Train Station

Annyeong…. Wah lama banget aku hiatus nih. Tapi gegara ada couple baru yang cetar banget akhirnya aku memutuskan untuk comeback… Yeay…

Ga banyak basa – basi…

Cuss yuk ke ff terbaru aku.

Main cast: Jeon wonwo , Kim mingyu, dan other cast yang nyusul …

Pairing : Meanie

Rate : T

Summarry : Love just like any other train station. Where you want to go… You’ll absolutely go to your destination. But when you just want to stop, you’ll have to stop at the right station…

.

.

.

Part 1

.

.

.

Kim Mingyu.

.

Pemuda bersurai hitam itu tengah memainkan biolanya. Berharap ada yang berbaik hati berbagi kepingan koin dan uang recehan untuk permainan indahnya. Cukup lama ia memainkan musiknya. Hingga tak terasa hanya tinggal 10 menit lagi untuk kereta terakhir dan stasiun akan tutup hingga buka lagi pukul 3 pagi nanti.

Setelah merasa cukup lelah, ia akhirnya berhenti. Ia mengulas senyum saat melihat uang yang ia dapatkan hari ini. Cukup banyak, bahkan mungkin lebih banyak dari bayarannya saat manggung di cafe. Ia kemudian menyimpan semua uangnya dan bergegas untuk bersiap pulang.

Saat itu Ia tengah membereskan biolanya. Saat yang sama ketika seorang namja terlihat sangat kacau berlarian menyusuri jalanan peron stasiun ini.

Mingyu melihatnya. Mau tak mau jadi melihat namja itu, karena derap langkah kakinya yang memecah sunyinya suasana di stasiun. Hingga akhirnya ia terus tertarik untuk memperhatikannya.

Pemandangan itu untuk sejenak hilang dari pandangannya saat kereta cepat terakhir di stasiun ini berhenti tepat di hadapannya. Hanya menurunkan penumpang dan dalam 5 menit kemudian kereta itu sudah berlalu pergi.

Mingyu kemudian mengulas senyumannya saat melihat namja itu masih ada disana. Tapi keadaan namja itu sudah berbeda. Jika tadi ia masih terlihat sangat bersemangat beradu argumen dengan penjaga stasiun, sekarang ia sudah terduduk dilantai.

Mingyu, pengamen jalanan itu. Ia menghampiri sang namja yang terlihat jelas jika namja itu putus asa

“Permisi, tapi stasiun akan segera ditutup. Pengunjung tak ada yang boleh menginap disini. Sebaiknya kau pergi. ”

Tak ada sahutan. Namja itu malah makin menunduk menyembunyikan wajahnya. Pikiran Mingyu mulai tak karuan. Bisa saja namja itu orang yang jahat. Ah… Tidak mungkin.

Mingyu sejenak tersentak saat mendengar isakan lirih. Sepertinya namja itu menangis. Mingyu panik.Ia tak mau disalahkan. Ia melihat ke sekitar stasiun. Sudah sepi. Tak akan ada yang peduli. Dari kejauhan terlihat si penjaga stasiun itu memberi kode pada Mingyu. Iya, kode bahwa dia harus segera meninggalkan stasiun.

Mingyu mau tak mau akhirnya mengangkat tubuh namja yang jatuh terduduk di sampingnya. “Meskipun kita tak saling kenal tapi aku tak mau membiarkanmu mengotori stasiun ini. Lagipula stasiun ini akan tutup jadi sebaiknya kita pergi dan mencari angin segar di luar.”

Namja itu mengangkat wajahnya. Kedua mata mereka saling bertemu pandang. “Aku ketinggalan keretaku. Bagaimana ini…. ” Namja itu menatap Mingyu. Ia menangis sambil memeluk Mingyu.

Mingyu bingung tak tau harus mengatakan apa. Ia akhirnya membalas pelukan namja itu dan perlahan membawanya pergi meninggalkan stasiun.

.

.

.

.

“Aku Jeon Wonwoo. Aku tinggal di Seoul. Aku harusnya pulang ikut kereta tadi, tapi tiketku tak berlaku karena kartu identitasku tak ada. Ahhh…. Sial sekali. ”

Mingyu hanya bisa tersenyum dan mengangguk canggung. “Kau bisa kembali besok. ”

“Memang, mudah sekali mengatakannya. Besok itu kereta paling pagi adalah jam 7. Sekarang jam 12. Padahal aku harusnya sampai disana jam 7. Maka percuma saja. Bagaimana ini…”

“Ya sudah, kembali saja besok.”

Tak lama kemudian namja itu merogoh saku jaketnya. ” Akh.. Ponselku. Ck… Batrenya habis.”

“Pulang saja ke hotelmu Tuan Wonwoo. Kau bisa pergi besok.”

“Ck… Jika saja dompetku tidak hilang, pasti aku sudah di pesawat sekarang.” Wonwoo kemudian mengulas senyum. “Bagaimana jika kau menolongku?”

“Apa? Kita bahkan tak saling mengenal.”

Wonwoo berdiri dan kemudian membungkuk. “Aku Jeon Wonwoo. Pengamat seni dan juga pelukis. Mungkin kau tak mengerti apa yang aku kerjakan. Jadi ya sudahlah, percuma saja menjelaskan padamu.”

Wonwoo kemudian duduk kembali dan mempersilahkan Mingyu. “Giliranmu, agar aku mengenalmu.”

“Aku Kim Mingyu. Pemain musik. Bekerja tak tentu waktu. Aku tinggal di belakang stasiun. Meskipun apartemenku kecil, tapi kurasa cukup lumayan untuk tempat menginapmu malam ini. Lagi pula kulihat kau tak punya uang sama sekali. Dan juga keadaanmu… ” Mingyu melihat ke arah Wonwoo.

“Untuk ukuran namja, wajahmu sangat indah. Aku harap kau tak pergi sendirian di tempat yang begitu ramai seperti ini.”

Wonwoo tersenyum remeh. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari bajunya. Rantai kalung yang mengikat sebuah cincin. “Jangan merayuku. Aku sudah terikat. Lihat ini. ” Wonwoo memamerkan cincin yang terikat di kalung yang ia pakai.

Mingyu hanya tersenyum kecil. “Kenapa kau berada disini sendiri jika kau memiliki kekasih? Bukankah kau harusnya kesini dengan kekasihmu. Apa kau tak tahu jika disini semua hal buruk bisa terjadi padamu. Mungkin sebelum kau kehilangan uangmu, tak akan ada yang mengganggumu. Tapi sekarang, apa yang akan kau lakukan? Pikirkan kau akan tidur dimana?”

Wonwoo menunduk. Ia menyeruput kopinya. Sudah mulai dingin. Ia tersenyum pahit.

“Kau benar. Kekasihku bahkan tak tahu aku disini. ” Ia menghela nafas. “Mungkin saja ia sedang kencan dengan selingkuhannya. ” Wonwoo tiba – tiba saja tertawa. Terdengar miris di telinga.

“Nasibmu buruk sekali tuan Jeon… ”

Mingyu menepuk pelan kepala Wonwoo. “Sebaiknya kau ikut aku… ”

.

.

.tbc….

.

.

Otte?

Ini terinspirasi banget sama movinya Aa Christ yang kece badai. Kalau udah ada yang nonton, deuh… Tuh movie simple tapi nyes bngt…

Ya nyerempet dikit kok. Karakter MEANIE disini juga ooc banget. Maklum deh… Biar nyambung.

Jangan lupa voment ya…

Sankyu

 

Tinggalkan komentar