Train Station
Author:rainy_hearT
.
.
Main cast: Jeon Wonwoo , Kim Mingyu, Hong Jisoo, Yoon Jeonghan, Lee Jihoon, and any other yang nyusul ntar belakangan
Pairing : Meanie, JiWon, JiHan,
Rate : T to M
Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…
Sankyu buat yang udah sempetin waktunya nge-review, ng-elike, nge-vote, and coment di ffn and wattpad. Kalian reader tercintah…
.
Hampir aja kalupaan. Story ini emang hanya berdurasi waktu berapa jam aja. Kira- kira dari jm 8 malam sampai jam 7 pagi keesokan harinya.
Part 3: you are precious
.
.
Start!
.
.
Motel
.
.
.
“Kau bisa mandi terlebih dahulu. Aku akan kembali ke meja resepsionis. Mungkin ada yang membawa charger untuk kau pinjam.”
“Ok. ” Wonwoo mengangguk. Ia melihat Mingyu berlalu pergi dari kamar motel, yang untuk satu malam ini menjadi tempat tidur mereka. Daripada harus ke rumah Mingyu yang pastinya akan membuat rasa lelah berlipat – lipat.
Wonwoo melihat ke sekeliling kamar. Hanya satu king size bed, karena hanya itu yang tersisa. Lagipula masih untung ada kamar kosong dimusim festival sakura. Wonwoo lagi – lagi hanya menghela nafasnya. Sangat sial karena semua pakaiannya tertinggal di hotel tempatnya menginap kemarin, dan bahkan ia tak bisa kembali kesana.
“Ya sudah… ”
Pada akhirnya Wonwoo meraih bathrobe yang disediakan. Memang ada 2, tapi apakah ia akan tidur memakai itu? Mingyu adalah orang asing. “Ah… Sudahlah. ” Akhirnya Wonwoo menyerah pada keadaan. Mau dipaksakan bagaimana jika sudah seperti ini.
.
.
Mingyu masuk kembali ke kamar motel. Membawa 2 cup coklat panas dan juga charger. Ia meraih ponsel Wonwoo yang terjatuh di lantai. Jika dipikir- pikir, Wonwoo benar – benar ceroboh. Entah apa yang terjadi dalam hidup namja itu sebelum bertemu Mingyu.
Dompet raib di bar, tiket tak bisa dipakai, ditambah ia tak punya siapa – siapa di Changeon. Kekasih yang tak berguna, dan ia masih saja mengharapkan namja itu. Jisoo…
Mingyu menggeleng tak percaya, sungguh ia tak habis pikir.
Setelah memastikan ponsel sedang mengisi daya, Mingyu berjalan ke tepian ruangan. Motel itu cukup Bagus meski hanya 2 lantai tapi terasa menyenangkan karena kau bisa mencium wangi khas bunga sakura yang puluhan kelopaknya akan terjatuh kedalam kamarmu.
Mingyu tahu hal itu, karena ia membuka jendelanya. Wangi sakura dan kelopaknya langsung masuk kedalam ruangan. Angin bertiup kencang saat ia membukanya. Suasana luar motel sungguh sepi.
“Yah… Apa kau tak kedinginan? ” Mingyu tersenyum dalam diamnya. Ia sudah hafal suaranya. Jika boleh ia mengatakannya, ia juga jatuh hati dengan suara itu.
Mingyu menoleh. Ia terpesona.
Namja itu sangat indah. Mingyu tahu sejak pertama melihatnya. Tapi saat ini, jam ini, detik ini, keindahannya seperti bertambah ribuan kali. Wangi shampo dan juga kulit putih yang terekspose.
Mingyu tahu, ia harus menahan diri. Namja dihadapannya adalah namja asing. Ia tak tahu asal usulnya. Sama sekali tak berfikiran untuk jatuh Cinta, at the first sight. With a man…
Tapi entah…
Mingyu tak bisa menahannya. Ini aneh, sangat aneh. Mingyu bahkan belum pernah jatuh cinta. Rasanya Mingyu sudah gila. Mingyu tersenyum kecil. Ia tengah menikmati pemandangan dihadapannya, semanis coklat yang diminumnya.
Wonwoo masih sibuk mengeringkan rambut sambil menyalakan ponsel. Namja itu terlihat sangat sibuk. Ia kemudian berubah panik saat handphone-nya berdering keras. “Ommo…! ”
Dengan tergesa ia kemudian menerima panggilan itu.
“Ne hyung…”
“Kau dimana? “
“Aku sedang di Changwon. Ada pameran yang tak bisa aku tinggalkan. Mian… ”
“I’ve been looking for your workshop key. But it’s seems like you bring it all with you. Can’t find it.”
Wonwoo tahu, jika Jisoo sudah seperti ini maka itu artinya ia sedang banyak masalah. “Ah, ne hyung. Sepertinya kuncinya ada di rumahku. Aku kehilangan dompetku dan juga tasku saat aku makan sore tadi. Sepertinya besok aku juga harus membongkar pintunya.”
“Kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Harusnya kau bisa menjaga diri. Kapan kau pulang?”
“Besok hyung, kereta pertama. Aku terlambat untuk kereta malam ini. Jadi aku akan pulang pagi sekali besok. ”
“Okay, i’ll pick you. Babe… Please, don’t make us suffer more than this.”
“Hey… Josh, dimana kau menaruh wine yang kita beli tadi? Aku sudah mencarinya kemana – mana. Tapi tidak ketemu.”
Wonwoo bisa mendengar suara itu. “Eum.. Hyung, kau dimana? ”
“Ah, aku di tempat kerjanya Hannie, ia perlu sedikit bantuan. ”
“Tapi acara kita, bagaimana? ”
“I got Boo taking care all of those things. The second rings too. He’ll find it for us.”
” Tapi itu cincin kita, harusnya kau yang memilihnya karena aku tak sempat dan… ”
“Please… Don’t talk such a sassy things babe. You know, i love you right… “
“Okay… ”
“Josh, aku menunggumu.”
“Babe, i think i need to go now. Bye… “
Wonwoo menyudahi panggilannya. Ia menghela nafasnya . MIRIS…
Entah, bagaimana menggambarkannya? Tak karuan.
Bagaimana perasaanmu saat kekasihmu bahkan tak berfikiran untuk menjemputmu di Changwon yang hanya berjarak beberapa jam?
Besok adalah hari pertunangan kalian dan terlebih lagi ia bersama seseorang yang selalu membuatmu cemburu.
Wonwoo tak tahu lagi, ia merasa takut.
“Apa kau pacaran dengan orang asing? ”
Wonwoo lupa, jika di kamar itu bukan hanya dia. Ada Mingyu dan namja itu melihat semuanya. Rasanya Wonwoo ingin menangis tapi egonya menahannya. Untuk apa menangisi seseorang yang bahkan sama sekali tak mengkhawatirkanmu?
Melihat raut wajah Wonwoo yang lebih datar dari sebelumnya, Mingyu memilih mendekatinya. Ia kemudian memberikan coklat panas yang ia pegang. “Minumlah, mumpung masih hangat.”
Wonwoo menatap minuman itu. Ia ragu. Jujur, ia takut…
“Tenang saja. Aku tak menaruh apa – apa didalamnya. Kalau kau mau kita bisa bertukar cup.”
“Ani… Gwaenchana… ”
Wonwoo menyeruput coklat panas itu. Rasanya hangat dan manis. “Ghamsa… ”
Mingyu mengangguk. “Jadi, kekasihmu itu orang asing? ”
Wonwoo menggeleng. “Bukan orang asing, tapi… “Wonwoo lagi dan lagi menghela nafasnya. “Sebenarnya ia memang asing. Aku…” Wonwoo tak tahu harus berkata apa.. Mereka kekasih tapi terasa seperti orang asing. Ia tahu, Jisoo sangat mencintain. Tapi rasanya sangat asing.
Mingyu duduk dihadapannya. “Kau tak mencintainya, aku tahu itu.”
Kedua mata mereka bertemu. Wonwoo menggeleng. “Ani, aku mencintainya. Besok kami akan bertunangan dan kami akan membicarakan pernikahan setelah itu. ”
Mingyu tertawa kecil. “Lihatlah, siapa yang akan bertunangan?” Mingyu berjalan meninggalkan Wonwoo. Ia meraih bathrobe, hendak membersihkan diri. Tapi, sebelum ia menghilang di balik pintu, ia berhenti. Menatap Wonwoo.
Namja manis itu masih sibuk memainkan bibir cup coklat manis yang perlahan dingin.
“Seoul dan Changwon tidak lah jauh. Jika dia mencintaimu maka dia akan menjemputmu kemari. Dan juga, ditambah dengan keadaanmu yang tak punya apa – apa. Sepertinya, sebagai kekasih dia sama sekali tak khawatir. ” Mingyu mengulas senyumannya. “Bukankah aku lebih baik? Aku bahkan rela tak makan dan menghabiskan tabunganku hanya untukmu, agar kau bisa bertemu dengan orang yang kau sebut kekasih. Kau sangat menyedihkan Tuan Jeon… ”
Dan Mingyu berlalu pergi. Meninggalkan Jeon Wonwoo yang terpaku pada posisinya. Namja manis itu diam dan berfikir. Atau malah meratapi nasib hatinya yang tak tentu. Ingin menangis tapi tak bisa.
Wonwoo kembali melihat kalung di lehernya. Cincin pemberian Hong Jisoo. “Apa yang harus aku lakukan padamu?”
Wonwoo merasa lemah, kali ini ia sependapat dengan Mingyu. Bukan pertama kali Jisoo tak perhatian. Untuk masalah cincin pertunangan pun begitu. Wonwoo kemudian mengambil ponselnya.
Ia menelfon adiknya, lagi. “Kwanie… ”
“Hyung, sudah sangat malam dan aku harus tidur setelah bekerja seharian untuk acaramu dan aku.. ”
“Kwanie… Berhenti mengeluh dan dengarkan aku. ”
“Ne hyung… ”
Wonwoo menarik nafasnya. “Apa kau mencari cincin untukku dan Jisoo hyung? ”
“Ne, wae? ”
“Aku rasa aku ragu. Rasanya tak ingin melakukannya. Aku… ”
“Yah… Hyung? Apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Pertunanganmu besok hyung”
Wonwoo terdiam. “Aku tahu, tapi Jeonghan… ”
Wonwoo ingin sekali menangis. Matanya sudah panas. Tak tertahankan.
“Hyung, please… ”
“Aku mencoba percaya pada Jisoo hyung, tapi.. ”
Wonwoo tak bisa berfikir. Ia tak tahu harus marah atau bagaimana. Mingyu hadir dihadapannya. Menciumnya lagi. Ia bahkan bisa merasakan lidah lembut Mingyu mencoba masuk membasahi bibirnya. Ia menggila.
Mingyu sangat lembut. Mengusap segaris air mata konyolnya yang sama sekali tak berguna.
“Hyung sebaiknya kau pikirkan lagi. Sudah, aku harus tidur. Kabari aku jika kau sudah sampai. Jika tak ingin bertemu Jisoo hyung aku akan menjemputmu. Annyeong… ”
Panggilan telah selesai dan Mingyu bisa mendengarnya. Ia tersenyum dalam ciuman kecilnya yang sedari tadi belum ia lepaskan. Merasa tak ada balasan dari Wonwoo, Mingyu memberi jarak antara mereka. Ia melihat kedua mata Indah Wonwoo.
“Jika kau tak mencobanya, mana tahu kau mencintai Jisoo hyung mu atau kau jatuh hati padaku”
Jika boleh jujur, Wonwoo merasakan desiran halus di dadanya.
Ia menyentuh wajah Mingyu dengan ujung jarinya. Menikmati keindahan yang terukir tanpa cela. Terhenti pasa bibir Mingyu. Tersenyum lembut padanya. Kedua mata Mingyu sangat jujur, Wonwoo bisa melihatnya.
“Kita bisa mencobanya, kurasa… ”
Mingyu rasanya sudah gila. Ia tersenyum dan memeluk Wonwoo. “Aku tahu ini sangat cepat, tapi kau terlalu berharga untuk disakiti. Jika kau mau percaya, Naneun jeongmal saranghanda… ”
Wonwoo tersenyum dalam pelukan itu. Ia bisa merasakan debaran jantung Mingyu yang hanya terhalang bathrobe. Ah… Jangan lupakan sixpack halus yang bisa ia rasakan di kulit nya. Wonwoo tahu karena ia memeluk Mingyu pasa pingganya.
“Ahh… Hei… ” Mingyu menjauhkan tubuhnya dari Wonwoo. Ah, kedua mata itu membuatnya menggila. “Kau menggodaku? ”
Tapi bukan jawaban yang Mingyu dapatkan. Ia malah merasakan jika tangan kecil Wonwoo mulai nakal dan bermain di pahanya.
“Ok, aku anggap itu jawabanmu. ”
Mingyu menangkup kedua pipi Wonwoo. “You are precious, please love me… ”
Mingyu mencium bibir tipis itudengan lembut. Gerakan yang sangat pelan tanpa paksaan. Kedua tangannya mengusap lembut kedua pipo Wonwoo. Dan saat Mingyu merasakan Wonwoo membuka mulutnya menyambut ciumannya, ia tahu ia akan mendapatkan namja ini entah bagaimana caranya…
“Jeongmal saranghanda… ‘
.
.
.
.
Tbc…
Otte? Aneh ga? Gaje ga?
Ahaha, abaikan ajah. Jangan lupa, comment, review an vote yah. Besok chap end. Uwah. Ga sabar mo bikin endingnya. Masih bingung aku.
Annyeong…