hiatus.

.

.

Main cast: Jeon Wonwoo , Kim Mingyu, Hong Jisoo, Yoon Jeonghan, Lee Jihoon, and any other yang nyusul ntar belakangan

Pairing : Meanie, JiWon, JiHan,

Rate : T to M

Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…

.

Tenang aja. Fic ini ga panjang kok, cuma berapa chap. Buat pemanasan ….

Part 2 : Cherry Blossom

.

Changwon….

.

Kota dengan sejuta keindahan. Yang bahkan tak hilang ditelan gelapnya malam. Mingyu bahkan bisa mencium wanginya bunga sakura yang terus berguguran menghiasi jalanan yang ia pijaki. Sesekali ia menoleh ke arah Wonwoo.

Namja itu tersenyum. Jalanan yang mereka lalui memang selalu Indah. Terlebih di malam hari, saat musim semi dimana bunga sakura akan menampakkan keindahannya.

“Kau terlihat senang?”

Wonwoo menoleh. Ia menghilangkan senyumnya. “Melihat sakura sih senang, tapi kalau tidak punya apa – apa begini rasanya aku sangat patut dikasihani.” Wonwoo kemudian berjalan menuju tepian sungai. Ia kemudian duduk di sebuah bangku yang terletak di pinggiran sungai itu.

“Yeojwa stream, selalu lebih Indah di malam hari.” Wonwoo lagi – lagi tersenyum. Miris.

Is menatap cincin yang tersemat di kalungnya. “Andai saja aku bersama Jisoo hyung, aku mungkin sudah menyebrangi jembatan itu.”

Mata Mingyu mengikuti arah pandang Wonwoo. Romance Bridge. Banyak sekali pasangan yang bergandengan tangan disana. Terlihat jelas, dan pastinya dari kejauhan pun terlihat bahwa pemandangan itu sangatlah romantis.

Mingyu mengulas senyumnya. Ia pun tak pernah pergi ke jembatan itu. Hanya melihat dari kejauhan. Meski lama tinggal di Changwon, tapi baru kali ini ia memperhatikan indahnya guguran bunga sakura di malam hari. Terlebih bersama seorang namja yang entah kenapa, ia sangat tertarik untuk menolongnya. Konyol….

Mingyu menempatkan dirinya di sisi Wonwoo. Duduk disebelahnya dan menyenderkan bahunya. Sejenak ia meluruskan kaki dan tangannya. Melihat ke arah sekitar. Sudah mulai sepi.

“Hmm… ternyata sudah malam sekali. Biasanya disini juga ada banyak pasangan. Tapi sepertinya tak terlihat.” Mingyu menoleh ke arah Wonwoo. “Jangan terlalu lama melihat ke arah jembatan itu.”

“Apa urusanmu? Aku hanya melihat. Lagipula jangan coba merayuku.”

Wonwoo menatap konyol pada Mingyu. “Aku sudah katakan jika aku punya kekasih. Lagipula aku pernah tinggal di Changwon. Hanya saja sudah lama sekali, saat aku meninggalkan Changwon umurku masih 5 tahun. Sama sekali tak ingat apapun.”

Mingyu tersenyum. Ia menatap ke arah Wonwoo. Bisa ia lihat, garis tegas wajah cantik di hadapannya. Dalam cahaya remang redup saja terlihat sangat cantik. Mingyu ingin menyentuhnya.

Ia tak tahu.

Tidak biasanya juga ia menolong orang sembarangan. Tapi, namja ini mempunyai satu hal yang yang selalu menariknya untuk mendekat. Setidaknya itu yang ada dipikiran Mingyu sekarang.

Ia menatap lekat kedua mata Wonwoo.

“Tapi aku berani bertaruh, jika kau baru pertama kali kesini, itu pun denganku.”

Mingyu mengulas senyumannya. Kemudian ia melepaskan kacamata bulat yang bertengger di hidung Wonwoo. “Mungkin kacamata konyolmu ini harus dilepas, agar kau bisa melihat jika bukan hanya kekasihmu yang jatuh hati padamu.”

Wonwoo lagi – lagi tertawa mengejek. “Kau dapat kata-kata picisan itu darimana. Lagipula aku mencoba setia, jadi jangan menggodaku .”

Wonwoo merebut kembali kacamatanya, namun kali ini ia masukkan di kantongnya. Sedikit ragu tapi akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada Mingyu.

“Kau punya ponsel?”

Mingyu mengangguk, “Tentu saja.”

“Bolehkah kupinjam ?”

“Apa?” Mingyu memasang wajah malasnya. “Kalau pinjam untuk menelfon kekasihmu maka tak akan kupinjamkan.”

“Ck… Siapa juga yang mau telfon dia.

Lagipula aku sama sekali tak menghafal nomornya. Aku mau telfon rumahku. Mungkin saja adikku sudah pulang jam segini.”

Wonwoo melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Jam 1 malam. Hah…. Perjalanan masih panjang. Wonwoo menghela nafasnya. “Bisakah kau pinjami aku?”

Mingyu merogoh kantungnya. Ia kemudian menggenggam benda silver itu sejenak. “Biar aku yang men-dial nomornya. Aku tak percaya padamu. Nanti kau bisa – bisa kabur membawa ponselku.”

“Ck… Siapa juga yang mau ponsel buluk jadul punyamu itu.”

Akhirnya Wonwoo hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Mingyu. Ia mendikte nomor saudaranya.

“Ne… Yeobosseyo! Diva Boo disini. Siapa yah? ”

“Ah Kwanie, ini Wonwoo.”

“Hyung! Kau dimana? ”

“Aku sedang di Changwon.”

“Ya Tuhan, kau ini bodoh atau apa hyung? Bukankah besok sore kau akan mengadakan pesta perayaan mu dengan Jisoo hyung? Kenapa kau malah ada di Changwon? Aku sama sekali tak mengerti kalian berdua.”

Wonwoo sama bingungnya dengan namja yang bernama lengkap Boo Seungkwan itu. “Entahlah, tadinya aku hanya ingin mencari angin segar sambil bekerja. Ada sebuah event disini. Tapi aku tak bisa pulang dulu.”

“Lalu kapan kau akan ke Seoul hyung?”

“Besok pagi dengan kereta pertama. Itu pun jika ada orang yang berbaik hati memberiku uang. Aku kehilangan dompetku saat minum di bar tadi. Sial sekali aku, Kwanie aku….”

Wonwoo menatap horor pasa ponsel yang ia pegang. “Dan batrenya habis?”

“Ya begitulah….” Mingyu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Aku memakainya sejak pagi dan kemarin hanya aku charge sebentar.”

Wonwoo menepuk kepalanya. Ia kemudian menggaruknya. “Padahal aku belum selesai. Masih ada yang harus aku katakan pada Seungkwan.”

Mingyu tersenyum tipis. “Rumahku masih jauh. Dibelakang Kyeong Wha station. Jadi sebaiknya kita mencari motel atau tempat menginap disini. Lagipula jaraknya lebih dekat dengan stasiun.”

“Ani…. ” Wonwoo menggeleng. “Kalau bisa aku akan pulang sekarang.” Wonwoo menatap Mingyu. “Kau… apa punya uang.”

“Wae? ”

“Karena aku tak yakin kau punya mobil untuk mengantarku ke Seoul jadi aku perlu uang untuk membayar taksi. Aku berjanji akan aku kembalikan setelah sampainya aku di Seoul.”

Mingyu hanya tersenyum kecil. Ia merenggangkan tubuh tinggginya dan kemudian menoleh ke arah Wonwoo. “Aku ada uang, tapi tak yakin jika cukup. Sebenarnya kalau tiket kereta, aku bisa membelikanmu. Tapi kalau taksi…”

Mingyu merogoh kantongnya. Hanya beberapa puluh ribu won. Mana ada supir taksi mau mengantar sejauh itu dengan bayaran sekecil inni.

“Kuasa ini tak cukup. Kalau kereta besok pagi cukup. Bahkan lebih dan masih sisa untuk membeli sarapan pagi dan segelas kopi. Aku akan mengatakan pada penjaga jika kau kehilangan kartu identitas, jadi tenang saja. Aku yakin kau bisa sampai di Seoul.”

“Tapi kalau bisa, aku ingin pulang sekarang. ”

Wonwoo memasang wajah melasnya, semakin membuat Mingyu bingung. “Sebenarnya, ada apa? Toh kamu akan sampai tepat waktu besok. ”

“Ani…. Bukan pestanya yang aku khawatirkan. Aku baru ingat jika kekasihku akan pergi kekantor ku untuk mengambil beberapa laporan dari mejaku besok pagi. Aku lupa jika aku masih menyimpan banyak surat berisi kekesalanku padanya dan juga surat yang sungguh hanya akan aku kirim jika aku sudah bisa mencintai orang lain dan… sial!” Wonwoo kemudian berdiri dan menendang kaki kursi di hadapannya .

“Aku bahkan memaki Jeonghan hyung yang seperti malaikat tapi bermuka dua.”

“Hehe…. ” Mingyu tertawa lirih. “Hanya hal sepele. Kenapa harus repot? Kau tinggal jatuh cinta padaku dan semua beres.”

Wonwoo yang gemas kemudian berjalan ke arah Mingyu dan menginjak kakinya.

“Awww…. Sakit!”

“Salahmu sendiri mengobral cinta. Aku ini sangat mencintai Jisoo hyung, jadi tak mungkin aku jatuh cin…. ”

Wajah tsundere Wonwoo sejenak hilang dan berganti dengan ekspresi keterkejutannya.

Kedua mata Wonwoo membulat sempurna. Ia merasakan sesuatu yang lembut pada bibirnya.

Mingyu tersenyum. Sangat terlihat di kedua mantanya.

Wonwoo yang sudah sadar dari keterkejutannya kemudian mendorong Mingyu. “Yah…! Kau pikir aku apa? Seenaknya menciumku.”

“Aku tak bisa menahan diriku, saat melihat bibirmu.”

Kalau Wonwoo boleh jujur, orang asing yang katanya sedang menolongnya ini bisa dikatakan lebih tampan dari Jisoo hyung-nya. Tapi sayang, ia sangat mencintai Jisoo. Setidaknya itulah pemikiran yang selalu ia tanamkan di hatinya.

Wonwoo hanya menghela nafasnya , rasanya sangat malas menanggapi Mingyu. Terlebih detak jantungnya yang terkadang melompat- lompat tak karuan, setelah ciuman singkat tadi.

“Ayo, kita cari motel saja. Aku akan pulang besok pagi.”

Mingyu mengulas senyumannya. Ia tak tahu, apa yang terjadi padanya hari ini. Malam ini tentunya.

Namja bernama Jeon Wonwoo telah merubah jalan hidupnya. Jika bisa, ia ingin menyimpan namja itu untuknya sendiri, tapi…

Ah…. Jisoo. Siapa dia?

“Kekasihmu, seperti apa dia?”

Wonwoo menghentikan langkahnya. Ia melihat Mingyu yang berjalan di sisinya. Pandangannya penuh tanya. “Kenapa kau ingin tahu?”

“Mungkin saja aku lebih baik darinya, aku juga bisa mencintaimu lebih baik darinya.”

Wonwoo rasanya ingin tertawa. “Hey…. We are completely strangers.”

“I know, but I’m in love with you. I know it for sure….”

.

.

.

.

.

Otte?

Aku tahu ini ga jelas, rada melenceng dari movie. Tapi yah…. Dinikmatin ajah. Hehe…

.

Sankyu buat yang udah review, kalian the best lah pokoknya. Di ffn, wattpad and wordpress aku. Makasih banget….

Ditunggu lho feedbacknya.

.

Aku mulai nulis lagi, and kalau ada yang mau request alur cerita and couple, langsung pm aku aja, atau tulis di review. Tapi, aku hanya terima Suju, Shinee, Svt, and MIR cast only yah….

.

.

Bye… See you next chap…

Train Station

Annyeong…. Wah lama banget aku hiatus nih. Tapi gegara ada couple baru yang cetar banget akhirnya aku memutuskan untuk comeback… Yeay…

Ga banyak basa – basi…

Cuss yuk ke ff terbaru aku.

Main cast: Jeon wonwo , Kim mingyu, dan other cast yang nyusul …

Pairing : Meanie

Rate : T

Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…

.

.

.

Part 1

.

.

.

Kim Mingyu.

.

Pemuda bersurai hitam itu tengah memainkan biolanya. Berharap ada yang berbaik hati berbagi kepingan koin dan uang recehan untuk permainan indahnya. Cukup lama ia memainkan musiknya. Hingga tak terasa hanya tinggal 10 menit lagi untuk kereta terakhir dan stasiun akan tutup hingga buka lagi pukul 3 pagi nanti.

Setelah merasa cukup lelah, ia akhirnya berhenti. Ia mengulas senyum saat melihat uang yang ia dapatkan hari ini. Cukup banyak, bahkan mungkin lebih banyak dari bayarannya saat manggung di cafe. Ia kemudian menyimpan semua uangnya dan bergegas untuk bersiap pulang.

Saat itu Ia tengah membereskan biolanya. Saat yang sama ketika seorang namja terlihat sangat kacau berlarian menyusuri jalanan peron stasiun ini.

Mingyu melihatnya. Mau tak mau jadi melihat namja itu, karena derap langkah kakinya yang memecah sunyinya suasana di stasiun. Hingga akhirnya ia terus tertarik untuk memperhatikannya.

Pemandangan itu untuk sejenak hilang dari pandangannya saat kereta cepat terakhir di stasiun ini berhenti tepat di hadapannya. Hanya menurunkan penumpang dan dalam 5 menit kemudian kereta itu sudah berlalu pergi.

Mingyu kemudian mengulas senyumannya saat melihat namja itu masih ada disana. Tapi keadaan namja itu sudah berbeda. Jika tadi ia masih terlihat sangat bersemangat beradu argumen dengan penjaga stasiun, sekarang ia sudah terduduk dilantai.

Mingyu, pengamen jalanan itu. Ia menghampiri sang namja yang terlihat jelas jika namja itu putus asa

“Permisi, tapi stasiun akan segera ditutup. Pengunjung tak ada yang boleh menginap disini. Sebaiknya kau pergi. ”

Tak ada sahutan. Namja itu malah makin menunduk menyembunyikan wajahnya. Pikiran Mingyu mulai tak karuan. Bisa saja namja itu orang yang jahat. Ah… Tidak mungkin.

Mingyu sejenak tersentak saat mendengar isakan lirih. Sepertinya namja itu menangis. Mingyu panik.Ia tak mau disalahkan. Ia melihat ke sekitar stasiun. Sudah sepi. Tak akan ada yang peduli. Dari kejauhan terlihat si penjaga stasiun itu memberi kode pada Mingyu. Iya, kode bahwa dia harus segera meninggalkan stasiun.

Mingyu mau tak mau akhirnya mengangkat tubuh namja yang jatuh terduduk di sampingnya. “Meskipun kita tak saling kenal tapi aku tak mau membiarkanmu mengotori stasiun ini. Lagipula stasiun ini akan tutup jadi sebaiknya kita pergi dan mencari angin segar di luar.”

Namja itu mengangkat wajahnya. Kedua mata mereka saling bertemu pandang. “Aku ketinggalan keretaku. Bagaimana ini…. ” Namja itu menatap Mingyu. Ia menangis sambil memeluk Mingyu.

Mingyu bingung tak tau harus mengatakan apa. Ia akhirnya membalas pelukan namja itu dan perlahan membawanya pergi meninggalkan stasiun.

.

.

.

.

“Aku Jeon Wonwoo. Aku tinggal di Seoul. Aku harusnya pulang ikut kereta tadi, tapi tiketku tak berlaku karena kartu identitasku tak ada. Ahhh…. Sial sekali. ”

Mingyu hanya bisa tersenyum dan mengangguk canggung. “Kau bisa kembali besok. ”

“Memang, mudah sekali mengatakannya. Besok itu kereta paling pagi adalah jam 7. Sekarang jam 12. Padahal aku harusnya sampai disana jam 7. Maka percuma saja. Bagaimana ini…”

“Ya sudah, kembali saja besok.”

Tak lama kemudian namja itu merogoh saku jaketnya. ” Akh.. Ponselku. Ck… Batrenya habis.”

“Pulang saja ke hotelmu Tuan Wonwoo. Kau bisa pergi besok.”

“Ck… Jika saja dompetku tidak hilang, pasti aku sudah di pesawat sekarang.” Wonwoo kemudian mengulas senyum. “Bagaimana jika kau menolongku?”

“Apa? Kita bahkan tak saling mengenal.”

Wonwoo berdiri dan kemudian membungkuk. “Aku Jeon Wonwoo. Pengamat seni dan juga pelukis. Mungkin kau tak mengerti apa yang aku kerjakan. Jadi ya sudahlah, percuma saja menjelaskan padamu.”

Wonwoo kemudian duduk kembali dan mempersilahkan Mingyu. “Giliranmu, agar aku mengenalmu.”

“Aku Kim Mingyu. Pemain musik. Bekerja tak tentu waktu. Aku tinggal di belakang stasiun. Meskipun apartemenku kecil, tapi kurasa cukup lumayan untuk tempat menginapmu malam ini. Lagi pula kulihat kau tak punya uang sama sekali. Dan juga keadaanmu… ” Mingyu melihat ke arah Wonwoo.

“Untuk ukuran namja, wajahmu sangat indah. Aku harap kau tak pergi sendirian di tempat yang begitu ramai seperti ini.”

Wonwoo tersenyum remeh. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari bajunya. Rantai kalung yang mengikat sebuah cincin. “Jangan merayuku. Aku sudah terikat. Lihat ini. ” Wonwoo memamerkan cincin yang terikat di kalung yang ia pakai.

Mingyu hanya tersenyum kecil. “Kenapa kau berada disini sendiri jika kau memiliki kekasih? Bukankah kau harusnya kesini dengan kekasihmu. Apa kau tak tahu jika disini semua hal buruk bisa terjadi padamu. Mungkin sebelum kau kehilangan uangmu, tak akan ada yang mengganggumu. Tapi sekarang, apa yang akan kau lakukan? Pikirkan kau akan tidur dimana?”

Wonwoo menunduk. Ia menyeruput kopinya. Sudah mulai dingin. Ia tersenyum pahit.

“Kau benar. Kekasihku bahkan tak tahu aku disini. ” Ia menghela nafas. “Mungkin saja ia sedang kencan dengan selingkuhannya. ” Wonwoo tiba – tiba saja tertawa. Terdengar miris di telinga.

“Nasibmu buruk sekali tuan Jeon… ”

Mingyu menepuk pelan kepala Wonwoo. “Sebaiknya kau ikut aku… ”

.

.

.tbc….

.

.

Otte?

Ini terinspirasi banget sama movinya Aa Christ yang kece badai. Kalau udah ada yang nonton, deuh… Tuh movie simple tapi nyes bngt…

Ya nyerempet dikit kok. Karakter MEANIE disini juga ooc banget. Maklum deh… Biar nyambung.

Jangan lupa voment ya…

Sankyu

 

i name it ‘LOVE’|JongBin| YAOI |OS

 20140222193623

Title : I Name It “Love”

Pairing : JongBin (Lee Jongsuk / Kim Woobin)

Warning : Boys love | EYD yang ga sesuai |

Author’s Note : Lagi suka banget sama couple yang satu ini. FF ini bukan untuk mencari sensasi, hanya berbagi karena aku bener-bener berharap mereka akan jadi couple yang real nantinya. Semoga PD-nim berbaik hati dan menyatukan mereka kembali, meski dalam drama. Hahhaa… aku ngarep banget tuh lanjutan School 2013. Untuk FF KyuMin, aku akan lanjutin secepatnya. Ugh… kadang kalo udah di NC bisa nge-blank. T_T

 

 

Enjoy MY new Fic.

by

Rainy hearT

.

.

Jongsuk mengusap pipinya. Dia baru saja merasakan tamparan dari seorang yeoja. Siapapun akan merasa kesal jika dicium begitu saja oleh namja yang bahkan baru ia temui beberapa menit yang lalu.

Jongsuk tak mencoba meminta maaf. Ia sedikit merasa bersalah, tapi ia sama sekali tak terganggu untuk sekedar meminta maaf.  Bahkan ia malah beranjak pergi dari kamar karaoke yang ia sewa bersama beberapa teman wanitanya.

Jongsuk menyandarkan punggungnya di dinding luar gedung karaoke itu. Ia tak tahu, harus merasa sedih atau senang. Saat ini ia sama sekali tak yakin dengan apa yang sedang ia pikirkan. Bahkan untuk benar-benar memastikan apa yang ada dalam pikirannya, ia sampai mencium yeoja yang baru ia kenal tadi dengan seenaknya.

Ia mengambil ponselnya.

 

‘Mianhe, noona. Aku tak bermaksud mencium temanmu. Itu hanya sebuah kesalahan.’

Ya, Jongsuk mengirim pesan singkat itu dan kemudian dengan cepat ia berjalan menuju mobilnya. Mungkin sebaiknya ia pulang sebelum manager mencarinya.

.

.

“Kukira kau sudah mati dikamarmu, ternyata kau pergi bersenang-senang.” Manager Jongsuk menyapanya saat ia baru saja masuk kedalam apartemennya. “Kau tak bisa terlalu lama meminta cuti, dan aku harap kau bisa mengganti warna rambutmu lagi. Pertengahan tahun ini, School 2014 akan di produksi.”

Jongsung hanya diam dan mengangguk.

Manager menepuk bahu Jongsuk dan kemudian berjalan menuju pintu keluar. “Aku sudah membawakan makanan untukmu. Aku simpan di dalam lemari pendingin. Kau bisa menghangatkannya. Aku tak akan mengganggumu sampai akhir bulan ini, tapi pastikan kau bisa menjaga dirimu dengan baik.”

“Nde….”

“Mulai bulan depan, aku akan mengatur jadwalmu untuk beberapa sesi foto dan modeling. Dan juga variety show. Aku harap, kau bisa melakukannya dengan baik.”

“Nde…”

Jongsuk menyahut lirih. Ia melihat manager tengah memakai sepatunya didepan pintu. Manager itu sempat tersenyum  saat bertatapan secara tak sengaja dengan Jongsuk. “Aku kira Woobin sangat sibuk, setelah The Heirs dan dia harus syuting School. Bukankah itu bagus.”

Dan setelah mengatakan hal itu, manager kembali meninggalkan Jongsuk di apartemennya.

Memang, ia akan segera syuting School 2014 dan berita itu sempat ia dengar awal bulan kemarin. Mungkin itu satu hal yang bagus, tapi sedikit menyedihkan baginya. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana nantinya ia akan menghadapinya.

Jongsuk beranjak malas dari sofa yang didudukinya. Ia melepaskan kemejanya dan membiarkan angin dingin menyapa kulit pucatnya yang tak terlindungi apapun lagi. Ia melihat pantulan tubuhnya di cermin. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan seseorang yang selama beberapa waktu terakhir ini mengganggu kehidupannya.

Ia sempat membayangkan kulit coklat dengan abs yang terbentuk dengan sangat baik dalam refleksi tubuhnya sendiri di cermin. Jongsuk hanya menghela nafasnya. Ia kesal dengan dirinya sendiri.

Jongsuk memilih untuk mandi dengan air hangat. Mungkin bisa sedikit membenarkan kerusakan pada otaknya.

.

.

Jongsuk menyelesaikan mandinya, dan saat ia melihat ke arah jam yang terdapat di atas tempat tidurnya, “Huh… baru jam 11 malam.” Biasanya, ia akan meminta manager untuk membawakannya makanan kecil, minuman dan bahkan mendekatkan semua fasilitasnya tanpa ia harus beranjak dari kasur nyamannya. Itu selalu ia lakukan dulu, tapi akhir-akhir ini ia mencoba menghilangkan kebiasaannya.

Ia tak bisa terus mengganggu manager dengan semua kemalasannya. Ia menyadari, ia sudah lebih dewasa dan sudah saatnya untuk mulai berubah, tak bergantung pada orang lain, dan bahkan harus mulai memikirkan bagaimana masa depannya sendiri. Ia tak ingin menjadi egois. Tapi, kebiasaannya berakting sekarang mengikat dirinya yang sebenarnya. Bahkan dalam nama Lee Jongsuk saja, ia bisa berakting dengan baik dan menyembunyikan dirinya jauh didalam sudut hitam di tubuhnya.

Jongsuk kembali menghela nafasnya. Ia meraih ponselnya, menekan speed dial nomor 2. Tapi, sebelum ia menekan call, ia mengurungkan niatnya kembali. Seperti itu, terus saja berulang-ulang hingga akhirnya ia tak melakukan apapun.

Jongsuk beranjak dari tempat tidurnya, ia melangkah menuju dapur berniat untuk sekedar mencari kopi hangat. Ia melewati ruang tamu di apartemennya begitu saja. Tapi, ia merasa ada yang aneh. Tv menyala dan bahkan ia sempat melihat seseorang tengah duduk disana sambil terus mengganti chanel.

“W-woobin…” Jongsuk hampir seperti berbisik.

Dan seperti biasa, Woobin menyapanya dengan senyuman penuh aegyo yang sungguh tak pantas untuk wajah tampan dan manly-nya.

“Berhenti menggunakan aegyo yang bahkan tak pantas untukmu.”

“Kukira kau akan senang melihatku dirumahmu.” Woobin melangkah mendekati Jongsuk. Ia mengekori Jongsuk yang tengah memasukkan kopi kedalam mesin pembuat kopi. “Aku juga mau kopi.”

Jongsuk hanya diam dan kemudian meraih satu gelas yang lainnya. Ia  sempat melirik Woobin yang membuka kulkasnya. “Wah , banyak makanan.”

Woobin melihat isi kulkas Jongsuk dan akhirnya ia hanya mengambil apel merah yang ada di sana. Sementara Jongsuk sudah membawa dua gelas kopi ke meja yang ada didepan satu sofa besar  yang ia duduki nantinya.

“Kau tahu, kita akan main di drama itu lagi. Bagaimana menurutmu?”

Jongsuk sebenarnya malas. Ia sedang tak ingin membahas masalah itu, apalagi melihat Woobin dirumahnya. Tadi juga ia sempat mengurungkan niatnya untuk menghubungi Woobin, dan tiba-tiba namja itu sudah ada dirumahnya.

“Ya… seperti itulah.”

Woobin masih tetap sibuk menggigit apelnya. Ia tahu Jongsuk sedikit aneh. Woobin melihat ke wajah Jongsuk. “Wah… seperti bekas tamparan.” Woobin memegang dagu Jongsuk dan menatap pipi Jongsuk yang memang masih membekas kemerahan. “Apa kau baru saja ditampar seorang yeoja? Pantas saja hari ini kau sedikit aneh.”

Woobin tertawa mengejek. Dan benar-benar, Jongsuk sedang tak berniat untuk menanggapi hinaan Woobin yang terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.

“Aku dengar, mereka akan membuat sedikit perubahan pada alur cerita. Mungkin fokusnya akan berganti. Suk-ie ah… kau sudah mendengar bagaimana ceritanya???”

Jongsuk hanya menggeleng.

“Wah… aku kira managermu mendapatkan sedikit informasi dari PD-nim.”

Woobin memang bukan orang pendiam, seperti peran yang kebanyakan ia lakukan. Dan jongsuk juga bukan orang yang ceria seperti banyak peran yang sering ia mainkan. Terlebih saat ia merasa sangat kacau seperti ini. Jongsuk hanya ingin bersembunyi, dan sebisa mungkin tak melihat Woobin.

Tapi, tak mungkin ia mengusir namja itu dari rumahnya.

Pembicaraan mereka sepertinya benar-benar  tak menarik, terlebih bagi Jongsuk yang hanya menyahut sekenanya terhadap apapun yang Woobin katakan. Lama kelamaan Woobin merasakan kecanggungan itu. Awalnya, ia hanya mengabaikan tapi akhirnya ia menyerah.

Ia meletakkan gelas kopi yang tadinya akan ia minum. Ia menatap Jongsuk. Tadinya, Jongsuk berkonsentrasi dengan acara TV yang sebenarnya sama sekali tak menarik baginya. Tapi tatapan intens dari mata tajam Woobin benar-benar mengganggunya.

Jongsuk menoleh malas pada Woobin. “Mwo?”

“Apa ada yang salah?”

Jongsuk hanya menggeleng.

“Suk-ie…jangan berbohong padaku. Apa kau sedih karena baru ditampar yeoja??? Akh… seharusnya kau berpikir berkali-kali sebelum kau mengganggu seorang yeoja.” Woobin mengambil kesimpulan sendiri.

Jongsuk sudah tak tahan. Ia meletakkan gelasnya dan kemudian menatap Woobin. Mereka hanya saling diam dan mengabaikan suara TV yang sedikit banyak menghapus kesunyian di rumah Jongsuk.

“Kenapa kau datang kesini, bukankah kau masih harus menjadi Youngdo???”

Woobin  hanya tersenyum. “Aku baru mendengar kita akan syuting School lagi, jadi aku ingin mengunjungimu.  Jika tahu kau akan menyebalkan seperti ini, lebih baik aku tidur di lokasi syuting.”

“Bukankah rating dramamu yang satu itu benar-benar bagus, dan bahkan kau berakting dengan Minho hyung. Harusnya kau lebih senang saat mendengar drama itu akan dibuat sequelnya. Tapi, kenapa ditengah syuting kau malah kesini.” Jongsuk meraih remote dan mulai mengganti chanel secara random sesukaenya. Ia kemudian berhenti pada saluran HBO yang tengah menayangkan film peperangan yang cukup berisik. “Aku juga tak berharap melihatmu disini. Jadi, tidur saja sana dilokasi syuting.”

Woobin merasa aneh. “Suk-ie ah… sebenarnya kau kenapa?”

“Sudahlah, mungkin aku hanya mengantuk. Sebaiknya aku tidur dan jika kau ingin pergi, pergilah.” Jongsuk beranjak dari duduknya dan mencoba melarikan diri lagi. Tapi ia terhenti saat merasakan cengkraman yang kuat pada pergelangan tangannya.

“Kita hanya tak bertemu selama beberapa bulan, dan kau sudah melupakan aku. Kau bahkan sama sekali tak terganggu sedikitpun untuk menelfonku atau sekedar mendukungku. Kau bahkan tak membalas pesanku sama sekali. Sampai kapan kau akan seperti ini, Namsoon-ah…”

Jongsuk sangat tak menyukai saat Woobin memanggilnya dengan nama yang ia perankan di drama itu. Awalnya ia menyukai perannya, tapi dalam satu sisi lain didirinya, ia sangat membenci perannya.

“Apa tak merindukan aku, Namsoon-ah…”

Jongsuk sangat memebenci kalimat itu. Kata-kata itu dimainkan dengan sangat baik oleh Woobin, dan bahkan dengan ekspresi wajah yang sama juga. Jongsuk sangat membenci kelemahannya, iabenar-benar tak bisa menahan dirinya jika akan terus seperti ini.

Jongsuk berusaha untuk menarik tangannya tapi Woobin tetap menahannya dan bahkan memegangnya lebih kencang lagi. Jongsuk merasakan wajahnya memanas. Ia tak tahu pasti, apakah ia akan marah atau ia akan menangis.

“Hentikan kekonyolanmu, Woobin-ah. Sebaiknya kau lepaskan aku dan pulanglah.”

Dan seketika suara TV itu seperti menghilang. Ruangan luas itu semakin menyempit dan seakan hampa udara, membuat Jongsuk dan Woobin merasa sesak.

“Heungsoo-ah…” Jongsuk memutar tubuhnya dan menghadap ke Woobin. Jujur, ia merasa kesal. Sangat kesal pada dirinya sendiri. “Mianhe….”

Woobin melepaskan pegangannya pada tangan Jongsuk. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian berdiri dengan cepat dan entah bagaimana, ia kemudian memeluk erat tubuh Jongsuk.

Woobin bukan namja yang cengeng, tapi entah kenapa ia sangat mudah menangis didepan Jongsuk. “Kau tahu, aku sangat membencimu…”

Tubuh Jongsuk hanya diam. Ia bahkan tak merespon pelukan Woobin. Woobin melepaskan pelukannya dan kemudian menatap Jongsuk. Bibir merah Jongsuk seperti penarik tersendiri untuknya. Ia sungguh membenci Jongsuk dan semua keindahan yang ada dalam dirinya.

“Woobin-ah…” Jongsuk menunduk. “Aku tak ingin seperti ini,kau tahu? Aku benci diriku yang seperti ini, apa kau tahu itu?” Tangan Jongsuk memegang pipinya. “Aku baru saja ditampar disini,oleh seorang yeoja. Kau tahu kenapa?”

Jongsuk masih menunduk. “Aku ditampar karena kebodohanku, karena keegoisanku dan juga karena ketakutanku. Aku senang saat mendengar kita akan main bersama lagi. Tapi, aku tak tahu apakah nanti aku akan bisa mengendalikannya jika saat ini saja aku sudah cukup membencimu.”

Woobin hanya diam. Ia tak tahu pasti kearah mana Jongsuk berbicara, tapi ia tahu pasti Jongsuk sedang terluka. Woobin pun tak mengerti, ia juga merasakan sedikit sakit dan sesak dialam dirinya.

“Aku benci saat harus berbuat baik padamu. Aku benci setiap adegan dalam drama itu. Aku benar-benar tak ingin melakukannya. Woobin dan Heungsoo adalah orang yang sama padahal mereka sangatlah berbeda. Dan aku juga Namsoon adalah orang yang berbeda. Namsoon adalah sahabat terbaik Heungsoo… tapi, Jongsuk yang ini…”

Jongsuk mengusap airmata yang tanpa ia sadari jatuh dan mengalir dipipinya. “Tak ingin menjadi sahabat Woobin.”

Woobin mengangkat dagu Jongsuk hingga ia bisa melihat kedua mata Jongsuk yang memerah. Dengan sangat lembut ia mengusap air mata itu dan mencoba membuat Jongsuk menatapnya. Tapi, namja itu masih mengalihkan kedua matanya dan bahkan hanya diam.

Bibir merah itu, mungkin milik seorang namja. Tapi, namja ini bahkan terlihat berkali-kali lebih cantik dari  yeoja manapun yang pernah ia lihat. Dan Woobin mungkin sedang terhipnotis atau apalah itu. Yang pasti, ia tengah memainkan ibu jarinya pada bibir merah Jongsuk.

Jongsuk menatap Woobin. Ia takut menghadapi kenyataan. Bahkan untuk berfikir saja, Jongsuk takut untuk memikirkan hal yang sangat buruk. Mungkin Woobin akan menjauhinya atau bahkan membatalkan kontrak mereka untuk drama yang nantinya mereka mainkan.

“Woobin-ah…”

“Kau benar-benar menggangguku, Suk-kie ah…”

Dan sebelum Jongsuk memikirkan apa maksud Woobin, ia merasakan bibir namja itu menyentuhnya. Menyentuh bibirnya dan membuatnya bisa menghirup aroma maskulin yang sangat ia kenal. Jongsuk hampir kehilangan nafasnya dan tubuhnya benar-benar langsung lemas.

Woobin melepaskan pagutan mereka dan menatap dalam pada kedua mata indah Jongsuk. Mata yang selalu bisa membuatnya kehilangan dirinya.

Jongsuk merasakan tubuhnya ditahan oleh lengan Woobin yang melingkar kuat di pinggangnya. Woobin mendekatkan wajahnya kembali pada Jongsuk. Ia mencium kecil bibir Jongsuk. “Just say you love me, Suk-ie ah…”

Jongsuk tak bisa mengatakan apapun. Ia hanya memeluk erat Woobin dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang namja itu. Jongsuk tak tahu harus mengatakan apa, yang jelas ia sedang tak berani menatap Woobin.

“Woobin-ie… Yahhh!!!”

Jongsuk kemudian berteriak saat merasakan tubuhnya di gendong Woobin bridally style dan tanpa terganggu sedikitpun, Wobin mencium wajah Jongsuk. “Aku sudah meminta ijin 2 hari dan aku pikir, kita bisa menghabiskan waktu bersama. Bukankah kau sedang cuti, Namsoon-ah…”

Dan Jongsuk hanya diam. Ia membiarkan Woobin membawanya kekamarnya dan menjatuhkannya di kasur empuknya. Woobin berbaring di sebelah Jongsuk. “Ah… malam ini adalah pertama kalinya kita benar-benar tidur bersama, Namsoon-ah… “

Woobin melingkarkan lengannya posesif memeluk tubuh Jongsuk. “Kupikir aku harus sesekali mengajakmu ke gym untuk berolahraga. Kulitmu sangat pucat dan juga tubuhmu sangat ringan. Besok kita akan berbelanja dan masak bersama.”

Woobin meraih selimut dan kemudian menutupkannya pada tubuh mereka berdua. “Aku senang kita akan main drama bersama. Sangat sulit untuk menemuimu akhir-akhir ini, Suk-ie…”

“Saranghae….Woobin-ah…”

Woobin yang tadinya hendak mengatakan entah apa itu, langsung diam. Ia kemudian tersenyum pada Jongsuk. “Aku harap kau tak bodoh, dan menerima tamparan hanya untuk membuktikan kau benar-benar gay atau bukan. Jangan katakan kau mencium seorang yeoja hanya untuk membohongi dirimu sendiri.”

Jongsuk hanya mempout-kan bibirnya.

“Kau tahu, aku tak suka rambutmu ini. Kulitmu terlihat sangat pucat Suk-ieah. Ah… atau kau ingin aku memanggilmu sweet cake? Saat menciummu tadi, aku seperti memakan kue coklat yang manis.”

Woobin tersenyum dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Jongsuk. “Nado saranghae, Suk-ie…”

Dan mereka menutup malam itu dengan saling beriuman mesra diatas bed luas itu. Tak ada sex…. karena Woobin harus bisa menahan dirinya untuk hari itu. Sudah terlalu malam.

“Kita akan bermain sepuasnya besok…”

“Apa maksudmu Park Heung Soo?”

“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku lebih suka kau memanggilku oppa.”

“Yah…! Kau pikir aku yeoja.”

Woobin mengabaikan Jongsuk yang masih terus berargumen tentang dirinya yang tak ingin disebut cantik. Woobin merasa tenang. Ia melingkarkan lengannya ditubuh Jongsung dan kemudian mencium lembut pelipis namja itu.

“Ah… aku pikir aku terlalu lama mengambil keputusan. Seharusnya, aku melakukannya sejak saat itu. Sukkie-ah…”

Jongsung mengangkat wajahnya dan  menatap kedua mata Woobin.

“Kau tahu, aku seperti bermimpi. Aku juga ingin menolaknya, tapi sama sekali tak bisa. Dan jika aku harus melewati batas, aku akan melewatinya dengan terus menggenggamu.” Woobin mencium kening Jongsuk. “Saranghae…”

Dan untuk pertama kalinya, Jongsuk memulai ciuman mereka. Mungkin malam ini akan berlalu lebih lama dari malam yang biasanya. Dan untuk pertama kalinya, Jongsuk benar-benar merasa bebas dan hangat.

.

.

End

 

.

Buat yang belum tahu couple ini, ah… bakalan nyesel abis. Nih couple sosweeeeet bingit….

 

Semoga feelnya dapet. Bye…

PROMPT by req | KyuMin Drabble| Happy Kyudays

HAPPY KYU DAYS!

Hari ini 우리 사랑하는 아빠 Ulang tahun yang ke 27…

Happy Birthday!

Kita do’akan semua yang terbaik buat Kyuappa, dan semoga makin cintah sama Ming Umma.

Nah, buat ngeramein haru Ultah Kyu appa aku udah ngadain PROMPT by req di Grup Kyumin and Friends yang ada di Facebook. Prompt itu udah aku terusin dan aku selesain jadi sebuah drabble. Sekarang kita share yah…

Enjoy!


Prompt req by Andi Sartika

“Hei Kyu,, aku lagi teringat sesuatu” Kyuhyun memandang Sungmin yang lagi sibuk memakan kue ulang tahunnya, seolah mengatakan ‘apa?’. ” Kau pernah bilang beberapa hari yang lalu kalau di ulang tahunmu yang sekarang kamu ingin mengatakan sesuatu yang penting padaku. Apa itu?” Tanya Sungmin. Kyu tersenyum kemudian berbisik di telinga Sungmin …

.

“Apa Kyu?”

“Tidak jadi, aku sudah lupa.” Kyuhyun kemudian mulai ikut memakan kue Sungmin. Karena merasa kecewa, Sungmin menyembunyikan kuenya di belakang tangannya.

“KAu bukan pelupa Kyuu, kau pasti mau menghindar. Ugh… menyebalkan.”

“Memang kenapa? Sepertinya kau mengharapkan sesuatu?”

“Ah.. sudah tidak ingin mendengar lagi.” Sungmin meletakkan kuenya di meja. “Sana, makan saja kuemu. Aku mau tidur saja.”

“Eih… uri bunny marah.”

“Ahni, aku tidak marah.” Sungmin berhenti sejenak dan menatap kesal pada Kyuhyun. “Kau saja yang suka menghindar.”

“Memangnya kau berharap aku mengatakan apa?” Kyuhyun mendekati Sungmin dan memeluknya dari belakang. Mencium wangi leher Sungmin yang manis dan terasa seperti cerry. Kyuhyun mengecupi pelipis Sungmin.

“Aku tidak berharap, apa-apa. Ah… sudahlah, happy birthday Kyunie.” Sungmin memutar tubuhnya. Ia melingkarkan kedua lengannya di leher Kyuhyun dan berjinjit sedikit lalu mencium perlahan bibir tebal Kyuhyun. “Aku hanya berharap kau mengatakan sesuatu, yah… mungkin yang bisa membuatku senang.”

Kyuhyun hanya tersenyum. Ia memegang satu tangan Sungmin dan mengarahkannya ke bokongnya, lalu mengarahkannya masuk kedalam kantong celananya. Ia mendekati telinga Sungmin. “Pakailah…”

“Kyu…” Sungmin hampir tak percaya dengan apa yang ia temukan di kantong celana Kyuhyun.

“Hadiah untukmu, baby Ming.”

Kyuhyun mengambil cincin itu dari tangan Sungmin dan memakaikannya di jari Sungmin. “Ah… pas sekali.”

“Sungmin-ah… itu aku yang pilih lho…!”

“YAHHH! HEECHULL!”

Dan lagi-lagi, Heechul oppa yang cantik jelita, menjadi pengganggunya. Ahahhaa…!

END

.

.


Prompt req dari Lee Lees Kim:

Kyuhyun merasa ada yang memeluknya erat dari arah belakang,,seketika kyuhyun pun mengernyit kaget dan saat dia membalikkan badanya,dia amat terkejut ternyata yang memeluknya erat tersebut adalah…

Heechul.

Kyuhyun langsung melepaskan kedua tangan Heechul di pingangnya. “Yah… Apa-apaan sih Hyung. Aku kira…”

“Sungmin. Huuuh!” Heechul mendorong wajah Kyuhyun dengan telapak tangannya yang lebar itu. “Mengharap saja, Kyu. Sungmin masih ada di Manila, dan kau masih harus main drama musical dengan Nenek lampir itu.”

“Namanya juga cari uang, Hyung.”

Kyuhyun menghampiri Heechul yang sedang bermain dengan Heebum. ” Jangan dekat-dekat, kau membuat Heebum takut.”

“Ih… pelit sekali.”

“Bukannyakau juga harus syuting radio star?”

“Ah, iya … hampir lupa.”

Kyuhyun segera beranjak ke kamarnya. Tapi saat melewati kamar Sungmin, ia merasa ada yang aneh. Kamarnya terbuka dan juga samar terdengar suara orang bernyanyi.

Kyuhyun mulai takut dan merinding. Sejak kapan di dorm mereka ada hantu? Tapi, Kyuhyun harus memastikannya. “Ugh… baiklah, akan aku pastikan.”

Kyuhyun membuka kamar Sungmin yang memang ternyata tidak di kunci. Semakin ia masuk kedalam, semakin keras nyanyian terdengar.

Kyuhyun berjalan semakin pelan dan takut-takut. “Kenapa seperti suara Sungmin?”

Akhirnya dengan cepat Kyuhyun membuka pintu kamar mandi.

“YA!”

“Aww… Ming!”

Kyuhyun mengusap wajahnya yang sukses menjadi sasaran tepat lemparan spons gosok dengan stik panjang yang keras. “Pasti hidungku berdarah.” Kyuhyun merasakan Sungmin membersihkan wajahnya dengan handuk.

“Mianhe, Kyu… aku…”

“Bukannya harusnya kau ke Manila, lalu kenapa masih disini?”

“Aku ketinggalan pesawat, jadi ya… besok saja.”

Kyuhyun terpesona.. Ah, bibir pouty Sungmin memang sangat cantik. Dan terlebih, tubuh Sungmin hanya berbalut busa yang perlahan meletus dan menghilang dari tubuh Sungmin.

“AWWW…” Sungmin menjerit pelan, saat tangan Kyuhyun meremas bokongnya.

“Kyu, besok aku harus ke Manila da_”

“Kan perginya besok, jadi sekarang main denganku.”

Sungmin hanya bisa pasrah. “Kyuhhh…

END

.

.


Prompt req Sunrise NukoSatry Fadia:

Hyung, kau melihat ming hyung dimana? Aniyo. eeeeee, ooooo..isk dia dimana? Miiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing…

.
Kyuhyun sudah mencari Sungmin ke seluruh penjuru dorm, tapi tetap saja tidak ketemu. Ia baru saja menelfon Ryeowook, dan namja itu hanya mengatakan ia pergi hanya bersama Eunhyuk.

Ia sempat bertanya pada Heechul, tapi yang ada malah ia diacuhkan.

“Ugh! Kenapa semya hyung pergi dan tidak mempedulikan aku, padahal aku sedang sakit.” Kyuhyun akhirnya kembali ke kamarnya.

Ia merasa tidak dipedulikan. Kyuhyun kemudian menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal, dan iseng-iseng ia memotretnya dan mengunggahnya di twitter.

kyuhyun tak pernah cengeng,tapi ia sedih karena tak ada satupun hyung yang mempedulikannya. Akhirnya Kyuhyun mencoba untuk tidur, tapi sebelum ia benar-benar terlelap…

.
cklek…

“Kyu?”

‘Suara Sungmin hyung… ‘ Kyuhyun langsung berpura-pura memasang wajah memelasnya.

“Kau sakit?”

“Nde Ming, dan tak ada satupun yang merawatku. Bahkan mereka semua pergi. Ah… aku juga lapar.”

“Mianhe, Kyunie. Sekarang tunggulah disini karena aku akan membuatkanmu bubur.”

“Ah… ahni. Nanti saja Ming, sekarang temani aku tidur dulu.”

“Kau yakin? Bukannya kau lapar? ”

“Jika aku sudah tidur kau baru boleh pergi dan memasak. Dan bangunkan aku jika sudah matang nanti.”

“Aigo! Manja sekali!”

“Yah Heechul hyung, diamlah. Jangan mengganggu kami.”

.

END

.

.


Prompt req by: Cho KyuMin ElfJoyer

Kyuhyun tengah mengintip kegiatan seseorang yang tengah bercanda dengan temannya dari ujung tangga sekolahnya. Dengan serius Kyuhyun memperhatikan Si namja manis yg dikaguminya. Ia kaget saat sang namja manis menuju kearahnya, kemudian Kyuhyun dengan cepat menaiki tangga untuk kabur. Tapi…

GUBRAK!

Kyuhyun harus rela jatuh dengan sangat tidak elit hanya karena tak melihat anak tanga yang ia naiki. Kyuhyun meringis, memasang wajah polosnya yang gagal itu. Sementara Sungmin, ia sempat tertawa sebelum akhirnya menolong Kyuhyun.

“Seharusnya kau melihat tangganya.” Sungmin membantu Kyuhyun berdiri. Ia merapikan seragam Kyuhyun dan memasangkan kembali kacamatanya. “Untung saja kacamatamu tidak pecah.”

MAu tak mau Kyuhyun hanya mengangguk seperti orang bodoh. Sungmin memang benar-benar manis. Dilihat dari jauh saja dia sangat indah, dan jika dilihat dari jarak dekat seperti ini…

“Kyu… Hei, jangan melamun.”

Kyuhyun hanya mengangguk dan kembali menunduk. “Eh… kau tahu namaku?”

Sungmin hanya tersenyum. Ia menegakkan wajah Kyuhyun dengan mengangkat dagunya. “Untuk namja tampan sepertimu, aku tahu semua tentangmu.”

Dan setelah itu Kyuhyun merasa pusing.

“Kyu… ah… kau mimisan! Aigo…!”

.
Brugh…

“Yah! KYU..!” Sungmi melihat ke sekitarnya. “Hyukkie-ah…! Tolong, Kyuhyun pingsan!”

“Kyuhyun? Siapa dia?”

Meski Hyukkie tak tahu pasti siapa Kyuhyun, tapi ia tetap mendekat pada Sungmin dan menolong namja nerd yang aneh si kutu buku yang sedang di tolong Sungmin.

“Ini salahmu, Ming. Dia selalu mimisan jika bertemu denganmu.”

Sementara Sungmin dan Hyuk kesusahan memapah tubuh Kyuhyun, Kyuhyun malah tersenyum dalam mimpinya. Ah… ini indah sekali. ‘Aku tak menyangka, Sungmin sunbae tahu aku.’

END

.

.


prompt req: Whulan Octantya M. Peni

.
sungmin baru saja selangkah masuk ke kamarnya, dan begitu terkejut setelah melihat kyuhyun…

.
sedang bersembunyi dibalik selimutnya. Sungmin merasa heran karena jarang sekali Kyuhyun menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut, bahkan sampai tak terlihat apapun. Dan lagi ini musim panas,apakah Kyuhyun sakit lagi?

Sungmin mengerutkan keningnya.

“Hhhhh…”

Sungmin merasa mendengar suara-suara yang emmmm… yah seperti mendesah.

Tidak mungkin Kyuhyun sedang bermain sendiri? Aish… Sungmin mencoba menghilangkan pikiran kotornya.

Kyuhyun habis sakit jadi tak mungkin ia sedang… eum…

Ah mungkin saja dia demam lagi. Sungmin segera berlari menuju kasur Kyuhyun. Ia kemudian berusaha membuka gumpalan selimut yang melilit tubuh Kyuhyun.

“Kyu…”

“Eh…Ming…”

Wajah Sungmin memerah. “Ah… Mianhe Kyunie, aku pikir kau sakit lagi jadi… ”

“Ah… Ming, aku … ini…”

” Sebaiknya aku pergi saja.”

Sungmin hendak berbalik tapi Kyuhyun meraih tangannya dan menarik lembut tubuh Sungmin. “Aku memang sudah sembuh tapi ini sakit Ming…” Kyuhyun mengarahkan tangan Sungmin menuju ke bagian bawahnya.

“Mmmhh…Ming.” Kyuhyun menggerakkan tangan Sungmin untuk meremas litte Cho yang sudah mengeras.

“Salahmu sendiri melihat video seperti itu.”

“Itu karena kau tak memberikan aku jat…”

“Yah! Kalau mau main, cepatlah. Aku sudah menunggu dari tadi.”

Mendengar suara cempreng Heechul, tanpa basa-basi Kyuhyun langsung turun dari bed-nya dan kemudian menutup jendela balcon tempat Heechul tengah mengintip mereka.

“Jangan menggangguku! Dasar Janda kesepian!”

“Awas kau Kyu!”

.

End

.

.


Prompt req by Megumi Kishimoto

Mulutnya kembali dibuat ternganga, pemandangan yang -menurutnya- terlihat begitu indah itu seolah menyilaukan matanya. Sosok tampan itu sedikit membenturkan kepalanya pada dinding kamar mandi didepannya, mengutuk segala sensasi panas yang kini semakin menjalari tubuhnya, harum vanila yang singgah pada indra penciumannya itu seolah memabukan, semakin besar, hasrat yang seolah memuncak dan berpusat pada tubuh bagian selatannya. Demi tuhan, demi seluruh panggilan setan yang selama ini ia terima, dan demi semua koleksi game yang ia punya, mengintip seorang Lee Sungmin yang tengah mandi itu tak berbeda seperti kau yang berniat mengambil madu di sarang lebah, begitu manis.. dan memabukan. Namun disaat bersamaan dapat membuatmu menjerit frustasi karena sengatan-sengatan panas tak terduga. “oh, so damn Lee Sungmin.”

Kyuhyun berulang kali meneguk air liurnya, dan bahkan sempat mengusap air liur yang masih keluar dari bibirnya. Kedua matanya semakin terbuka lebar saat melihat Sungmin tengah mengusap spons penuh busa sabun di dadanya. “Ugh… bahkan nipplenya pun sangat merah.” Kyuhyun tak tahan lagi.

Entah sadar atau tidak, tapi tangannya mulai menjalar kebawah dan berhenti tepat diantara kedua kakinya. Ia sempat mengumpat pelan saat merasakan bahwa little Cho sudah benar-benar mengeras. “Sial…”

Kyuhyun menggeram pelan. Ia menyandarkan tubuhnya di ambang pintu. Semakin menggila saat Sungmin tengah mengusap kedua sisi butt penuhnya yang sangat menggoda. Kyuhyun semakin merasa panas tak karuan.

Dengan tergesa dia menurunkan boxer serta celana panjangnya. Ia segera meraih juniornya dan mulai mengurutnya perlahan.

Kyuhyun semakin dan semakin menggila. Sungmin tengah memainkan juniornya yang hampir menegang. Membiarkan tangannya yang penuh dengan buih sabun memanjakan junironya. Terkadang terdengar lenguhan pelan Sungmin, membuat Kyuhyun semakin menggila.

Pluk…

Eh?

Kyuhyun merasa aneh. Ada yang menepuk bahunya. Dan belum sempat ia menoleh kebelanga, wajah evil nan menakutkan itu muncul di samping wajah Kyuhyun. “Hei… jangan berdiri di pintu seperti orang bodoh. Kenapa tak kesana saja dan bermain dengannya. Bodoh!”

“Pergi kau hyung… dasar setan menyebalkan! Janda kesepian, kau suka sekali mengganggu kesenanganku.”

Setelah berhasil mengusir Heechul keluar dari kamar tidur Sungmin, Kyuhyun kemudian bergegas hendak kembali ke kamar mandi dan meneruskan kegiatannya, tapi…

“Ming…”

Entah harus shock atau senang, tapi yang jelas little Cho sangat bahagia saat menemukan Sungmin sudah siap menerimanya, terlentang di bed lebar, dengan senyum sexynya.

“Happy birthday BabyKyu…”

END

.

.


prompt req dari: Tyarha Ciie’ D’Rezpector Pororo:…

Sungmin diam2 datang ke drama musical kyuhyun untuk memberi kejutan. Tapi disana tidak sengaja sungmin melihat Kyuhyun sedang. . .

berusaha melepaskan kostum yang ia pakai. Sungmin mendekat dengan perlahan, hampir tak bersuara. Ia menutup ruang ganti itu dengan sangat perlahan, berdo’a dalam hati agar kyuhyun tak menyadari keberadaannya. Sungmin tersenyum saat melihat Kyuhyun yang tak menyadari kehadirannya. Setelah memastikan pintu terkunci, Sungmin mengendap pelan menuju meja rias, dan meraih ikat kepala Kyuhyun. Ia mengambilnya dan dengan gerakan yang sangat cepat, Sungmin mengikatnya untuk menutupi kedua mata Kyuhyun.

“Hei ..! ” Kyuhyun berusaha untuk menangkap orang yang mengerjainya. Tapi Sungmin sangat pintar, ia bersembunyi dibelakang Kyuhyun dan terus memegang ikat kepala itu.

Tawa Sungmin hampir pecah saat mendengar Kyuhyun mengeluh, dan ia juga kasihan karena ia sadar ia sudah menarik ikat kepala itu terlalu keras.

“Yah! Cho Sungmin, jangan pikir aku tak tau itu kau ya! ”

Kyuhyun memutar tubuhnya dengan cepat, dengan sengaja membuat Sungmin kewalahan dan akhirnya melepaskan ikat kepala itu.

“Ah..Kyunie tidak asik. Kukira kau tak tahu itu aku. ”

“Salah sendiri, kau pakai parfum yang sama.” Kyuhyun tersenyum dan meraih dagu Sungmin. “Jangan seperti itu didepanku, aku bisa menyerangmu kapan saja.”

Bukannya berhenti memainnkan lidah dan bibirnya, Sungmin malah semakin menggodanya. Ia menjilat telinga Kyuhyun, “Aku sudah mengunci pintunya.”

“Dasar kelinci nakal.”

.

END

.

.

Gimana? Asyik kan main prompt by req. Nah, kalau ada yang mau ikutan main, cukup komen atau kirim PM ke akun FB aku . Kajja, kita ramein ultah Uri Appa…

LOVE YA!

 

HORMONES- The Confusing teens-Dopamine_KyuMin|YAoi

 HORMONES KYUMIN FF

Author : rainy hearT

Length : Series (?)

Rated :  T

Cast :

-Cho Kyuhyun & Lee Sungmin

– EunHae

-BaDeul

-HanChul x SiChul

-YeWook

-YunJae

-OnKey

-2Min

Pairing : || KYUMIN |

Desclaimer : Semua cast belongs to God and themselves. Dan seperti biasanya, jika saya bisa saya sudah meng-Klaim seorang Lee Sungmin menjadi milik saya.#Mimmpi….#

Genre : ||Drama || Romance|| Angst | Fluff

Warning : || BL/ YAOI || Gaje || typo’s || EYD tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia||

Sumarry : I just pick some scene’s from mini series from Thai, named Hormones. It’s just get inspired by the tittle, but actually the story inside was so different, not same as the series. If you like Thai series, better chek it out. The mini series was so damn fucking good. Trust me.

 

.

 

Another PRESENT From Me

.

~The Confusing Teens~

.

 

Just KYUMIN

 

Please be Patient With me. Don’t Like Don’t Read. No copas No bash.

 

.

 

HAPPY READING

.

.

 

Part 2 (Dopamine)

 

 

.

 

.

 

Hae’s home…

.

 

.

 

“Bagaimana Hyung, apa handycam-nya sudah siap?”

 

“Sebentar, Hae.”  Yesung mengangguk yakin saat ia sudah memastikan oom dan angle yang akan dia dapatkan. IA memilih duduk di lantai kamar Hae dan bersiap. “Oke. Siap!” Yesung mengacungkan jempolnya.

 

Donghae sudah bersiap dengan gitarnya. Hari ini ia ingin membuat sebuah demo yang akan dia unggah ke youtube, dan juga media social sekolah. Hae sudah sangat siap, dan kali ini ia akan menyanyikan lagu ciptaanya.

 

Hae hendak memerik gitarnya, tapi ia berhenti. Ia melirik pada Kyuhyun. “Hei, Kyu!!! Ayo bantu aku, aku butuh bantuanmu.  Seorang namja paling keren satu sekolah.”

 

Kyuhyun yang tengah sibuk dengan psp-nya mau tak mau meletakkan benda kesayangannya itu terlebih dahulu. Kyuhyun mendengar suara pintu terbuka, ia mengangguk hormat saat melihat Umma-nya Hae di ambang pintu.

 

“Hae!!!”

 

“Nde!!”

 

Hae’s Umma masuk ke kamar anak kesayangannya itu. “Aku akan masak bulgogi, kalian pasti akan menyukainya. Ayo, makan bersama.”

 

“Nde, ahjumma.” Yesung menjawab bersamaan dengan Kyuhyun. Mereka mengabaikan wajah kesal Hae. Setelah yakin jika umma-nya sudah meninggalkannya, Hae menatap kesal pada kedua sahabatnya.

 

“Ck… bukankah kalian masih ingat? Jika Umma meminta kalian makan malam disini, jangan mau.”

 

Kyuhyun menepuk bahu Hae. “Tidak apa-apa, aku sudah biasa mendengar suara cempreng Umma-mu.”

 

“YA! Tapi Umma-ku terlalu berisik. Dia bisa berbicara sepanjang waktu makan malam dan menceritakan semua kejelekanku.” Hae menatap Kyuhyun dan Yesung. “Begini saja, kalian bantu aku membuat demo malam ini, dan jangan makan malam dirumah. Aku akan mentraktir kalian Di Grill 5 Taco.”

 

“Deal!!!” Kyuhyun berseru senang. “Ayo, lakukan.”

 

Mereka memulai merekam demo yang akan diunggah ke youtube. “Tadinya aku hanya dapat 30 view dalam satu minggu. Sekarang pasti langsung ribuan. Hahhaa…!” Donghae tertawa polos.

.

 

.

.

.

 

“Dimana Kyuhyun dan Yesung?”

 

“Mereka sudah pulang, Umma.”

 

“Padahal umma sudah memasak sangat banyak, kenapa kau biarkan mereka pulang.” Hae’s Umma meletakkan piring berisi sayuran dan kemudian sibuk menuangkan sayur ke piring Hae. “Seharusnya mereka ikut kita makan.”

 

Donghae menggeser kursinya dan duduk dikursi. “Tidak apa-apa. Aku yang akan habiskan.” Hae tersenyum pada Ummanya. Yah… dia merasa bersalah. Terkadang ummanya memang sangat berisik. Hae melihat TV yang masih menyala dihadapannya. “Appa, besok belikan aku itu yah???”

 

Hae’s Appa melihat iklan yang masih di putar di TV itu. Iklan sebuak skuter yang memang baru di luncurkan beberapa hari kemarin. Ia tak bisa membiarkan Hae mengendarai motor itu. Hae anak yang cukup ceroboh. “Tidak bisa, itu bukan mainan anak ceroboh sepertimu.”

“Tapi appa….” Hae merengek. Ia menoleh pada Umma yang duduk disisinya. “Umma, belikan aku itu yah???”

 

“Mianhe, appamu bilang tidak. Jadi umma tidak bisa berbuat apapun.”

 

Hae cemberut. Ia memasang wajah memelasnya.

 

“Sudahlah, Hae. Umma sudah menyiapkan susumu. Sebelum naik, bawa keatas dan habiskan.”

 

Hae hanya mengangguk patuh. Sejujurnya ia kesal. Ia masih saja dipandang dan diperlakukan seperti anak kecil. Setelah menyelesaikan makan malamnya, ia naik keatas menuju kamarnya. Ia sudah tak sabar untuk melihat bagaimana reaksi viewer di video yang diunggahnya.

 

Hae mereload  halaman terakhir dari youtube. Dan, “Coooollll!!!” Hae berseru senang.

 

Dilayar tertera jelas. “1448.”

.

 

.

 

.

 

At School!!!

 

.

 

.

 

Esoknya Hae merasa seperti menjadi artis dadakan. Mungkin mengalahkan perasaan artis kilat lainnya yang terkenal hanya lewat youtube. Dia berjalan menuju  kelasnya dengan senyuman lebar diwajahnya.

 

Ia menemui Yesung dan Kyuhyun yang tengah menikmati waktu santai mereka di tepian lorong sekolah mereka.

 

“Hae-ah…. sepertinya kau senang sekali.”

 

“Nde, Kyu!!!! Kau tau viewernya pagi ini sudah 2500. Itu bagus sekali. Ah… biarkan aku merasakan menjadi seorang artis dulu.

 

“Kyuhyun Sunbae!!!”

Tiba-tiba datang segerombolan namja yang sudah pasti Kyuhyun tidak mengenalnya. Key, Jonghyun dan Jino. Sebenarnya Jonghyun malas mengikuti Key. Tapi Key memang sangat manja dan pemaksa. Dia tak segan-segan mengomeli  Jonghyun didepan orang banyak. Key menyeret Jino untuk mendekat kepada Kyuhyun.

 

“Kyuhyun Sunbae, aku sudah melihat video yang kau unggah. Lagunya bagus!!! Bisa berfoto bersama?”

 

“Tentu saja, cantik…” Kyuhyun tak lupa memberikan rayuan maut. Yesung hanya bisa menggeleng heran. Kyuhyun memang tak bisa diam jika melihat makhluk cantik. Key memberikan ponselnya pada Yesung. Tapi saat Yesung sudah bersiap mengambil foto, Key kembali berubah pikiran.

 

“Yesung sunbae ikut berfoto dengan kami.” Key menatap Donghae. Ia menarik ponselnya dari Yesung dan memberikannya pada Donghae. “Sunbae, tolong fotokan untuk kami. Eum 2 kali yah, takutnya nanti hasilnya kurang bagus.”

 

Sebenarnya Donghae sangat kesal. Ia memang tak bisa sepopuler Kyuhyun, tapi kenapa seperti ini. Mau tak mau, meski sangat kesal ia memotret mereka.

 

“Hae, sepertinya kau masih kalah populer dari Kyuhyun.”  Setelah segeromnolan namja itu pergi, Yesung tertawa pelan dan menepuk bahu Hae. Bermaksud untuk menenangkan namja itu, tadinya memang berniat seperti itu. Tapi akhirnya Hae semakin dongkol dan kesal.

 

“Kenapa seperti ini? Aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi artis terkenal.”

 

Kyuhyun dan Yesung hanya tertawa melihat komentar polos Hae. Anak itu memang benar-benar masih sangat polos.

 

“Annyeong…”

 

Hae terdiam seketika. Ia melihat salah satu sunbae mereka -mahasiswa- yang Hae kenal benar jika namja ini adalah salah satu personil dari Spaceband.

 

“Sunbae….”

 

“Aku melihat video di youtube. Bukankah kau yang memainkan gitar?”

 

Hae mengangguk semangat.

 

“Aku akan mengadakan audisi akhir pekan ini. Aku tunggu di ruang musik sekolah sabtu sore.”

 

“Ya, pasti. Aku pasti akan datang.”

 

Setelah sunbae itu pergi, Hae berjingkrak senang. Ia bahkan tak malu saat dengan seenaknya mencium pipi Kyuhyun dan Yesung. “Cool!!!”

 

.

 

.

 

.

 

Prok..! Prookkkk!

 

“Ah.. Eunhyuk-ah!” Hae berlari kencang menuju Enhyuk yang menyambutnya dengan tepuk tangan meriah dari dalam kelas.

 

“Aku dengar kau diterima di band itu, chukkae!”

 

Hae memeluk Eunhyuk. “Nde. Ah… kami akan mengadakan pertunjukkan untuk menutup acara sekolah. Aku ingin kau merekamku nanti dan pastikan kau ada di barisan pertama.”

 

“Nde…”

 

.

 

.

 

.

 

Sekolah sangat meriah. Terlebih, nanti akan ada pentas seni yang dibuka oleh band sekolah mereka. Hae sangat gugup, ini pertama kalinya dia tampil didepan banyak orang. Hae melihat penonton yang sudah mulai berkumpul di depan panggung. Ia tersenyum melihat semua siswa sepertinya benar-benar tertarik untuk melihat penampilan Spaceband.

 

“YA! Hae-ah, ayo ambil posisi.”

 

Hae mengangguk. Ia kemudian naik ke panggung dan mengambil gitarnya. Bersiap untuk mengiringi vokalis band mereka. Kali ini mereka akan memainkan lagu wajib Spaceband. Lagu yang sedikit bergenre rock meski dengan lirik yang sedikit melow.

 

Seperti janjinya, Eunhyuk berada di barisan depan. Dia sudah bersiap dengan kamera ponselnya. Awalnya Enhyuk takut, saat iamelihat keraguan di raut wajah Hae. Tapi entah mengapa, lama-kelamaan ia malah menjadi khawatir. Hae sepertinya terlalu menikmati atau malah over dalam memainkan gitarnya.

 

“Lihatlah, bukankah dia gitaris baru?”

 

“Nde, tapi kenapa main gitarnya seperti itu?”

 

“Ih… aneh sekali. Bagaimana bisa dia mengiringi Subin eonni?”

 

“Ia, permainan gitarnya juga jelek sekali.”

 

Eunhyuk sudah memaksakan diri untuk menulikan telinganya dan tak mempedulikan ocehan para yeoja yang berdiri disekitarnya. Mereka mengomentari permainan gitar Hae. Eunhyuk memfokuskan dirinya untuk melihat penampilan Hae, tapi lama kelamaandia juga merasakan jika apa yang dikatakan para yeoja berisik itu memang ada benarnya. Eunhyuk mulai ragu. Ia menurunkan ponselnya.

 

Ia melihat penampilan Hae yang malah semakin lama semakin berlebihan. Ia merasa kesal sendiri dan kecewa, seharusnya Hae tak perlu bermain seperti itu.

 

Setelah penampilan Spaceband selesai, Hae langsung turun dari panggung. Ia heran kenapa di detik-detik akhir Enhyuk malah pergi dan tidak menonton penampilannya lagi. Ia mencari Eunhyuk  ke seluruh ruangan dan lorong sekolah. Tapi semuanya sepi.

 

Akhirnya Hae memilih untuk kembali ke ruang kelasnya. Ia menemukan ponselnya sudah berada di meja. “Ah.. pasti dari Hyukkie.” Hae memutar videonya dengan semangat. Ia sudah tak sabar melihat seperti apa penampilannya tadi.

 

Awalnya Hae memang merasa senang, ia terlihat seperti pemain gitar profesional tapi saat Hae mulai mendengar suara berbisik-bisik, ia mulai merasa terganggu. Hae mengeraskan volume rekaman video itu. Meski suara musik lebih keras tapi Hae bisa mendengar suara dari beberapa yeoja yang mengomentari penampilannya.

 

Hae menghentikan video itu. Ia tertegun. ‘Apa ini alasan Hyukkie?’

 

.

 

.

 

.

 

“Hae, Umma akan mengajakmu untuk makan di restoran Jepang. Kita akan merayakan penampilan pertamamu dengan bandmu itu. Bagaimana?”

 

Umma Hae yang tengah menyetir itu mengerutkan keningnya. Tak biasanya Hae hanya diam dan tak menyahut. Apalagi, Hae paling suka masakan Jepang. “Hae, kau baik-baik saja kan sayang.”

 

Hae tetap saja diam. Hae’s Umma kemudian memasuki lahan parkir luas yang tepat berada di depan sebuah restoran Jepang yang mewah. “Ayo, kita masuk dan makan dulu. Setelah itu baru kita pulang, umma sudah menyiapkan kejutan untukmu.”

Tapi bukannya turun dan menuju ke restoran, Hae malah berlari jauh dan mengabaikan teriakan Ummanya. Hae merasa kesal, pada dirinya sendiri dan juga ia merasa bersalah… pada dirinya sendiri. Mengapa ia bertingkah konyol dan memalukan seperti itu?

 

Hae berlari dari restoran jepang yang jaraknya memang cukup dekat dari rumahnya. Dengan tergesa, ia membuka gembok rumahnya dan masuk melalui pintu yang ada di samping rumah.Tapi Hae tertegun saat melihat motor yang terparkir di samping rumah.

 

“Mianheyo, Umma…”

 

Hae menangis pelan. Ia telah meninggalkan ummanya. Seharusnya, ia tak bersikap seperti itu. Hae mengusap air matanya, ia tersenyum saat melihat tulisan di kartu yang tergantung di spion sepeda motor itu.

 

“Hae-ah…화이팅!!!”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Heechul tengah menikmati waktu sorenya di sebuah toko buku. Ia akan membeli beberapa buku bacaan yang mungkin bisa menemaninya saat ia merasa kesepian di rumah. Nunna-nya tak selalu ada waktu untuknya.

 

Ia melihat ponselnya. “Ah… Dia sudah menungguku.” Heechul segera membayar dikasir dan kemudian keluar dari toko buku itu.

 

“Annyeong…”

 

Heechul tersenyum saat melihat seorang namja yang menyapanya. Bukan dari sekolah yang sama dengannya, tap namja itu cukup menarik baginya. “Nde, annyeong.”

 

“Bisa berbagi contact mu denganku? Kuharap kita bisa berteman.”

 

.

 

Pluk!

 

.

 

Sebuah tepukan kecil melayang dengan mudahnya mengenai kepala namja itu. Heechul hanya bisa diam. Ia tahu, dalam hal ini ia tak akan bisa berbuat  apapun. “Yah, anak kecil. Jangan sekali-kali mengganggu dia lagi. Dia ini milikku.”

 

Namja itu hanya bisa merengut kesal. Dan tak lama setelah Heechul berlalu darinya, di belakangnya tiba-tiba ada sekelompok namja yang kemudian ikut memukulinya. “Kau harusnya berkaca. Ah… dan harus kau ingat, kau bukan apa-apa. Hanya namja lemah yang tak pantas bersaing dengan Han hyung.”

 

Heechul masih sempat menoleh kebelakang hanya untuk memastikan keadaan namja itu. “Hannie, seharusnya kau tak perlu sekejam itu padanya. Dia hanya ingin berteman denganku.”

 

“Chullie, jangan mengelak. Aku tahu bagaimana sikapmu. Jangan buat aku kehilangan kesabaran denganmu.”

 

Heechul hanya bisa diam pada akhirnya. Ia tahu, Hangeng memang sangat dan terlalu mencintainya. Bukan ia tak mencintai Hangeng, hanya saja namja itu selalu memberikan cinta yang berlebih untuknya dan terkadang ia malah merasa bosan.

 

“Ah… dan kenapa Siwon harus menjadi anak buahmu. Dia sungguh kasihan, harus membelamu.”

 

“Hei… dia itu adik kesayanganku. Sudahlah, berhenti mengasihani orang lain.” Hangeng meremas nakal bokong Heechul. “Aku akan mengajakmu ke rumahku. Kita bisa menghabiskan akhir pekan bersama.”

.

 

.

 

.

 

.

 

Sungmin memasuki kelasnya dengan wajah cerah. Mereka semua baru saja kembali ke kelas masing-masing setelah sebelumnya berkumpul di gedung olahraga untuk mengetahui siapa yang akan mewakili upacara penghormatan kepada para guru yang sudah biasa mereka lakukan di awal tahun pelajaran.

 

Sungmin senang-senang saja saat mendengar jika Kyuhyun juga ikut mewakili mereka. Sebenarnya ia berharap wakil yang lainnya dari kelas yang lain dan bukan dari kelasnya, terlebih itu adalah Kyuhyun. Tapi Sungmin harus bersikap sportif.

 

Sungmin berdiri di depan para siswa yang lainnya. Hari ini mereka dibebaskan dari semua pelajaran sekolah untuk mempersiapkan upacara penghormatan itu.

 

“Apa kau yakin dengan apa yang kau tuliskan? Apa tak ingin berubah dari tahun kemarin?” Kyuhyun bersuara mengomentari tulisan di papan tulis yang baru saja di tuliskan Sungmin.

 

“Kita perlu sesuatu yang teratur dan juga rapi. Aku tidak mau kau membawa tingkahmu yang urakan itu kedalam sekolah kami.”

 

“Tapi, Sungminnie…” Kyuhyun memanggil Sungmin dengan suara lembutnya. Sungmin sempat merasa malu pada awalnya. Namun ia langsung menghentikan acara ber-blush-ing ria dan kembali menormalkan raut wajahnya. Sungmin mulai merasa ada yang salah dengan dirinya.

 

Sementara, Kyuhyun yang sadar dengan kelakuannya hanya tersenyum nakal. “Apakah tidak sebaiknya kita menambahkan kesan lucu agar para siswa juga tak takut lagi dengan Seonsaengnim. Kau tahu, seperti Kang In seonsaengnim, dia menakutkan. Yah… aku hanya berfikir mungkin kita bisa menambah sesuatu yang lucu. Agar tak kaku seperti biasanya, Ming.”

 

Sungmin hanya menggeleng. Ia harus berusaha sabar menghadapi Kyuhyun. meski Kyuhyun sudah berani-beraninya memanggilnya dengan berbagai macam panggilan yang sama sekali tak sopan. “Kalau begitu baiklah. Aku pikir ada baiknya juga. Nah, yang setuju dengan ideku untuk melakukan upacara formal seperti biasanya harap berkumpul di sebelah kiri dan yang setuju dengan ide Kyuhyun harap berkumpul disebelah kanan.”

 

Kyuhyun masih sempat mencuri padang pada Sungmin, meski sepertinya Sungmin terlalu acuh dan tak memperhatikannya. Meski Kyuhyun sudah berusaha untuk menyangkal, tapi tingkah Kyuhyun benar-benar memperlihatkan betapa ia sangat mengagumi Sungmin.

 

.

 

.

 

.

 

Heechul keluar dari sekolah dengan lemas. Hari ini Hangeng tak akan sempat menciumnya. menjadi seorang mahasiswa memang melelahkan dan membuatnya tak bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Heechul.

 

Heechul melihat Siwon yang tengah berdiri di halte bus, ia mnghampirinya. “Hei!”

 

“Oh… Heechul Hyung.”

 

“Kenapa sendirian?”

 

“Hari ini aku harus pulang kerumah dulu, baru main ke tempat Hangeng Hyung.”

 

Heechul mengangguk. “Eum.. apakah kau benar-benar melakukannya atas dasar teman?”

 

“Maksudmu?”

 

Heechul menatap melas pada Siwon. “Kau tahu, Hannie hanya memanfaatkan kalian. Aku tak suka dia melakukan hal seperti itu.”

 

Siwon hanya menggeleng. “Tidak apa-apa.”

 

“Hey!!!”

Siwon menoleh ke sumber suara. Ia melihat namja yang kemarin menggida Heechul mendatanginya dengan beberapa teman genknya. Siwon mungkin jago bela diri, tapi jika teman genk-nya sebanya itu…

 

“Ayo! Pukul dia!”

 

Heechul hanya bisa berteriak dan sedikit-sedikit menangkis pukulan pada tubuh Siwon. “YA! Jangan ganggu kami, pergilah! Tolong!”

 

Setelah ada seorang polisi patroli terlihat berlari menuju ke tempat mereka, gerombolan anak-anak itu lalu pergi meninggalkan Heechul dan Siwon. “Mianhe, Siwon-ah…”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Malamnya, di tempat Hangeng mereka semua berkumpul. Termasuk Siwon dan Heechul.

 

“Aku akan menghabisi mereka.” Hangeng geram hingga meremas kaleng beer yang ia pegang. Ia menepuk pelan bahu Siwon. “Kau sekarang, tak boleh kemana-mana sendiri. Sebaiknya kalian selalu ikut bersamanya.”

 

“Nde, Hyung.” Bebearap anak yang lain menyahut patuh pada pemimpin mereka.

 

“Kau tidak apa-apa, baby…”

 

“Ahni, hanya takut saja. Mereka sempat menggangguku, harusnya kau memukuli mereka.”

 

Hangeng mencium bibir pouty Heechul. “Tenang saja, aku akan bereskan anak kecil itu.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

“Morning!!!”

 

“Yeay! Kembali lagi bertemu dengan Sandeulie yang paling cute dan juga nae baby Baro!”

 

“Nde. Hari ini kami akan menayangkan acara yang paling ditunggu setiap minggunya. Yeah, apalagi kalau bukan We Are Sources.”

 

“Dan kali ini kami akan menayangkan reka ulang dari gosip terhangat dan terpanas minggu ini. Jangan lupa, beri tanggapan kalian di fanpage Badeul News.”

 

Itu hanya sedikit kata pembukaan sebelum rekaman reka ulang dimulai. Sungmin melihat itu. Ia tahu benar rekaman itu adalah kejadian beberapa hari yang lalu yang ia yakin tak ada satu orangpun yang tahu kejadian itu selain dia dan Key.

 

Tapi saksi dalam video reka ulang itu bukan Key. Lalu siapa yang membocorkan hal itu keseluruh sekolah. Sangat memalukan memang. Gay disekolah memang sudah biasa dan tak dipermasalahkan. Tapi bukan berarti mereka bisa bermesraan dengan bebas di lingkungan sekolah.

 

Sungmin sedikit geram melihat rekaman itu. “Chulie… waeyo?” Sungmin menghela nafasnya.

 

“Waeyo, Ming?”

 

“Ah… Kyu…” Sungmin menyembunyikan ponselnya. “Ahni, bukan apa-apa. Kenapa kau belum pulang? Bukankah ini sudah jam pulang.”

 

“Aku menunggumu.”

 

“Ah… klasik sekali.” Sungmin melihat ponselnya. Ia mendapat pesan dari Ummanya. “Kalau begitu, pulanglah sekarang karena aku juga akan pulang sekarang.”

 

Sungmin meninggalkan Kyuhyun didalam kelas. Yesung datang dari luar kelas dan menghampiri Kyuhyun. “Kukira kau sudah di kelas Hae? Ternyata kau mengganggu Sungmin lagi.”

 

“Aku tidak mengganggunya, hanya ingin berkenalan dengannya.”

 

“Kyu, Sungmin itu tidak seperti yang lain.”

 

“Tapi dia tidak galak padaku. Dia pasti akan menyukaiku, buktinya dia masih baik padaku meski aku sudah sering mengganggunya.”

 

“Terserah kau saja.”

 

“Yesung-ah, apa kau tahu apa hubungan Heechul dan Sungmin.”

 

“Aku tak yakin, tapi dulu saat mereka berteman baik. Aku tak tahu, apa yang membuat Sungmin dan Heechul jadi seperti sekarang.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

 

TBC

 

 

.

 

Aku tahu ini ngebosenin, dan juga ga cuman fokus Kyumin. Kan udah jelas castnya, and bagi yang belum nonton dramanya, aku saranin nonton deh. Dan aku juga secara garis besar ngikut alur di dramanya, jadi yah… begini deh.

 

Gomawo!!!

 

All About Me | KyuMin | Yaoi (trilogi) | B |

.

rainy hearT

.

~Proudly present~

 

.

 

.

 

ALL ABOUT ME

 

Side story dari

 

All About U

.

 

.

 

.

 

Cast :  – Cho Kyuhyun

–          Lee Sungmin

–          -Choi Minho (Shinee)

–          Others Super Junior members

Pairing: KyuMin

Genre : Drama, romance, angst, etc

Length : ?

Rated : T

Disclaimer : KyuMin saling memiliki, Kyu Milik Sungmin, dan Sungmin milik Kyu _bersama dengan saya_  >^<

Warning : YAOI / BL, GaJe, Typo(s), etc

.

.

.

Don’t Like Don’t Read

No Copas No Bash No Flame

.

.

.

Cho Kyuhyun POV

 

.

 

.

 

Dimulai dari saat anak itu datang. Mata besarnya sangat hangat, dan tampan. Dia benar-benar seperti tiruan dari pengusaha muda Choi yang meninggal karena kecelakaan pesawat tahun lalu.

 

Aku bukan anak kecil lagi, jadi jangan mengira aku tak tahu apapun. Aku tahu, appa menyukai bekas istri tuan Choi itu. Siapa yang tak akan jatuh cinta pada yeoja cantik yang malang?

 

Menjadi hyung dari seorang Choi Minho pun, bukan hal yang aku sesali. Dia anak yang baik dan hangat, bahkan sesekali aku merasa jika dia benar-benar adikku. Selalu menempel dan manja padaku. Meski tak jarang  juga aku mengacuhkannya, tapi dia selalu bersinar. Tersenyum padaku.

 

Bukan aku tak menyukainya, hanya saja dia seperti kedua sisi tangan bagiku.

 

Aku adalah bagian putih yang selalu terlindung dari cahaya luar, dan dia adalah bagian hitam yang selalu saja menjadi tameng. Dia anak yang mandiri, dan appa menyukainya.

 

Aku namja yang bebas, yang melakukan apapun sesuai dengan keinginanku. Aku tak suka terikat.

 

Aku membiarkan Minho, lebih menguasai appaku. Aku juga tak menyesal karena aku tak dekat dengan Umma baruku. Aku tahu, Heechul… dia Umma yang baik. Hanya saja, aku lebih senang menjadi seorang yang bebas dan memulai semuanya sesuai dengan apa yang aku inginkan.

 

Aku tak menginginkan secuil pun kekayaan appaku membantuku. Aku bisa mandiri dan menikmati hidupku. Sebagai pemusik jalanan, menyanyi di cafe atau bahkan pelayan di toko. Aku belajar semuanya dari nol. Merasakan sulitnya mencari uang di kota yang padat ini.

 

Dan saat inilah pertama kali aku melihatnya, dan kurasa ini mungkin alasan terbaik yang aku miliki karena aku masih setia naik kereta meski harus berjalan atau bahkan berlari untuk melalui setiap hari dan pekerjaanku.

 

Aku melihat namja manis yang tengah duduk di kursi yang sedikit jauh dari platform kereta yang sedang kutunggu, dia mengganggu penglihatanku. Dia terlihat mengantuk. Aku tak yakin jika dia seorang namja sebelum aku melihatnya lebih teliti selama beberapa menit.

 

Musim dingin memang selalu membuat semua orang terlihat semakin manis, dengan penutup telinga dan juga topi kupluk lucu dengan telinga koala berwarna pink. Kulitnya cantik.

 

Tapi, seorang namja kurus yang terlalu enerjik itu mengganggu kesenanganku. Dengan seenaknya dia membangunkan namja manis yang sedari tadi menarikku untuk terus menerus menatapnya.

 

Ah…. keretaku sudah datang.

 

“Kajja, Sungmin hyung. Kereta kita sudah datang. Eum, kuharap hari pertama kita akan menyenangkan. Kudengar, pemilik cafe dimana kita bekerja itu adalah putra keluarga Cho.”

 

“Benarkah?”

 

Bagaimana aku tak mendengar mereka? Mereka bergosip tepat dibelakangku. Dan aku sangat senang karena kereta penuh sesak. Aku bisa merasakan punggungnya tepat berada di belakangku.

 

Dia wangi dan…. hangat.

 

“Nde, Hyung. Tapi, dia putra dari pengusaha Choi. Namanya Choi Minho, dia teman Yesung hyung. Dan, dari yang kudengar dia sangat tampan. Mungkin saja dia akan menyukaimu  nanti. Huwaaa!!! Aku tak sabar untuk mengenalkanmu pada…”

 

.

 

Bughh!!

.

 

“Awwhhh!!!”

 

Sungguh aku tak sengaja. Aku hanya tak menyukai apa yang mereka bicarakan, aku hanya__

 

“Mianhe.” Sial! Kenapa suaraku bisa sedingin ini? Aku tak bisa mengatur ekspresi wajahku sendiri.

Ingin sekali aku keluar dari kereta ini dan bersembunyi dimanapun tempat yang tak terlihat manusia. Aku tak sengaja memukulnya.

 

“Yah!!! Bisa tidak kau meletakkan kotak bodoh itu. Kau tahu, kereta ini sesak dan kau berhasil memukul kepala Hyungku dengan kotak biola bodohmu. Itu keras tahu!!!”

 

“Wookie-ah, sudahlah.”

 

Aku hanya diam.

 

Akhirnya aku memutar posisi berdiriku hingga aku bertemu dengan kedua matanya. Entahlah, mungkin tanpa sadar aku tersenyum. Meski sahabatnya itu terus mengoceh memarahiku, tapi aku tak mendengarkan apapun.

 

“Sungmin Hyung!!! Kajja!!”

 

Rasanya sangat berat saat dia harus segera keluar dari keretaku. Entahlah, aku tak tahu dan tak sadar. Aku mengikutinya.

 

“Cho Kyuhyun.”

 

“Nde…”

 

Dia menatapku. Aku tahu aku lebih tinggi darinya dan itu malah membuatnya terlihat semakin manis saat ia mencoba melihat kearahku.

 

“Namaku Cho Kyuhyun.”

 

Dia tersenyum.

 

“Kajja Hyung, kau mengganggu antrian.”

 

“Ak-aku Sungmin. Lee Sungmin.”

 

Aku melihat punggungnya. Semakin menjauh.

 

Aku tak tahu kenapa aku berdiri didepan gate seperti ini. Haruskah aku mengejarnya?

 

.

 

.

 

.

 

Dan aku baru sadar, jika aku mengikuti mereka. Terdampar didepan cafe yang aku tahu benar, ini memang milik Minho. Appa pernah mengajakku kesini saat dia membangunnya. Sejujurnya aku merasa menyesal, dan juga sedikit canggung.

 

Harusnya aku berada di gedung pertunjukkan seperti biasanya. Dan dengan bodohnya aku malah berdiri didepan cafe ini. Aku tak yakin jika aku ingin masuk kesana. Seharusnya aku berada di gedung pertunjukkan, dan bukan disini. Tapi, ugh… Minho. Kenapa dia harus menemukanku?

 

“Hyung, aku senang kau datang.”

 

“Nde.”

 

Aku tak bisa seperti Minho yang selalu tersenyum. Rasanya kaku sekali.

 

“Kukira kau akan melihat anak-anak itu malam ini, bukankah ini pertunjukkan pertama mereka?”

 

“Aku tahu.”

 

Meski sedikit gelap, tapi aku bisa melihat perubahan wajah Minho. Aku tahu aku bersalah sekarang. Dia sudah berusaha menjadi orang baik dan selalu mendekatiku. Entahlah, sangat sulit untuk merubah wajahku agar tersenyum.

 

“Hyung, aku harap kau bisa disini. Kau tahu, yeah… bermain biola untukku. Aku sangat mengagumimu.”

 

Minho menunjukkan senyumannya lagi. Dia benar-benar anak yang baik. “Hyung, kau tahu bukan__ aku sangat menyayangimu.”

 

Hening.

 

Aku tahu, aku juga sangat menyayanginya. Menjadi anak tunggal bukanlah hal yang mudah. Terlebih saat kau menyadari jika alasan kau tak memiliki Umma adalah salahmu sendiri. Umma meninggal saat melahirkan aku.

 

Umma memaksakan kehamilannya dan lebih memilihku dari pada dirinya sendiri.

 

Dan aku sungguh tak bisa memberikan ekspresi apapun.

 

Aku melihat wajah Minho, dia sedikit seperti… terluka.

 

Huh… aku benci perasaan seperti ini. Sangat bersalah.

 

“Kajja…”

 

Entah sadar atau tidak, aku meraih tangannya dan menyeretnya masuk. Aku tak tahu apa yang aku lakukan. Hanya saja, aku ingin menurutinya. Aku ingin membahagiakannya.

 

“Gomawo, Hyungie…!”

Ugh… aku benci saat dia memelukku seperti ini.

 

Membuatku jadi ingin menangis.

 

‘Mianhe, Minho-yah… ‘

 

.

 

.

 

.

 

.

 

“Selamat datang!!!”

 

Aku mendengar suara itu, teriakan cempreng dan ah… benar. Namja menyebalkan yang suka marah-marah. Dia benar-benar bekerja ditempat Minho.

 

Tapi, ada suara yang menggangguku. Suara lembut dan petikan gitar yang sangat hangat. Sangat pas dan romantis.

 

Aku terus menatapnya, menunggu mata kami bertemu. Cukup lama, sampai dia hampir menyelesaikan lagunya. Dia menatapku. Meski dia terus bernyanyi, tapi aku tahu wajahnya tersenyum.

 

“Kau memang hyung yang terbaik untukku. Kita bahkan memiliki ikatan, ya ‘kan Hyung?”

 

Aku menoleh pada Minho yang entah sejak kapan berdiri disisiku.

 

“Aku menyukainya, bahkan sejak pertama aku melihatnya. Mungkin hanya tinggal pendekatan sedikit dan aku akan menyatakan perasaanku padanya.”

 

.

 

.

 

.

 

Aku tak tahu harus bersikap seperti apa. Atau mungkin aku sudah terlalu terbiasa bersikap dingin dan acuh, jadi semuanya terasa mudah. Aku tak mau dia selalu mengatakan dia menyukaiku, yang mungkin kenyataannya dia hanya menyukai permainan musikku.

 

Aku juga terkadang membenci saat ia memuji kopi buatanku yang memang sengaja aku buatkan untuknya. Mungkin saja, dia hanya merasa tak enak padaku saat tahu aku dan Minho bersaudara.

 

Dan aku menyayangi Minho. Dia salah satu bagian terbaik dari hidupku. Jika dia tak ada, aku mungkin tak akan sebebas ini menjalani hidupku. Aku menyesal, saat usia mudanya dia harus sudah mengurus perusahaan appa dan dengan senang hati menggantikan aku. Melupakan impiannya sendiri untuk bisa membawa Korea menjadi juara dunia.

 

Aku tertawa pedih dalam hatiku.

 

Aku tak bisa menggenggamnya meski dia sudah berada di tanganku.

 

“Terima kasih Kyu, kau pasti menyanyikan lagu itu untukku. Iya ‘kan?”

 

“Huh…. tidak penting.”

 

“Yah!! Setidaknya kau memang tersenyum padaku. Ayo, mengakulah kalau kau menyukaiku.”

 

Aku mengacuhkannya, padakal dia tepat berada disisiku dan terus menggangguku.

 

“Kyu, bukankah kau  tahu perasaanku? Ayolah, mungkin kau hanya malu. Eh, atau karena aku bukan orang kaya jadi kau tak mau…”

 

“Bukan karena uang, Sungmin. Aku tak pernah mempermasalahkan itu.”

 

“Eh, jadi benar kau juga menyukaiku. Ah… akhirnya.” Dia tersenyum seperti orang bodoh. Aku tak tahu, harus memukulnya atau menciumnya.

 

“Terserah kau saja.”

 

“Kalau begitu, aku milikmu dan kau milikku. Iya ‘kan? Begitu bukan maksudmu? Ah… senangnya.”

 

Aku hanya bisa menghela nafasku. Untung saja hari ini Minho tak sedang main ke cafe. Aku menghentikan langkahku dan memegang kedua sisi bahunya. Menatap ke kedua matanya.

 

Tuhan,

 

Neomu yeppeo…

 

“Sungmin…”

 

“Nde.”

 

“Aku tid_”

 

“Sungmin hyung!!!!”

.
Sial!

.

 

Setan kecil itu datang lagi dan langsung menyeret Sungmin. Namja itu, seharusnya ikut terbang ditelan salju kemarin malam. Menyebalkan sekali.

 

.

 

.

 

.

 

Entah mengapa, dia terus melakukannya. Ada atau tidak ada Minho. Aku tak enak.

 

Aku bisa melihat perasaan Minho, aku tahu dia sakit hati. Dasar bodoh!

 

Aku mendekati Sungmin, ini sudah cukup dan dia tak akan melakukan ini lagi. Padaku ataupun Minho. Mungkin ini saatnya, aku harus berhenti memberikan harapan padanya.

 

“Berikan padaku.”

 

“Tapi___”

 

“Kau tak punya hak untuk merekamnya. Jangan membuatku marah.”

 

Aku mengambil kamera miliknya dan mengeluarkan memori didalamnya. Mengambil memori itu dan memberikan kembali kamera ke pemiliknya.

 

Aku menutup mataku, aku tak melihatnya. Aku tak ingin melihat kesedihan Sungmin. Ini sudah cukup. “Berhenti menguntitku dan merekap pertinjukanku. Kau tak berhak melakukannya, Lee Sungmin-ssi!”

 

Aku bisa melihat wajah terkejut Minho, tapi aku ingin menjadi buta. Aku tak ingin melihatnya menangis. Aku tahu dia menangis, dan aku tahu mulai saat ini aku hanya akan menjadi kesedihan untuknya dan Minho adalah kebahagiaannya.

 

.

 

.

 

.

 

Apa yang terjadi sama sekali tak sama dengan apa yang kuharapkan.

 

Aku tak  bisa menjauhkannya dariku, dan aku tak ingin menjauh. Aku juga tak ingin dia pergi dan memperhatikan Minho. Aku tahu, ini adalah hal bodoh seperti memperebutkan seboah kotak kosong tanpa isi apapun itu.

 

Kami semua, sama-sama sakit.

 

Dan aku tak ingin terlihat terluka. Hanya diam dan mengacuhkannya. Tapi, sama sekali aku tak berharap dia menjauh dan bahkan bersama dengan Minho. Aku tak ingin mengalah pada Minho, aku hanya tak ingin seperti ini.

 

Lelah….

 

.

 

.

 

.

 

“Sungmin hyung…”

 

Aku sungguh tak ingin tahu, apa yang akan ia katakan. Aku sudah cukup menutup diri dan kurasa aku sudah lelah. Aku akan menyerah, aku harus memaksakannya. Tapi saat aku melihat Minho, dengan senyuman bodohnya dan tangannya tengah menarik Sungmin dalam pelukannya__

 

Aku membenci keduanya, aku membenci Sungmin. Aku membenci diriku sendiri, kenapa seperti ini?

 

.

 

.

 

Dan saat aku tahu jika mereka tak bersama, entahlah aku tak tahu harus bersikap apa. Mungkin aku orang yang jahat karena aku tersenyum saat menepuk bahu Minho dan menenangkannya. Dia tak pernah sesedih ini saat dia tak diterima. Aku tahu, Sungmin akan terus melihatku. Itu sudah dituliskan dalam takdir, dan meski aku tak tahu entah sampai kapan aku akan siap, tapi satu saat nanti aku akan menciumnya dan memintanya menjadi milikku.

 

.

 

.

 

Aku melihatnya di kejauhan.

 

Dia keluar dari tempat Minho, mencoba melarikan diri. Aku benar-benar benci saat makhluk kecil kurus itu terus saja mendikte apa yang harus dilakukan Sungmin. Dia pula yang membujuk Sungmin untuk pergi dan akhirnya aku harus bersusah payah melamar kerja sebagai pelayan di cake shop yang sama sekali tak ada dalam daftar pekerjaanku.

 

Meski aku senang, karena Lee Ahjumma sangat ramah dan baik padaku. Bahkan membiarkan aku tinggal dirumahnya , karena memang jarak cake shop ini dari apartemenku cukup jauh.

 

Aku melihat Sungmin dari kejauhan.

 

Aku senang bisa melihatnya tersenyum lagi.

 

“Kyu…”

“Ah…”Aku melamun. “Mianhe, aku…”

 

“Sudahlah.”

 

Lee Ahjumma tersenyum. “Mungkin kita bisa minta bantuan Sungmin untuk hari ini. Sesekali kau harus mengajaknya bicara. Tak baik menyimpan perasaan terlalu lama.”

 

“Aku tidak menyukainya.”

 

“Eum, benarkah?”

 

Ahjumma itu terkadang bersikap genit. Bahkan dia mengedipkan matanya padaku. Benar-benar konyol.

 

Aku kembali melihat keluar. Mungkin hari ini.

 

Tidak, harus hari ini.

 

“Kyu, aku sudah menyuruhnya kesini. Kurasa kalian bisa memiliki waktu sebentar. Sebaiknya kau berusaha mengajaknya bicara.”

 

“Ahjumma,kau terlalu berlebihan.”

 

“Aku tahu, dan apa kau lupa aku juga pernah muda.”

 

Lagi-lagi dia mengedipkan matanya padaku. Aku melihat Sungmin berjalan ke arahku. Dia terlihat cantik dengan bungan yang memenuhi kedua tangannya.

 

Satu hari nanti, kau akan datang padaku dengan pakaian putih dan juga bunga mawar yang cantik. Dan aku, akan mengulurkan tanganku dan menyambutmu.

 

 

.

 

.

END

.

.

Aku tahu, bahasaku aneh…

Ga tahu kenapa, mungkin gegara kebanyakan belajar. Ah… buat yang nunggu NSFC, mianhe masih buntu nih….

Love you…

Chu ❤