TRAIN STATION | MINGYU | WONWOO | MEANIE | Part 2

 

Annyeong….

.

.

.

Aku balik lagi bawa MEANIE…

Rasanya seneng banget saat bisa kasih story yang bisa dinikmatin sama para reader tercintah. Baru mulai nulis lagi, moga aja ga aneh deh ini.

Cuss…. Biar ga kebanyakan ini itu, lanjut deh ke chap 2.

.

Author: your lovely “rainy_heart” yang kelamaan hiatus.

.

.

Main cast: Jeon Wonwoo , Kim Mingyu, Hong Jisoo, Yoon Jeonghan, Lee Jihoon, and any other yang nyusul ntar belakangan

Pairing : Meanie, JiWon, JiHan,

Rate : T to M

Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…

.

Tenang aja. Fic ini ga panjang kok, cuma berapa chap. Buat pemanasan ….

Part 2 : Cherry Blossom

.

Changwon….

.

Kota dengan sejuta keindahan. Yang bahkan tak hilang ditelan gelapnya malam. Mingyu bahkan bisa mencium wanginya bunga sakura yang terus berguguran menghiasi jalanan yang ia pijaki. Sesekali ia menoleh ke arah Wonwoo.

Namja itu tersenyum. Jalanan yang mereka lalui memang selalu Indah. Terlebih di malam hari, saat musim semi dimana bunga sakura akan menampakkan keindahannya.

“Kau terlihat senang?”

Wonwoo menoleh. Ia menghilangkan senyumnya. “Melihat sakura sih senang, tapi kalau tidak punya apa – apa begini rasanya aku sangat patut dikasihani.” Wonwoo kemudian berjalan menuju tepian sungai. Ia kemudian duduk di sebuah bangku yang terletak di pinggiran sungai itu.

“Yeojwa stream, selalu lebih Indah di malam hari.” Wonwoo lagi – lagi tersenyum. Miris.

Is menatap cincin yang tersemat di kalungnya. “Andai saja aku bersama Jisoo hyung, aku mungkin sudah menyebrangi jembatan itu.”

Mata Mingyu mengikuti arah pandang Wonwoo. Romance Bridge. Banyak sekali pasangan yang bergandengan tangan disana. Terlihat jelas, dan pastinya dari kejauhan pun terlihat bahwa pemandangan itu sangatlah romantis.

Mingyu mengulas senyumnya. Ia pun tak pernah pergi ke jembatan itu. Hanya melihat dari kejauhan. Meski lama tinggal di Changwon, tapi baru kali ini ia memperhatikan indahnya guguran bunga sakura di malam hari. Terlebih bersama seorang namja yang entah kenapa, ia sangat tertarik untuk menolongnya. Konyol….

Mingyu menempatkan dirinya di sisi Wonwoo. Duduk disebelahnya dan menyenderkan bahunya. Sejenak ia meluruskan kaki dan tangannya. Melihat ke arah sekitar. Sudah mulai sepi.

“Hmm… ternyata sudah malam sekali. Biasanya disini juga ada banyak pasangan. Tapi sepertinya tak terlihat.” Mingyu menoleh ke arah Wonwoo. “Jangan terlalu lama melihat ke arah jembatan itu.”

“Apa urusanmu? Aku hanya melihat. Lagipula jangan coba merayuku.”

Wonwoo menatap konyol pada Mingyu. “Aku sudah katakan jika aku punya kekasih. Lagipula aku pernah tinggal di Changwon. Hanya saja sudah lama sekali, saat aku meninggalkan Changwon umurku masih 5 tahun. Sama sekali tak ingat apapun.”

Mingyu tersenyum. Ia menatap ke arah Wonwoo. Bisa ia lihat, garis tegas wajah cantik di hadapannya. Dalam cahaya remang redup saja terlihat sangat cantik. Mingyu ingin menyentuhnya.

Ia tak tahu.

Tidak biasanya juga ia menolong orang sembarangan. Tapi, namja ini mempunyai satu hal yang yang selalu menariknya untuk mendekat. Setidaknya itu yang ada dipikiran Mingyu sekarang.

Ia menatap lekat kedua mata Wonwoo.

“Tapi aku berani bertaruh, jika kau baru pertama kali kesini, itu pun denganku.”

Mingyu mengulas senyumannya. Kemudian ia melepaskan kacamata bulat yang bertengger di hidung Wonwoo. “Mungkin kacamata konyolmu ini harus dilepas, agar kau bisa melihat jika bukan hanya kekasihmu yang jatuh hati padamu.”

Wonwoo lagi – lagi tertawa mengejek. “Kau dapat kata-kata picisan itu darimana. Lagipula aku mencoba setia, jadi jangan menggodaku .”

Wonwoo merebut kembali kacamatanya, namun kali ini ia masukkan di kantongnya. Sedikit ragu tapi akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada Mingyu.

“Kau punya ponsel?”

Mingyu mengangguk, “Tentu saja.”

“Bolehkah kupinjam ?”

“Apa?” Mingyu memasang wajah malasnya. “Kalau pinjam untuk menelfon kekasihmu maka tak akan kupinjamkan.”

“Ck… Siapa juga yang mau telfon dia.

Lagipula aku sama sekali tak menghafal nomornya. Aku mau telfon rumahku. Mungkin saja adikku sudah pulang jam segini.”

Wonwoo melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Jam 1 malam. Hah…. Perjalanan masih panjang. Wonwoo menghela nafasnya. “Bisakah kau pinjami aku?”

Mingyu merogoh kantungnya. Ia kemudian menggenggam benda silver itu sejenak. “Biar aku yang men-dial nomornya. Aku tak percaya padamu. Nanti kau bisa – bisa kabur membawa ponselku.”

“Ck… Siapa juga yang mau ponsel buluk jadul punyamu itu.”

Akhirnya Wonwoo hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Mingyu. Ia mendikte nomor saudaranya.

“Ne… Yeobosseyo! Diva Boo disini. Siapa yah? ”

“Ah Kwanie, ini Wonwoo.”

“Hyung! Kau dimana? ”

“Aku sedang di Changwon.”

“Ya Tuhan, kau ini bodoh atau apa hyung? Bukankah besok sore kau akan mengadakan pesta perayaan mu dengan Jisoo hyung? Kenapa kau malah ada di Changwon? Aku sama sekali tak mengerti kalian berdua.”

Wonwoo sama bingungnya dengan namja yang bernama lengkap Boo Seungkwan itu. “Entahlah, tadinya aku hanya ingin mencari angin segar sambil bekerja. Ada sebuah event disini. Tapi aku tak bisa pulang dulu.”

“Lalu kapan kau akan ke Seoul hyung?”

“Besok pagi dengan kereta pertama. Itu pun jika ada orang yang berbaik hati memberiku uang. Aku kehilangan dompetku saat minum di bar tadi. Sial sekali aku, Kwanie aku….”

Wonwoo menatap horor pasa ponsel yang ia pegang. “Dan batrenya habis?”

“Ya begitulah….” Mingyu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Aku memakainya sejak pagi dan kemarin hanya aku charge sebentar.”

Wonwoo menepuk kepalanya. Ia kemudian menggaruknya. “Padahal aku belum selesai. Masih ada yang harus aku katakan pada Seungkwan.”

Mingyu tersenyum tipis. “Rumahku masih jauh. Dibelakang Kyeong Wha station. Jadi sebaiknya kita mencari motel atau tempat menginap disini. Lagipula jaraknya lebih dekat dengan stasiun.”

“Ani…. ” Wonwoo menggeleng. “Kalau bisa aku akan pulang sekarang.” Wonwoo menatap Mingyu. “Kau… apa punya uang.”

“Wae? ”

“Karena aku tak yakin kau punya mobil untuk mengantarku ke Seoul jadi aku perlu uang untuk membayar taksi. Aku berjanji akan aku kembalikan setelah sampainya aku di Seoul.”

Mingyu hanya tersenyum kecil. Ia merenggangkan tubuh tinggginya dan kemudian menoleh ke arah Wonwoo. “Aku ada uang, tapi tak yakin jika cukup. Sebenarnya kalau tiket kereta, aku bisa membelikanmu. Tapi kalau taksi…”

Mingyu merogoh kantongnya. Hanya beberapa puluh ribu won. Mana ada supir taksi mau mengantar sejauh itu dengan bayaran sekecil inni.

“Kuasa ini tak cukup. Kalau kereta besok pagi cukup. Bahkan lebih dan masih sisa untuk membeli sarapan pagi dan segelas kopi. Aku akan mengatakan pada penjaga jika kau kehilangan kartu identitas, jadi tenang saja. Aku yakin kau bisa sampai di Seoul.”

“Tapi kalau bisa, aku ingin pulang sekarang. ”

Wonwoo memasang wajah melasnya, semakin membuat Mingyu bingung. “Sebenarnya, ada apa? Toh kamu akan sampai tepat waktu besok. ”

“Ani…. Bukan pestanya yang aku khawatirkan. Aku baru ingat jika kekasihku akan pergi kekantor ku untuk mengambil beberapa laporan dari mejaku besok pagi. Aku lupa jika aku masih menyimpan banyak surat berisi kekesalanku padanya dan juga surat yang sungguh hanya akan aku kirim jika aku sudah bisa mencintai orang lain dan… sial!” Wonwoo kemudian berdiri dan menendang kaki kursi di hadapannya .

“Aku bahkan memaki Jeonghan hyung yang seperti malaikat tapi bermuka dua.”

“Hehe…. ” Mingyu tertawa lirih. “Hanya hal sepele. Kenapa harus repot? Kau tinggal jatuh cinta padaku dan semua beres.”

Wonwoo yang gemas kemudian berjalan ke arah Mingyu dan menginjak kakinya.

“Awww…. Sakit!”

“Salahmu sendiri mengobral cinta. Aku ini sangat mencintai Jisoo hyung, jadi tak mungkin aku jatuh cin…. ”

Wajah tsundere Wonwoo sejenak hilang dan berganti dengan ekspresi keterkejutannya.

Kedua mata Wonwoo membulat sempurna. Ia merasakan sesuatu yang lembut pada bibirnya.

Mingyu tersenyum. Sangat terlihat di kedua mantanya.

Wonwoo yang sudah sadar dari keterkejutannya kemudian mendorong Mingyu. “Yah…! Kau pikir aku apa? Seenaknya menciumku.”

“Aku tak bisa menahan diriku, saat melihat bibirmu.”

Kalau Wonwoo boleh jujur, orang asing yang katanya sedang menolongnya ini bisa dikatakan lebih tampan dari Jisoo hyung-nya. Tapi sayang, ia sangat mencintai Jisoo. Setidaknya itulah pemikiran yang selalu ia tanamkan di hatinya.

Wonwoo hanya menghela nafasnya , rasanya sangat malas menanggapi Mingyu. Terlebih detak jantungnya yang terkadang melompat- lompat tak karuan, setelah ciuman singkat tadi.

“Ayo, kita cari motel saja. Aku akan pulang besok pagi.”

Mingyu mengulas senyumannya. Ia tak tahu, apa yang terjadi padanya hari ini. Malam ini tentunya.

Namja bernama Jeon Wonwoo telah merubah jalan hidupnya. Jika bisa, ia ingin menyimpan namja itu untuknya sendiri, tapi…

Ah…. Jisoo. Siapa dia?

“Kekasihmu, seperti apa dia?”

Wonwoo menghentikan langkahnya. Ia melihat Mingyu yang berjalan di sisinya. Pandangannya penuh tanya. “Kenapa kau ingin tahu?”

“Mungkin saja aku lebih baik darinya, aku juga bisa mencintaimu lebih baik darinya.”

Wonwoo rasanya ingin tertawa. “Hey…. We are completely strangers.”

“I know, but I’m in love with you. I know it for sure….”

.

.

.

.

.

Otte?

Aku tahu ini ga jelas, rada melenceng dari movie. Tapi yah…. Dinikmatin ajah. Hehe…

.

Sankyu buat yang udah review, kalian the best lah pokoknya. Di ffn, wattpad and wordpress aku. Makasih banget….

Ditunggu lho feedbacknya.

.

Aku mulai nulis lagi, and kalau ada yang mau request alur cerita and couple, langsung pm aku aja, atau tulis di review. Tapi, aku hanya terima Suju, Shinee, Svt, and MIR cast only yah….

.

.

Bye… See you next chap…

2 respons untuk ‘TRAIN STATION | MINGYU | WONWOO | MEANIE | Part 2

Tinggalkan komentar